Chap. 2

168 37 14
                                    

Jeanny dapat merasakan hembusan nafas seseorang tepat diatas kepalanya, membuat ia mendongak untuk melihat siapa pemilik hembusan nafas itu. Zayn. Melihat wajah indahnya membuat Jeanny mengulum senyumnya sendiri.

"Kau sudah bangun?" Suara itu menginterupsi kegiatan Jeanny, dengan segera Jeanny menghilangkan jejak senyumnya. "Hm, ya seperti kelihatannya. Tunggu disini aku akan membuatkanmu sarapan." Jeanny bangkit lalu menyiapkan sarapan untuk Zayn.

Zayn memperhatikan Jeanny yang sedang berkutat dengan alat-alat masak. Zayn tersenyum. Ini terasa gila bagi Zayn, bagaimana bisa setiap ia melihat gadis itu senyumnya selalu  merekah. "Berhenti memperhatikanku Z, sarapan sudah siap." Ucap Jeanny lalu menaruh piring dimeja.

Mereka menyantap sarapam mereka dalam keadaan sunyi, tidak ada salah satu dari mereka yang membuka topik pembicaraan. "Terimakasih atas sarapanmu Je, aku harus pulang sekarang. Aku ada kelas." Zayn membuka oembicaraan tepat ketika Jeanny sudah selesai mencuci alat yang kotor.

"Baiklah, hati-hati dijalan." Zayn mengambil helm dan jaketnya disofa milik Jeanny lalu berlalu pergi meninggalkan apartemen Jeanny. "Huh, aku hampir gila karna dia." Desis Jeanny lalu segera bersiap-siap mengingat ia memiliki jadwal kuliah.

*  *  *

Jeanny berjalan menyusuri kooridor, berharap ia menemukan Max —sahabat baiknya — disekitar kooridor fakultas seni. Jeanny berhenti berjalan ketika melihat sosok Zayn didepan kelas. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Zayn berjalan mendekati Jeanny saat ia menyadari keberadaan Jeanny. "Kau mengambil jurusan seni?" Jeanny menggeleng "No, aku mengambil jurusan sastra." Balas Jeanny.

"Lalu..?" Tanya Zayn, Jeanny jelas tau maksud dari pertanyaan Zayn. "Aku mencari temanku yang kebetulan jurusan seni." Jeanny mencari kehadiran Max, ia sangat membutuhkan Max sekarang.

"Hey Zayn! Akhirnya kau bisa bergaul dengan gadis lagi!" Teriak seseorang, membuat Jeanny menoleh. Sial. Lelaki itu .lagi? Batin Jeanny. "H-harry? Untuk apa kau ada disini?" Tanya Jeanny. Ini sebuah kesialan.

"Kau? Gadis murahan! Fakultas ini tempat umum!" Ucap Harry dengan emosi, ia masih mengira Jeanny adalah gadis simpanan ayahnya. Jeanny hanya menggeleng mendengar kalimat yang Harry lontarkan, ia memutuskan untuk tidak membalas ucapan Harry.

"Zayn, kurasa aku harus pergi sekarang. Ada sesuatu yang sangat mendesak." Ucap Jeanny, Zayn mengangguk. Harry tampak heran bagaimana bisa seorang Zayn Malik dekat dengan gafis murahan. "Bertemu dengan Des, eh?" Jeanny berjalan mendekati Harry setelah ia melontarkan kalimatnya.

Telunjuk Jeanny menyentuh dada bidang milik Harry yang dibaluti kaos hitam polos. "Kau pria brengsek! Kau bahkan tidak tau apa-apa, kurasa akan lebih baik jika kau menutup mulutmu rapat-rapat." Jeanny berjalan menjauhi Harry yang emosi dengan ucapannya. Jeanny berharap ia menemukan Max didekat sini dan benar saja ia menemukan Max yang berjalan menuju arah Jeanny.

"Max! Akhirnya aku menemukanmu, aku... Aku memiliki jadwal check up. Jika kau tidak bisa menemaniku, tak apa aku akan pergi sendiri." Jeanny merasa ia sangat merepotkan Max, setiap check up ia selalu ditemani Max.

"Jean, setiap kali kau check up aku harus ada disana. Ayo kita pergi." Jeanny dan Max berjalan menuju parkiran. Kali ini Max tidak membawa mobilnya, ia membawa motornya. Jeanny tersenyum, sudah cukup lama ia tidak menaiki motor. Jeanny merangkak naik dan memeluk Max.

Max mulai melajukan motornya, cuaca London hari ini cukup dingin dan langit sangat mendung membuat Jeanny semakin mengeratkan pelukannya pada Max. Kecepatan motor Max membuat angin dingin semakin berhembus dengan kencang. Jeanny menuup kedua matanya, merasakan dinginnya angin.

Mrs. Comebackحيث تعيش القصص. اكتشف الآن