Extra Part: Penobatan

Mulai dari awal
                                    

"Kurasa ... Lerman cukup bagus. Itu dapat menjadi nama jika kedua anak kembar kita laki - laki. Lucas dan Lerman," ucap Luke berpendapat.

Claire menatap langit - langit kamar seraya berkata, "Lerman ya. Apa artinya?"

"Aku tidak tahu. Nama itu terlintas di pikiranku tadi. Tapi kurasa Lerman adalah nama yang bagus," jawab Luke.

Claire tertawa kecil mendengar alasan Luke lalu ia kembali mengucapkan pertanyaan, "Lalu bagaimana jika nanti kita memiliki anak perempuan?"

Luke mencoba memeluk istrinya itu sekarang. Sedangkan dagunya menempel di pundak kiri Claire, "Tadi kamu sudah mengusulkan Lucas. Kalau begitu aku akan mengusulkan nama Clarice jika anak kita perempuan."

"Baiklah. Jadi kita akan memakai nama yang mirip dengan nama kita untuk anak kita nanti. Tapi aku akan mengusulkan nama Amarine jika perempuan," kata Claire dengan antusias.

"Amarine? Nama yang bagus. Apa artinya?"

"Amarine itu berasal dari kata 'Aquamarine' tapi aku hanya memakai huruf a dan kata marine. Jadilah Amarine," jelas Claire sebelum akhirnya tertawa kecil.

"Bagaimana menurut kalian, hm?" bisik Claire di sela - sela tawanya yang tetap mengelus perutnya dengan sayang.

Raut wajah Claire berubah menjadi antusias dengan cepat begitu menyadari bahwa tendangan kuat dari kedua janin itu mengenai telapak tangannya. Dengan cepat ia menoleh dan berkata, "Mereka menendang lagi! Ini untuk yang kedua kalinya!"

"Benarkah?" tanya Luke yang sudah menjulurkan kepalanya sedikit. Seakan tendangan dari kedua janin itu dapat terlihat oleh matanya.

"Ayolah, Luke. Aku serius!"

Luke terkekeh, "Aku juga serius, sayang."

"Kalau begitu coba rasakan...." ucap Claire yang sudah menggenggam tangan suaminya dan memandunya ke perut bagian bawah. "Apa kamu dapat merasakan tendangan mereka?"

‎"Tentu," jawab Luke singkat. Dia sedikit menggerakan tangannya ke bagian perut lain lalu kembali berujar, "Mereka menendang dengan begitu kuat."

Claire mengangguk‎ setuju. Dia sudah cukup menangis terharu tadi pagi, ketika kedua janin kecilnya mulai menendang, seperti berusaha untuk keluar dari dalam sana. Sekarang Claire hanya tersenyum senang dengan pipi yang sedikit bersemu merah karena tingkah suaminya yang mulai menghujani pelipisnya dengan kecupan.

Semburat merah di pipi Claire memudar karena perkataan Luke selanjutnya, "Dengan begini sudah dapat dipastikan bahwa kamu tidak boleh keluar dari kastil tanpa aku."

---

Suara tawa kecil sang Ratu terdengar begitu lembut, nyaris saja Claire kira bahwa itu bukanlah tawa melainkan bisikan lembut.

"Houston dulu juga seperti itu, sayang. Lagipula yang dikatakan Luke itu benar," ‎ucap Ratu Fenna yang baru saja tertawa mendengar curhatan menantunya itu.

"Papa juga seperti itu dulu?" tanya Claire. Kelihatannya rasa kesalnya kepada Luke sudah mulai berkurang setelah Ratu mengatakan bahwa Raja pun melakukan hal yang sama dulu.

"Ya," jawab Ratu singkat sebelum meminum tehnya. "Dia bahkan pernah melarang Mama keluar kamar. Tapi hal itu dilakukannya memang untuk kebaikan Mama sendiri."

"Kamu beruntung, Claire. Dulu, Mama mengandung di saat keadaan negeri masih rawan untuk diserang. Pernah sekali, ketika mengandung Luke dan Lucy pada bulan kelima, nyaris saja pemberontak berhasil menyerang," kenang Ratu seraya mengingat - ingat kejadian yang merupakan salah satu mimpi buruknya.

Pure VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang