Walaupun aku tau sebenarnya guru ngasih PR jenis kedua itu supaya siswanya belajar di rumah dan lebih mendalami materi. Yaa mau gimana lagi? Kebanyakan pelajar saat ini berparadigma bahwa sekolah itu untuk mendapat nilai yang tinggi, bukan buat dapet ilmu tinggi. Gak bisa bohong sih, aku juga udah berpikir begitu, buktinya sekarang aku malah bermalas-malasan karena PR ku kali ini adalah jenis yang kedua._.

Percuma kan? Toh dikerjainpun gak bakal dapet nilai, mending main handphone sambil melakukan hal-hal yang sering dilakukan oleh para jomblo.

Buka LINE - scrol timeline - tutup LINE - buka Path - scrol timeline - kasih emot disetiap pos orang - tutup Path - buka Instagram - scrol timeline - kasih love di setiap pos yang muncul - tutup Instagram - buka LINE lagi - dan begitu seterusnya sampe batre low. mt j.

"Aaaaahhhhh~"

"....." mataku membulat.

Suara apa itu barusan? Kedengarannya seperti orang sedang..........&#$*%&#@+?
Aku melirik Okta sekilas, dia masih serius mengerjakan tugas Fisikanya. Ah mungkin hanya perasaanku saja.

Aku kembali sibuk dengan handphone ku, ngestalk akun instagram yang lucu-lucu, siapa tau bisa menghibur. Namun...

"Aaaahhhnngg...."

Aku bergidik mendengarnya, kali ini aku benar-benar yakin mendengar suara tidak senonoh dari kamar sebelah.

Aku kembali melirik Okta, dia juga melirikku, pandangan kami bertemu. Namun, hanya sebentar karena Okta langsung mengalihkannya dan berpura-pura sibuk dengan tugasnya. Aku yakin banget dia juga mendengarnya!

Gak tau lagi harus gimana, akhirnya kami berdua pura-pura sibuk dan berusaha mengabaikan suara tidak layak dengar yang semakin menggema. Anehnya, telingaku seakan menjadi 2 kali lebih peka, dan tanpa sadar malah mendengarkannya dengan seksama. Okta juga mulai tidak fokus, tangannya gemetar masih memegang pensil dan terus menulis. Dia terlihat gelisah, konsentrasinya pasti buyar kemana-mana.

"Gre ada headset gak? Punya Okta dipinjem Feni tadi belom dibalikin." yak! Headset!! Good idea!!!

"Ada sih, tapi kayanya mau gue pake deh." maaf ya Ta, bukannya aku gak mau pinjemin, bukannya aku pelit, tapi aku juga butuh Ta. Aku juga perlu berlindung dari suara yang membuatku merinding itu.

"Duh, Okta kan lagi belajar Gre."

"Lah terus???" Tanyaku bingung.

"Ya makanya kalo ga pake headset bisa-bisa konsentrasi aku buyar."

"Gak bisa, Ta. Kali ini gue bener-bener kudu pake headset."

"Okta minjem doang, Gre.... sebentarrr...."

"Nggak... Nggakkk..."

"Pinjeemm...."

"Ngg..."

"Aaakhhhh, geli nallhhh...."

Astaga! itu suara bukannya dikecilin malah makin kenceng. Aku dan Okta berhenti seketika dari perebutan benda penyelamat iman yang lemah ini.

"Ta... Gimana kalo belajarnya pindah ke kamar gue aja?" Ujarku akhirnya.

"Setuju!"

Okta segera merapihkan alat tulis dan buku-bukunya, sedangkan aku hanya membawa handphone beserta chargenya, lalu aku menarik tangan Okta yang berkeringat menuju apartemenku.

Fiuuhh.... akhirnya aku bisa bernafas lega, sumpah ya, ini tuh masih jam setengah 7, mereka gak bisa nunggu sampe maleman dikit apa? Terus gak mikir gitu punya tetangga dibawah umur yang mungkin, eh ralat! Yang PASTI akan mendengar suara #@&$*#%-&??/ yang mereka hasilkan?

Tetangga Apa Banget ?! Season 2Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu