After

885 60 14
                                    

[ after - vlive ]
.
.
.

Tok tok tok...

Akhirnya aku datang kesini juga. Padahal aku masih tidak ingin bertemu dengannya. Hatiku masih sakit jika harus bertatap muka dengannya. Walaupun aku selalu mengatakan 'aku tidak marah' atau 'aku percaya padamu' ketika dia bertanya bagaimana perasaanku.

Munafik? Memang.

Aku hanya tidak ingin menambah tekanan untuknya. Sudah cukup banyak tekanan yang dia dapat ketika dia melakukan pekerjaan itu.

"Masuklah."

"Ada apa?" tanyaku ketika melangkahkan kaki kedalam studio miliknya. Dia menoleh padaku dan ... tersenyum.

"Kemarilah," ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya menyambutku. Aku mendekat kearahnya tapi aku mengabaikan tangannya. Aku berdiri disampingnya menyandar asal-asalan kesudut meja didekatku. Dia menatapku. Aku tidak ingin menatapnya balik, jadi aku hanya melihat kelayar komputer di depannya.

Tahu sedang diabaikan, dia menggenggam tanganku. Hangat, tangannya selalu hangat.

"Baekhyunie...," ucapnya lembut sambil mengangkat tangangku dan kemudian mengecupnya perlahan. Dadaku berdesir, sungguh dia tahu bagaimana caranya meluluhkanku. Tapi, untuk sekarang aku sedang tidak ingin diperlakukan seperti ini. Perasaan itu masih ada dihatiku, rasa sakit.

Rasa sakit mengetahui bahwa bibirnya menyentuh bibir wanita itu. Aku tahu, itu adalah bagian dari pekerjaan yang harus dilakukannya. Tapi tetap saja, ciuman itu nyata. Sangat nyata. Dan itu membuatku sangat sakit.

Aku melepaskan tanganku dari genggamannya. "Baiklah Park Chan Yeol," ucapku sedikit formal dan ketus, "Ada apa? Aku ingin istirahat. Aku lelah."

Dia masih menatapku, menghela nafasnya perlahan dan kemudian berdiri dari tempat duduknya, "Maafkan aku sayang... Tapi, aku hanya ingin melihatmu," ucapnya sambil membelai wajahku. Aku hanya diam, tak bereaksi.

"Ah, kau masih marah rupanya." Gumamnya yang tidak ku balas sama sekali.

Melihat itu, dengan perlahan tapi pasti, dia mulai mendekatkan wajah kepadaku dan mengambil posisi untuk menciumku.

"Aku sangat lelah Chanyeol." Tolakku halus dengan memalingkan wajahku dan mendorong perlahan tubuhnya menjauh.

Sejenak dia menahan tubuhnya, tapi kemudian dia menurutinya. Dia menjauhkan tubuhnya, membuat jarak diantara kami.

Perlahan aku menghebuskan nafas lega. Namun aku masih dengan egoku, membuang muka. Aku tidak ingin menatapnya sama sekali, karena aku tahu kalau aku menatapnya maka rasa sebah yang sedari tadi ku rasa akan semakin mendominasi. Aku jadi ingin menangis.

"Lehermu alergi lagi?" ucapnya tiba-tiba, memecah gelembung keheningan yang sedari tadi menggantung. Sambil menunjuk kearah leherku dengan dagunya. Aku menunduk, memandangi leherku yang memerah dan aku mengangguk.

Aku bahkan sampai lupa jika alergiku kambuh.

Mungkin tidak wajar bagi seorang laki-laki memiliki kulit yang sangat sensitif, tapi itulah kenyataannya. Kulitku sangatlah sensitif, terutama dibagian leher sehingga sering membuat bercak-bercak merah dan gatal disana. Jika sudah terkena aksesoris yang digunakan pada saat panggung.

Karena itu, banyak terjadi gosip negatif yang beredar di dunia maya, terutama dikalangan EXO-L -sebutan bagi fandom nya EXO-soal bercak merah ini. Walaupun kenyataannya, sebagian besar gosip itu tidak bisa dikatakan salah.

"Su-sudah ti-dak gatal lagi kok," ucapku gugup, berbohong. Entah apa tujuan ku melakukan ini, yang jelas aku tidak ingin dia tahu bahwa nyatanya ini sangat... gatal.

[✓] After V Live; ChanBaek Where stories live. Discover now