Chapter 3 ~ Trust

Mulai dari awal
                                    

"Oh, belum," jawab Hara santai, Hara tidak terlihat serius sama sekali. Ravine sendiri tidak mempertanyakan hal itu karena dirinya juga tidak terlalu peduli, tugasnya adalah menemani Hara mencari unsur kegelapan yang dimaksud Regaz.

"Alasan," sekali lagi Hara memulai obrolan, tapi kali ini lebih serius.

"Hmm?" Ravine mulai menyalakan rokoknya lagi. Hanya tersisa dua batang dalam bungkusnya, Ravine mendesah karena hal itu.

"Alasan apa yang membuatmu setuju untuk ikut dalam misi berbahaya ini?"

"Sama seperti anak-anak itu, kelangsungan duniaku dipertaruhkan disini."

"Ah begitu," Hara manggut-manggut.

"Kau sendiri?"

"Hee?" Hara menyipitkan sebelah mata.

"Kau sendiri bagaimana? Apa alasanmu?"

"Alasanku?" Hara menyeringai, lirikan mautnya membuat Ravine muak. "Kau mau tahu... atau benar-benar ingin tahu?"

"Aku ingin tahu bagaimana reaksimu jika kucabut lidahmu dan kucungkil matamu."

"Mungkin menyenangkan, bagimu," Hara menyahut dengan tatapan penuh, bukan lirikan lagi.

"Jadi benar tebakanku. Duniamu tidak akan terpengaruh oleh fenomena kehancuran dunia ini."

"Lalu kenapa? Anak itu membutuhkanku untuk menemukan saudaranya lewat diriku."

"Apa yang kau dapatkan dari membantunya?"

"Masalah itu urusanku dengannya, bukan urusanmu."

"Huuff," Ravine menghembuskan asap rokoknya. "Kau tahu Hara, akulah yang pertama kali akan membunuhmu jika kau mengacaukan semua ini."

"Kau pikir kau sanggup?"

"Kita lihat saja," Ravine membuang puntung rokoknya.

Suasana menjadi lebih berat bagi mereka berdua, tapi keduanya tidak merubah sikap. Mereka sama-sama tahu, pertarungan mereka tidak terhindarkan jika ada perselisihan sedikit saja. Dan kemungkinan besar perselisihan itu akan terjadi tidak lama lagi.

"Hey, turun sebentar," tiba-tiba Hara memperingatkan setelah perjalanan mereka menjadi sunyi selama beberapa waktu.

"Ada apa?"

"Aku merasakannya, ada kegelapan aneh di sana," Hara menyipitkan mata melihat ke bawah.

Ravine ikut melihat ke arah yang dilihat Hara. Daratan di bawah mereka merupakan daerah pedesaan yang sudah mati, tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terlihat. Bahkan tidak terasa adanya desir angin di bawah sana.

Sesuai permintaan, Ravine mengarahkan mobil terbangnya ke daerah yang ditunjuk Hara. Mobil mereka mendarat di pinggir desa, tidak ada apapun yang terlihat bisa memberi petunjuk di mata Ravine.

Hara turun disusul Ravine, mereka berjalan memasuki desa yang dipagari kayu berkawat duri. Pagar itu tersingkir saat Hara mengibaskan tangan, memberikan mereka jalan masuk menuju bagian dalam desa. Ravine tidak terkejut, bahkan Ravine tidak memperhatikan tingkah Hara karena sibuk mengawasi bagian desa yang utuh.

Ravine sangat teliti dalam hal observasi, termasuk keanehan di desa ini. Tidak ada hawa kehadiran seorangpun, tapi Hara bilang merasakan sesuatu di tempat ini.

"Apa yang kau temukan?" tanya Ravine. Wanita itu mendekati Hara yang membuka pintu sebuah rumah.

"Tidak ada. Aneh sekali, padahal aku jelas bisa merasakan kegelapan dari tempat ini" Hara melihat seisi rumah dari pintu depan. Kosong melompong tanpa ada seorangpun termasuk bagian ruang makan yang terlihat dari luar.

"Tunggu," Ravine memasuki rumah itu lalu segera mendekati ruang makan yang dilihatnya dari luar. Hara mengikutinya.

"Apa?"

"Makanan ini masih hangat, sudah termakan sebagian," Ravine menyentuh makanan yang terletak di atas meja. Hara baru sadar setelah Ravine mengatakannya.

Ravine berlutut untuk melihat lebih dekat pada sebuah gelas, masih ada bekas bibir yang mengecup gelas itu. Ravine langsung berdiri tegak dan mengajak Hara keluar.

"Orang-orang di desa ini belum lama lenyap. Kita harus mengejar apapun yang telah melenyapkan mereka."

"Baiklah," Hara mengangguk. Dalam hal ini, Hara ikut serius.

Kedua wanita itu memasuki mobil terbang. Awalnya Ravine berputar-putar beberapa kali di atas desa agar Hara dapat memastikan arah mana yang harus mereka tuju. Lalu mereka langsung mengarah ke selatan begitu Hara merasakan sensasi kegelapan yang hampir sama dengan kegelapan yang tadi dirasakannya.

###

Kembali ke China, lubang hitam muncul kembali di tempat keluarnya Regaz dan kelompoknya. Lubang hitam yang muncul kali ini lebih kecil dari sebelumnya, hanya satu orang yang keluar dari lubang hitam.

Seperti yang dilihat oleh Regaz dan kawan-kawan sebelumnya, pemandangan pertama yang nampak di mata orang itu merupakan pemandangan yang mengerikan. Tumpukan mayat manusia menggunung, menebar bau busuk yang tercampur aroma darah.

"Hn, aku terlambat... medan perang kuno akan terjadi sebentar lagi," gumam orang itu.

-to be continue-

next update ga bisa dipastikan, (sok) sibuk :"

thankz to all GKBF_Indo member yg selama ini memberikan semangat tambahan buat nulis

11 07 16

Mirror/II/paralleL: The Ancient WarfareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang