SATU : SI TUNANGANKU

92.2K 4.1K 76
                                    

Di pagi hari tadi aku pergi ke arah fakultas ilmu komunikasi. Keputusanku sudah bulat, au akan mengakhiri hubunganku dengan Raka karena beberapa alasan yang menurutku cukup membuat hubungan kami harus berakhir. Aku menoleh kearah pintu itu, dia ada didepan sana.

Aku berjalan mendekatinya, berharap kalau dia tidak berlaku baik padaku saat tau aku bakal memutuskannya. "Kita putus saja" kataku enteng.

Baru sebulan menjalin hubungan dan aku merasa kalau kami seperti bukan orang yang baru pacaran sungguhan. Beberapa ekspetasiku seketika hancur saat aku sadar kalau tunanganku lambat laun akan mengetahui hubungan kami. Maksudku, aku tidak takut jika dia menyakiti Raka, tapi aku takut kalau dia bakal berlaku seenaknya padaku.

Yeah, pertunangan konyol. Aku sampai nggak paham kenapa kami harus ditunangkan seperti ini mengingat kami sidah besar dan bisa mencari pasangan sendiri. Aku benci kalau apa pun disangkut pautkan dengan tunanganku itu.

"Din, kamu lagi bercanda ya ?" Raut ketakutan muncul dari wajahnya. Aku memandangnya datar seolah mengartikan, 'dude please. Memangnya kalau mau putus harus berbasa basi dulu ?'

Sebulan pacaran aku dan Raka tidak bisa berpergian kemana pun seperti orang pacaran pada umumnya, kami juga tidak bisa terlalu sedekat orang pacaran saat di kampus saat aku sadar Arsen sering mengatakan hal yang pernah kulakukan di kampus dan aku berasumsi kalau di kampusku sekarang sedang ada mata-mata Arsen.

"Kita lebih baik berteman, soalnya aku mau fokus kuliah" alasan klise. Aku tidak tau lagi harus beralasan apa selain itu.

"Tapi kamu nggak masalah selama sebulan kia pacaran sambil kuliah"

"Aku baru sadar ternyata kamu terlalu baik buat aku" alasan klise lagi. Aku pusing sendiri.

"Maksud kamu apa sih ?"

"Intinya aku mau kita putus"

"Iya tapi kenapa ?"

"Karena kita udah nggak cocok" kataku datar.

"Aku nggak bisa terima alasan kamu itu"

"Terserah, yang penting kita putus"

"Din.." dia tercekat.

Aku menghela nafasku, aku tidak ingin lagi berurusan lagi dengan Raka.

🌹🌹🌹

Aku menemukan tunanganku sudah duduk di depan rumah sambil sibuk mengotak-atik hpnya. Aku tidak tau kenapa aku bisa terjebak dengannya hanya karena kami di jodohkan oleh kedua orang tua kami dan mereka sepakat untuk melanjutkan ke jenjang awal seperti pertunanganku dengannya lalu setelah itu aku tidak tau.

Klisenya, aku dan dia menerima meski dari hatiku yang paling dalam aku sama sekali tidak menyukainya, dia tipikal orang yang terlalu posesif dengan apa yang dimilikinya. Aku heran kenapa dia bisa sebegitu posesifnya padaku.

Dia berdiri saat aku melangkah keluar dari mobilku, aku masih diam tidak menyambut tatapan penuh amarahnya, bahkan aku merasa dia menatapku tajam meski aku menunduk.

"Kemana aja kamu ?"

"Pulang kuliah" pernyataanku lebih terdengar seperti pertanyaan bagi Arsen, aku tau kalau aku sama sekali nggak bisa lepas darinya. Cukup banyak alasan yang kugunakan agar dia membatalkan pertunangan ini, tapi hasilnya nihil. Dia bilang 'aku setuju, kenapa harus dibatalkan ?!'

Shit happens!

"Aku tau kamu nggak sebodoh itu" dia menggeram di pertengahan kalimatnya. Aku sadar kalau aku sedang di ambang kematian. Arsen dengan sikap pemarahnya sanggup membuatku terdiam bahkan hanya dengan tatapan matanya itu.

Aku menghela nafas, dia itu kenapa sih ?, "ada apa lagi ?" Sadar kalau dia hanya ingin aku bertanya kenapa dengannya, apa yang sedang terjadi, apa yang sudah kamu dengar dari mata-matamu itu ?

"Kamu selingkuh di belakang aku!" Dia menekan di setiap kalimatnya seakan itu benar-benar menyakitkan, sejujurnya aku ragu kalau dia benar-benar mencintaiku. Dia sedang bercanda kan.

"Nggak, aku nggak selingkuh"

"Kamu pikir aku nggak tau apa yang udah kamu lakukan tadi pagi ?"

"Ar, please. Aku capek"

Dia menarikku semakin mendekat, "aku nggak suka cewek pembohong"

Ugh, ancaman lagi.

"Ya, aku juga nggak suka tunangan kasar seperti kamu, akan jauh lebih baik kalau kamu membatalkan pertunangan kita. Bunda bilang semuanya ada di tangan kamu, bener ?" Aku bertanya.

Arsen tersenyum dan aku menatapnya dalam jarak dekat, dia ganteng, iris matanya berwarna cokelat, hidungnya yang mancung dan bibir merah alaminya memberika kesan kalau dia adalah cowok yang sempurna, belum lagi dia bisa memiliki segalanya melalui kedua orang tuanya.

Aku pernah berpikir kalau pertunangan kami hanyalah sebagian dari bisnis saja, tapi Arsen membuktikannya kalau asumsiku hanyalah kebodohanku saja. Sialan.

"ya, semuanya. Keputusan ada di tangan aku"

"Bagus kalau begitu, kamu batalin aja"

"Perlu berapa kali aku bilang kalau aku nggak bakal melepas apa yang sudah aku punya, kamu termasuk itu"

Aku terkejut, aku milik Arsen ? Yang benar saja. Aku menatap matanya yang menatapku dalam diam, dia seperti meyakinkan padaku kalau yang dikatakan semuanya itu benar. Tapi aku tidak percaya.

"Aku tau kita nggak saling cinta"

"Kamu nggak tau, Dini"

"Aku tau!" Ketusku.

"Apa kamu pernah sadar kalau aku cinta sama kamu ?"

Hah ? Aku tercengang mendengarnya, benarkah ?

How To Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang