Part 23 : Gossip and PDA

Mulai dari awal
                                    

"Ya seperti itulah."

"Hmmm...Aku mau sih, tapi sudah ada yang mengajakku ke sana."

"Siapa? Lelaki pirang yang tak tahu diri itu?" Ucapku mulai meninggikan intonasi bicara ku karena kesal.

"Jangan bicara seperti itu Niall, namanya bukan pirang tak tahu diri namanya Lucky Blue Smith. Oh ya dan sepertinya yang pantas di sebut pirang tak tahu diri itu kau Niall. Jangan asal menilai orang seperti itu."

Ucapannya tenang tidak penuh emosi sepertiku tapi menusuk tepat di hati.

"Aku minta maaf Barbz. Halo? Barbz."

Sial di mematikan sambungannya sekarang apa?

"Minta maaf padanya Niall. Datang ke hotelnya." Ucap Liam sambil menepuk-nepuk bahuku.

Iya mungkin aku harus ke sana. Aku segera mengetik pesan kepada Kendall untuk menanyakan dimana hotel Barbara. Setelah Kendall memberitahu lokasinya aku segera mengambil coat lalu pergi. Aku sempat berpikir makanan kesukaan Barbara apaya? Ah ya! Es- krim. Tapi mana bisa es-krim di bungkus. Ya sudahlah pizza saja. Setelah membeli pizza tiga kotak aku melanjutkan perjalananku ke hotelnya.

Kamar 1224.

Aku berhenti di depan pintu kamarnya. Apakah aku perlu melakukan ini? Atau aku bisa saja menyimpan pizza-pizza ini di depan pintu kamarnya lalu memencet bel dan segera sembunyi di balik tembok. Tapikan tujuanku ke sini untuk meminta maaf. Ya sudahlah. There is no turning back.

Saat aku mau memencet belnya. Aku mendengar ada suara orang tertawa. Apa mungkin Barbara tidak sendirian? Mungkin dia sedang telfonan?

Setelah memencet bel dua kali. Tak lama Barbara muncul dari balik pintu. Ia tampak terkejut?

"Hei." Aku yang menyapa duluan.

"Oh hei."

"Siapa Barbz?" Oh ternyata dia tidak sendirian. Tapi kenapa suaranya seperti laki-laki?

Barbara melebarkan pintunya dan tampaklah orang sialan itu. Bagaimana ceritanya ia bisa dekat dengan Barbara?

"Kau personil band itukan? Hai aku Lucky, Lucky Blue Smith temannya Barbara." Ucapnya sambil menyodorkan tangannya untuk menyalamiku. Tentu saja aku menerima jabatan tangannya dengan berat hati.

"Niall, Niall Horan Barbara's future husband." Lucky membelakkan matanya sesaat lalu kembali ke keadaan normal lagi. Dasar sok kalem.

"Oh ya ini aku bawakan pizza untukmu, sayang." Ucapku memberi pizza yang kubeli kepada Barbara sambil tersenyum penuh arti meminta penjelasan - bagaimana bisa dia di sini? Yang di jawab dengan cengiran kudanya sambil menerima pizza itu lalu menggumamkan kata terimakasih.

"Ka-kalau begitu aku pergi dulu ya, sebentar lagi aku akan ada photoshoot. Bye have a nice day Barbara." Serius? Dia hanya memberi salam perpisahan kepada Barbara?

"Baiklah hati-hati. Terimakasih sekali lagi untuk bunganya. Bye have a nice day too." Sudah sok kalem sok manis lagi. Bukan pacarnya tapi ngasih-ngasih bunga.

"Sebenarnya kau itu mau apa ke sini?"

"Kenapa Lucky bisa di sini?" Ucapku memgacuhkan pertanyaannya.

"Dia hanya mengirim bunga lalu dia mengobrol denganku."

"Lalu tadi kenapa kau berisik sampai ke dengeran ke luar?"

"Oh itu. Tadi aku ketawa soalnya Lucky orangnya lucu banget."

"Aku juga bisa lucu kaya dia."

"Okay then. Try me."

ISSUES -N.H (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang