3 - Bus Terminal

920 118 29
                                    

Waktu dini hari telah memasuki bumi Seoul. Lebih tepatnya, saat ini jam tengah menunjukkan pukul 1:43 AM.

Sambutlah sepasang insan manusia yang terdapat di halte bus setelat ini, mereka adalah Kim Jongin dan Jung Soojung. Keduanya memiliki suatu urusan yang penting tanpa bisa ditangguhkan untuk keesokan harinya, sehingga mereka berakhir duduk di halte menunggu bus untuk datang. Padahal jadwal bus selanjutnya ialah pukul 5:30 AM, bayangkan jika mereka menunggu selama itu.

Sayangnya lagi, hujan yang bisa dibilang deras membuat mereka berdua mengurungkan niatnya untuk pulang dengan berjalan kaki.

Sebenarnya mereka tidak sendirian di sana, jika saja pria paruh baya yang awalnya juga ikut menunggu di halte tidak dijemput oleh sebuah mobil yang terlihat cukup mahal. Ah, paling tidak dia dijemput seseorang.

Kim Jongin merapatkan jaketnya akibat hujan deras itu juga disertai oleh angin kencang, yang sudah jelas membuat tubuhnya menggigil kedinginan. Tepat detik ini, dia sangat ingin menikmati secangkir cokelat panas yang biasa dibuat oleh kakaknya—manis dan ah, seketika dia membayangkan jika minuman tersebut tengah melewati kerongkongannya saat ini. Mungkin ini akibat waktu yang sangat telat baginya untuk beristirahat, sehingga pikirannya melantur tanpa kenal arah.

Jongin melemparkan pandangannya pada gadis di sebelahnya—jarak mereka tidak terlalu dekat—dan sukses terheran-heran karena gadis itu hanya mengenakan sebuah beanie berwarna hitam, tidak ada jaket ataupun mantel. Pandangannya tetap mengarah pada aktivitas malam Seoul yang semakin lama semakin sepi.

"Kau yakin tidak kedinginan hanya memakai beanie itu?" Jongin memberanikan diri bertanya. Sebenarnya pakaian gadis di dekatnya tidak terbuka atau kurang bahan, hanya saja kemeja yang digunakannya juga tidak setebal itu. Jongin tahu karena dia juga memakai sebuah kemeja di dalam jaketnya. Belum lagi celana jins yang dikenakan—hei, kalian jelas tahu bagaimana rasanya memakai celana jins ketat dan diterpa hujan deras.

Sang gadis dengan pemilik nama lengkap Jung Soojung menggelengkan kepalanya. "Tidak," katanya singkat. Jongin curiga gadis ini berpikir dia lelaki berhidung belang yang belum pulang selarut ini. Jongin menggeser duduknya mendekati gadis itu, memberanikan diri menyentuh tangan kiri si gadis yang tengah terletak di atas pahanya.

Gila, ini lebih dingin dari salju di musim dingin, pikir Jongin hiperbola. Tapi yang dipikirkannya bukanlah omong kosong. Bagaimana dia bisa berpura-pura tahan mengatakan 'tidak' hanya dengan sebuah beanie hitam yang terpasang di kepalanya? Lucu.

Soojung menatap Jongin sengit. Dia tadinya tak benar-benar memperhatikan pemuda yang ada di dekatnya. Saat dia tahu Jongin ialah pemuda dengan tatapan mata polos dan tampak seumurannya, dia lega. Mengembuskan napasnya lelah, dia berkata, "Serius, aku tidak kedinginan."

Jongin mendengus. "Itu karena tubuhmu sudah mati rasa!" protesnya. Soojung mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

Didasari rasa kasihan—walaupun dia sedikit kurang rela—Jongin menawarkan jaketnya. "Hei, kau mau bertukaran sebentar? Aku yang memakai beanie-mu dan kau memakai jaketku. Kau lebih membutuhkan jaket daripada beanie. Rambutmu panjang, jadi pasti rasanya hangat tanpa memakai topi itu. Sedangkan rambutku pendek." Oke, alasan macam apa itu?

Soojung tertawa kecil. Matanya sedikit menyipit ketika tertawa—satu hal yang langsung disukai Jongin dari gadis ini. "Tentu," balas Soojung. Bersamaan dengan dia yang menyerahkan beanie miliknya, Jongin juga memberikan jaket denimnya.

Kim Jongin kini mengenakan beanie hitam dan Jung Soojung dengan jaket denim yang agak kebesaran di tubuhnya. Ketika Soojung merapatkan jaket yang dikenakannya, barulah dia merasa ternyata tubuhnya telah mati rasa seperti yang dikatakan Jongin tadi—oke, dia mengakui dirinya sangat kedinginan. Dia bisa merasakan aroma pemuda itu berkeliaran di udara, memaksa untuk masuk indera penciumannya. Sedangkan Jongin, dengan dirinya yang mengenakan beanie Soojung, rambutnya pasti berakhir dengan harum buah stroberi.

Wonderwall: A Kaistal CollectionWhere stories live. Discover now