1. Beng-Beng Menyakitkan, Tanda Tangan Menyebalkan

3K 251 61
                                    

"Kamu pikir perasaan aku itu mainan apa?! Dan seenaknya bisa dibercandain kayak gini? Kamu anggap aku apa Lid? Hah?! Jawab?!"

"Sin, dengerin penjelasan aku dulu dong.. Siapa sih yang mainin perasaan kamu? Kamu tuh salah paham, maksud aku tuh....."

"Dasar gak punya hati!"

Suara nyaring terdengar dalam Cafe saat tangan bertemu dengan pipi. Benar. Satu tamparan berhasil dilayangkan ke pipi Lidya dari gadis yang berada tepat di depannya. Beruntung pagi ini Cafe dalam keadaan sepi. Hanya seorang pegawai dan seorang kasir yang menyaksikan potongan adegan drama itu.

"Si-sinka.." Ucap Lidya terbata-bata.

"Maaf Lid, tapi emang kamu pantas untuk dapat tamparan tadi. Kita putus. Jangan pernah kamu hubungin aku lagi"

Mata Sinka terlihat berkaca-kaca. Mungkin dengan satu kali kedipan, air matanya akan jatuh membasahi wajahnya. Kini Sinka mengambil tas miliknya di atas meja kemudian dia bergegas keluar dari Cafe.

Lidya membiarkan saja saat Sinka beranjak pergi tanpa ada usaha untuk mengejar atau menjelaskan duduk permasalahannya. Lidya kembali menyandarkan punggungnya di sofa. Mengusap pipi kiri dengan tangan kirinya dengan perlahan.

"Ini tamparan paling sakit, sumpah nyeri banget ckckck" decak Lidya.

Dia mengangkat beberapa kertas dari atas meja, membacanya sebentar, lalu memasukannya ke dalam tas ranselnya.

"Padahal rasa sayangnya udah makin kuat. Tapi kenapa malah jadi begini sih.. Apa tadi ada salah ngomong ya? Haahhh.. Semoga kamu bisa dapet yang lebih baik dari pada aku Sin" pandangan Lidya lurus menatap suasana jalanan di balik jendela. Segera Lidya menuliskan pesan singkat kepada Sinka untuk meminta maaf dan mendoakan yang terbaik. Bagaimanapun Sinka adalah gadis yang sangat baik.

"Tapi asli deh, Sinka itu makan apa sih? Berasa ditampar pake kamus Oxford. Tangannya tebel banget kayak Beng-Beng"

Hening menyelimuti beberapa detik kemudian. Diikuti seulas senyum kekanakan dari seseorang yang sarapan paginya berupa tamparan di pipi.

"Duh jadi pengen Beng-Beng kan, nitip ke Jeje ah"

Dengan itu pula Lidya langsung merapihkan bawaannya sambil mengusap pipi kirinya yang notabene bekas kena tampar. Tanpa buang waktu, dia pun segera menghubungi teman yang dia maksud barusan.

~Nomor yang ada tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi.~

"Ckckck segala sok sibuk gak bisa di telpon, ngapain sih manusia ini? Lagi godain anak orang jangan-jangan"

Tak ada jawaban setelah berusaha menelpon beberapa kali. Akhirnya Lidya meninggalkan beberapa lembar uang puluhan ribu di meja. Lalu keluar dari cafe menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

***CP&C***

Seorang gadis berambut pendek dan berperawakan tengil baru saja memasuki pintu pagar Sekolah Menengah Akhir barunya dengan terburu-buru. Hari ini adalah hari pertamanya dalam mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Gadis itu berlari sekuat tenaga namun naas, tiba-tiba saja ada sesorang yang menghalangi jalannya. Berlari dengan kecepatan penuh sudah pasti membuatnya tak bisa berhenti mendadak.

BRUKKK.

Jatuhlah mereka berdua.

"Woy! Gak tau apa orang lagi buru-buru pake berhenti ditengah jalan segala! Gak liat-liat lagi!" Bentak si gadis berambut pendek tadi tanpa menyadari siapa yang baru saja ditabraknya.

Renewal Contract Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang