Summary :
Cinta mengajarkan kita bagaimana merasakan kehangatan dari cinta itu sendiri, canda tawa semuanya menyatu menjadi satu. Tapi cinta juga mengajarkan kita bagaimana merasakan kebencian dan rasa sakit karena cinta itu sendiri.
**
** C2 **
**
Terlihat seorang gadis berulang kali melirik arloginya. Sudah 15 menit berlalu gadis itu menunggu seseorang yang memintanya bertemu secara tiba-tiba.
"stephanie.. aku tidak yakin dia ak-"
"diamlah di dalam lucas!" jengkel gadis itu kepada namja yang sedari tadi menggerutu didalam mobil honda jazz miliknya. Gadis itu menghentakkan kakinya dan menatap sungai yang memenuhi pandangannya.
Bruk!
Terdengar pintu mobil yang di tutup paksa. Gadis itu menoleh kearah samping, menemukan namja dengan mata birunya menatapnya dengan lekat. "kenapa kau nekat sekali? Stephanie young hwang?! Dia mungkin membohongimu, atau hanya ingin mempermaikanmu!" ucap namja itu tertahan. Gadis itu menatap datar kearah namja tersebut lalu membuang pandangannya pada pembatas jembatan, yang terbuat dari baja kokoh.
"peduli apa kau padaku?!" tanya gadis itu dengan datar namun menusuk. Membuat namja itu langsung diam.
"aku sangat peduli karena cuaca disini makin memburuk! Kau tahu, seoul sedang di landa badai dan kau masih mau mengikuti permintaan bodoh namja ingusan itu?!" maki lucas yang tidak tahan dengan emosinya yang memuncak di ubun-ubun.
"jangan menyebutnya namja ingusan, ingat! Park lucas! Kau itu hanya partner kerjaku, tidak lebih sedangkan dia NAMJACINGUKU! Kecamkan itu!!" ucap gadis itu penuh penekanan. Tapi bukannya takut namja itu malah menyeringai licik.
"kau ingat? Aku menjadi orang kepercayaan kakakmu, jadi kau sekarang tanggung jawabku-"
"presetan dengan itu semua lucas!!" jengah gadis itu dan berbalik menghadap namja tersebut. Saat hendak ingin melayangkan sebuah tamparan kearah namja tersebut, tiba-tiba sebuah suara membuatnya menoleh.
"f-fany-ah.. hosh.. hosh.." terlihat namja dengan rambut yang berantakkan memegang kedua lututnya lalu dia berdiri tegap menatap gadis itu dan lucas yang menatap tidak suka kearahnya.
"taetae.." ucap tiffany tertahan dan lengannya tiba-tiba di cekal oleh lucas yang berada tepat dihadapannya. Tiffany menatap tajam kearah lucas. "lepaskan bodoh!" ucapnya stengah berbisik.
"tidak!" ucap lucas angkuh.
"lepaskan yeojacingu-ku!" ucap suara dingin milik taeyeon yang membuat kedua orang itu menoleh. Tatapannya datar dan ada kebencian yang bisa tiffany lihat dari taeyeon kepada namja dihadapannya. Lucas hanya bisa tersenyum meremehkan lalu melepaskan lengan tiffany.
Tiffany berjalan kearah taeyeon dan menatap namja itu dengan datar.
Plak!
Sebuah tamparan mendarah dipipi taeyeon. Namja itu hanya diam dan menatap sendu tiffany. "mianhae.." lirihnya pelan sambil menahan perih pada pipinya.
"kenapa kau sekarang menjadi egois, tae?!" omel tiffany setelah mereka berdua terdiam cukup lama. Sementara itu lucas sudah pergi meninggalkan mereka berdua dengan mobil milik tiffany. Taeyeon menatap tiffany masih dengan sendu. Tapi entahlah.. tatapan namja itu seakan kosong dan tiffany seakan hanya angin yang lewat.
Udara malam itu semakin menusuk kulit-kulit mereka. "aku melakukannya demi kebaikanmu, fany-ah.." lirih taeyeon, nyaris seperti berbisik ketika angin berhembus kencang menerpa mereka berdua.
"apa? Apa kau bilang?!" ulang tiffany masih tetap pada amarahnya. Dia tidak habis pikir dengan namja di hadapannya sekarang, padahal setahun yang lalu dia berjanji menahan diri hingga tiffany benar-benar bisa meyakinkan ayahnya soal hubungan mereka. Tapi lihat sekarang? Taeyeon, namja itu tiba-tiba memaksanya untuk segera pulang ke seoul dan menemui dirinya jika tidak namja itu tidak akan melamarnya. what the hell?!!! Batin tiffany. "demi kebaikkanku, kau bilang?! Apa kau tidak tahu? Aku di sana sedang berusaha menyakinkan daddy! Tidakkah kau mengerti kim taeyeon!!" amarah tiffany benar-benar memuncak. Ingin rasanya dia menghajar namja imut itu, tapi dia tahan karena namja itu adalah kim taeyeon. Orang yang dia cintai. Tiffany menahan air di pelupuk matanya karena taeyeon tidak kunjung menjawabnya.
"f-fanyy-ah.." tiffany mengalihkan pandangannya dan setetes air mata lolos tapi buru-buru gadis itu hapus dengan kasar. Taeyeon hanya bisa meringis melihat gadis yang dia cintainya menangis. "hajiman.." tanpa aba-aba taeyeon memeluk tiffany kedalam pelukkannya. Memeluknya dengan posesif, menyalurkan kehangatan di tengah angin malam yang menusuk.
"j-jawab a-aku tae.. hiks.. hiks.. kenapa kau hanya diam saja!" sahut tiffany di sela-sela isakkannya yang mulai terdengar. Bahunya bergetar hebat dan taeyeon semakin mengeratkan pelukkannya.
"jika kau tidak sanggup, jangan lanjutkan hubungan ini tiff.." nada suara taeyeon membuat tiffany menjadi bungkam seketika. Namja itu sedang serius jika memanggilnya dengan namanya bukan nama panggilan untuk dirinya. Tiffany meremas kemeja yang taeyeon kenakan dan menatap namja itu dalam diam sambil sesekali sesegukkan.
"w-wae?" suaranya seperti tertahan dan taeyeon mulai bungkam lagi.
"aku tidak mau melihatmu menjadi stress karena kau menentang daddy-mu. dari awal daddy-mu sudah tidak setuju, karena dia tahu. Akulah yang membuatmu 8 tahun lalu kabur dari rumah dan nekat kemarih untuk sekedar-"
"tidak bisakah kau melawannya sedikit tae! Aku berjuang demi kau.. demi kita.. demi hubungan ini..." sela tiffany dengan cepat. "sudah kubilang itu keputusanku, tidak ada hubungannya denganmu!"
"f-fany-ahhh.." taeyeon hanya bisa memeluk tiffany dengan erat sambil meletakkan dagunya pada puncak kepala gadis brunette itu. "mianhae.." lirihnya pelan sebelum mengecup puncak kepala tiffany. Taeyeon mengendurkan pelukkannya lalu meraih dagu yeoja itu untuk bisa melihat wajahnya. "dengar.." taeyeon mulai berbicara lagi sehingga tiffany baru menatap manik mata hitamnya.
Tiffany kembali mendesah karena taeyeon tak kunjung melanjutkan kalimatnya. Taeyeon memandangi paras cantik yang terpancar dari wajah tiffany sebentar lalu menghembuskan nafas beratnya. "aku memintamu kemari, karena aku ingin kita akhiri hubungan ini.." taeyeon memejamkan matanya setelah berkata seperti itu sedangkan tiffany hanya menatapnya dengan shock. Tiffany membatu dan sebulir bening air mata keluar dari pelupuk matanya.
"k-kau,, s-ser-ius-s, t-tae?" tanya tiffany dengan susah payah. Lidahnya terasa kelu. Bagaikan tersambar petir siang bolong. Tubuhnya terasa menegang tapi langsung lemas seketika ketika mendengar lontaran kalimat menyakitkan dari orang yang selama ini dia cintai dengan segenap hatinya.
"iya, aku serius." Jawab namja itu mantap. Taeyeon membuka matanya kembali dan menatap tiffany dengan sendu. Tapi tiffany tidak bisa membohongi dirinya melihat tatapan kesedihan dari namja yang berada di hadapannya. "aku sudah tidak menyayangimu, tiffany hwang!" ucap taeyeon lagi yang membuat tiffany menggeleng.
"a-anyio!! Kau bohong tae!! Tatap mataku!!" teriak tiffany lalu menangkup wajah taeyeon agar manik hitam itu menatapnya kembali. Tiffany menatap intens taeyeon. Tapi namja itu hanya diam sambil menatapnya. Tiffany melemas, namja itu benar.. tidak ada kebohongan dari tatapan matanya. Namja itu benar-benar sudah tidak menginginkannya lagi.
Mulut dan pikiranku boleh mengatakan aku tidak lagi menyayangimu, tapi hatiku tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak mencintaimu lagi, tiffany hwangku..
Tiffany akhirnya melepas kedua tangannya dari wajah taeyeon dengan lemas dan mendorong tubuh namja itu agar sedikit menjauh dari dirinya. "jika itu yang kau mau, maka akan aku kabulkan." Tiffany tersenyum gentir. Berusaha untuk tetap tegar meski dalam hatinya menjerit mengatakan tidak dan mengatakan bahwa taeyeon berbohong padanya. Yeoja itu hendak berbalik dan berjalan meninggalkan taeyeon tapi tangannya di tahan oleh namja itu yang membuat tiffany menoleh meski air matanya terus mengalir dengan derasnya. "w-wae?" tanya tiffany dengan suara serak.
"aku tahu, kau masih tidak bisa melerakan aku. Jadi kumohon bencilah diriku agar kau bisa melerakan aku, tiffany." Ucapan taeyeon benar-benar membuat tiffany ingin menghilang dari tempat itu sekarang.
Tiffany mengeram frustasi lalu menghempas tangan taeyeon dengan kasar. "aku sudah melerakanmu!! Kecamkan itu!! Kim taeyeon!!" teriak tiffany tapi taeyeon hanya bisa menggeleng.
"jika kau-" taeyeon meraih kembali tangan tiffany dan menggenggamnya dengan erat. "-melerakanku." Taeyeon menatap manik mata tiffany meski harus menahan sakit karena tiffany menatapnya dengan raut kesedihan. "-bencilah diriku, bencilah cintaku.. karena-" taeyeon melepas genggamannya lalu mencengkram kedua bahu tiffany. "-itu akan membuatmu bisa melupakanku dengan cepat." Lanjut taeyeon.
Tapi aku tidak bisa, kim taeyeon!! Aku tidak bisa tidak mencintaimu meski sekarang kau membuatku membenci dirimu sepenuhnya
"..." tiffany masih sesegukkan dalam diam hingga akhirnya taeyeon melepaskan tangannya dari bahu gadis itu.
"bencilah diriku karena sekarang aku musuhmu.." setelah berkata seperti itu taeyeon berbalik dan melangkah pergi. Tiffany hanya bisa menatap punggung taeyeon dengan masih menangis dalam diam.
Berbaliklah, tae... kumohon berbaliknya.. berbaliknya lalu kembali padaku dan memelukku. Bisikkan padaku bahwa itu semua bohong!!!
Tapi yang diharapkan tiffany hanya angin lalu karena namja itu telah menghilang dari pandangannya. "namja brengsek!!" lirihnya lalu menghapus air matanya yang masih mengalir bebas di pipinya. Tangannya bergetar lalu berbalik. Melangkah pergi, berlawanan arah dari taeyeon.
Tiffany melangkah, terus melangkah tanpa arah dan tujuan. Meski angin malam makin kencang dan menusuk kulit-kulitnya. Dia lupa akan segalanya. Cinta yang membuatnya seperti itu, dan jangan lupakan namja yang sudah merebut separuh hatinya yang membuatnya jatuh ke dasar tanah dalam waktu beberapa menit hanya dengan ucapannya. Bahkan namja itu tidak memberikan alasannya yang entah tiffany sudah tidak tertarik lagi. Sekarang dirinya hanya memeluk kedua lengannya sembari mengusap-ngusap lengannya yang membeku karena udaranya sangat dingin.
Pandangannya lama kelamaan menjadi buram sampai akhirnya tubuhnya menjadi seringan kapas lalu tidak mendengar apa-apa selain suara angin yang berhembus kencang. Dan semuanya menjadi gelap..
***
Ketika mereka di pertemukan kembali.. cinta mereka masih sama.. utuh seperti dulu.. meski sudah melewati bertahun-tahun lamanya..
Tapi mungkin takdir masih mempermainkan mereka..
Ego mereka kembali mencuat seperti dulu.. entah itu kesalahan kecil yang berakibat fatal. Menyebabkan mereka akhirnya benar-benar berpisah.
Tapi perpisahan mereka menguak luka lama seseorang.. seseorang yang dari dulu sudah merencanakan ini.. seseorang yang dari dulu tidak menginginkan mereka bersatu..
Seorang teman lama pernah berkata, "mereka berpisah tapi nyatanya cinta mereka tidak, karena cinta tidak harus memiliki..". karena itu, dibutuhkan kesabaran dan luka untuk memberi mereka pelajaran bagaimana arti cinta yang sesungguhnya.. bukan hanya sekedar tentang salah paham.
Bagaimana taeyeon bangkit dari keterpurukkan.
Bagaimana tiffany mengimbangi rasa bersalah dan rasa nyaman yang datang pada saat yang bersamaan.
Bagaimana jessica, yuri, berserta lainnya mengadapi masalah yang lebih berat?
Akankah cinta mereka sama seperti dulu? Ataukah akan berakhir seperti dengan ucapan yang mereka selalu takutkan? Yaitu berpisah..
Tetapi kita semua tidak tahu, hanya tuhan dan merekalah yang tahu.. dan jangan lupakan soal takdir..
Karena takdir pasti punya cara yang unik untuk mempersatukan mereka kembali jika mereka memang sudah berada di garis takdir yang sebenarnya.
Because love doesn't must to have,
BUT
Love is never wrong..
Jika dari awal mereka di takdirkan untuk bersama, cinta pasti akan membawa mereka kembali meski dengan cara yang menyakitkan sekali pun..
YOU ARE READING
Continued Session 2
FanfictionSeorang teman lama pernah berkata, "mereka berpisah tapi nyatanya Cinta mereka tidak, karena Cinta tidak harus memiliki,,". Karena itu, dibutuhkan kesabaran dan luka untuk memberi mereka pelajaran bagaimana arti cinta yang sesungguhnya, bukan hanya...
