Bab 1 - Siapa Dia?

Mulai dari awal
                                    

"Aku sudah terlambat!" pekik Hanin bergegas menggapai tas tangannya. Dia harus bergegas tiba di Ballroom sebelum Vega dan Lizzi murka padanya.

Langit Jakarta malam ini begitu terang. Hanin menikmati pemandangan langit Jakarta dari taksi yang ia tumpangi. Lampu-lampu pada bangunan perkantoran dan lampu jalan yang menerangi malamnya tetap tidak bisa menghilangkan rasa sukanya pada langit gelap yang mempesona. Langit gelap yang setia bersama dengan kesepiannya.

Hanin harus menahan perasaannya ketika di pesta nanti. Sahabat dan teman semasa SMA akan berkumpul pada pesta meriah pertunangan Lizzi dan kekasihny,Erik. Keduanya adalah putra-putri dari keluarga penguasa besar Negeri ini. Hanin mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk selalu siap menjawab pertanyaan-pertanyaan akan statusnya yang masih saja betah melajang diusianya yang sudah kepala tiga

Hanin membayar taksinya sebelum turun dari taksi tepat di lobi utama. Dia berjalan memasuki Hotel lalu naik menuju lantai 2 dimana area Ballroom berada. Kedatangan Hanin disambut Vega dan suaminya, Nando.

"Kamu tuh ya Nin.. Kenapa sih hapenya nggak aktif dari siang?" tanya Vega memulai aksi ceramahnya. Hanin menampilkan cengirannya. Dia malas harus berdebat dengan Vega apalagi dalam posisi bersalah.

"Hapeku lobet dan aku sibuk membereskan apartement," jawab Hanin yang kemudian dipercaya oleh Vega. Dia terkenal sebagai anak rumahan selain profesi pengacara yang disandangnya. Dan tidak akan ada yang menyangka kalau tadi malam Sang 'anak rumahan' memutuskan minum hingga mabuk bahkan berakhir di ranjang milik pria yang tak dikenalnya.

"Kamu sendiri saja Nin? Tidak jadi bawa seniormu itu?" tanya Vega yang tak melihat ada orang lain disamping Hanin.

"Bram sibuk Ve, nggak enak kalau mau ngajak dia ke tempat rame gini." jawab Hanin yang menutupi fakta bahwa ajakannya ditolak seniornya karena pria itu lebih memilih pergi dengan seorang pengacara magang yang usianya jauh lebih muda dan tubuhnya yang jauh lebih seksi.

"Ooh gitu.." sahut Ve murung. Hanin tersenyum lalu menepuk lengan Ve yang terbalut kebaya modern dengan padu padan songket yang dibuat rok berpotongan H-line.

"Sendiri juga gak papa daripada berdua tapi cuma teman kencan bohongan." ujar Hanin yang membuat Ve meringis lalu tersenyum masam pada Hanin.

"Nin.. Kamu tuh ya.. Nggak bosen apa jadi bahan gunjingan temen-temen, aku gak terima Nin kalau mereka udah gunjingin status single kamu." Ujar Ve dengan wajah masam yang membuat Hanin tersenyum lalu merangkul sahabatnya itu.

"Mereka cuma bisa ngomongin dibelakang aku Ve, kamu tahu kan siapa aku? Aku Hanin Raina Bhakti, SH, MH." Sahut Hanin dengan bangga. Ve terkekeh mendengarnya.

Hanin, Ve dan suaminya Nando masuk ke dalam Ballroom dengan langkah mantap. Suka atau tidak suka pesta ini adalah pesat sahabat mereka. Siapa yang ada didalamnya selain Lizzi dan Erik adalah hanya penghias. Hanin tak boleh terpancing bahkan sampai marah. Dia harus tahan banting malam ini walau sisa mabuk kemarin malam masih terasa tapi demi Lizzi dan Erik, Hanin harus jadi tamu anggun yang siap menyapa siapa saja.

"Dimana Lizzi?" tanya Hanin setelah tak melihat calon mempelai yang akan bertunangan malam ini.

"Lizzi dan Erik di ruang ganti, mereka akan dipanggil saat MC mengumumkan kedatangan mereka berdua." Jelas Hanin yang sepertinya hafal sususan acara.

Hanin mengelilingi pandangannya dan sempat bersitatap dengan wajah-wajah yang dikenalinya semasa SMA. Ada yang masih berkomunikasi dengannya karena sempat meminta bantuannya untuk menyelesaikan kasus perkaranya. Mereka yang hanya sebagai teman-teman kumpul beberapa tahun terakhir. Ada juga yang sempat berhubungan baik sebagai teman-amat-sangat-dekat sebelum mereka mulai mengundurkan diri karena kasus-kasus Hanin yang kadang membuat wajah cantiknya nongol di Televisi Nasional. Hanin mulai jengah melihat pandangan mereka yang bak lampu sorot. Membuat hatinya kesal dan kesabarannya surut.

DESPERATE FOR LOVE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang