–––––––––––––
"If it is important enough to you
you will find a way.
If it is not
you will find an excuse."
–––––––––––––
🍁🍂
"Apa, Ad?"
"Aku? Kenapa aku?"
"Tidak bisa begitu, kau membangunkanku pukul 11, harusnya aku bangun jam 1!"
"Astaga, Ad"
"Lalu–"
Ah, teleponnya terputus. Apa yang harus aku lakukan di atas tempat tidur pukul 11 siang?
Aku memandang ke jendela kamarku yang belum terbuka. Memang biasanya tidak terbuka kalau bukan aku yang membukanya. Papa? Tidak mungkin. Ia lebih menghargai waktunya untuk menonton cricket daripada datang ke kamarku dan membuka tirai.
Adrian memintaku untuk datang ke acara reuni SMA-nya yang akan dimulai pukul 4 sore. Masih lama sih, tapi datang ke acara reuni itu butuh persiapan yang lebih dari sempurna.
Aku malas beranjak dari kasurku. Aku menutup sebagian wajahku dengan bantal. Dan bunyi dering telepon lagi-lagi menggangguku. Adrian lagi pasti.
"Ad, dengar, aku harus pergi ke salon. Kau tentu tidak mau membawaku yang bau sampah ke acara reunimu itu 'kan?"
"Maaf, Nona, saya bukan–uhm, An–"
"'Ad' yang benar, lalu ini siapa?" Ucapku setelah mengecek ID caller si penelepon.
"Saya dari yayasan anak penderita kanker, yayasan kami butuh rekanan yang bisa membantu saya mencari volunteer untuk yayasan dan teman saya memberikan nomor Anda"
Aku menegakkan tubuhku di atas kasur. Yayasan anak penderita kanker? Yang lebih penting lagi, nomorku disebar sembarangan oleh orang–entah siapa. Itu berbahaya. Bisa saja ada orang iseng yang berniat buruk padaku.
"Maaf?"
"O-ah, lalu?"
"Jadi, saya akan mengirim teman saya, pendiri yayasan ini ke PIJAR"
"Kapan aku harus menemuinya?"
"Siang ini, pukul 2"
Aku tidak akan menolak seseorang yang meminta bantuanku, apalagi jika aku memang benar-benar bisa membantunya. PIJAR memiliki banyak volunteer dan meskipun begitu, masih banyak yang ingin mendaftar menjadi volunteer.
Mungkin aku bisa mensortir mereka dan mengalihkannya ke yayasan tersebut. Aku belum pernah bekerja sama dengan yayasan manapun dan untuk pertama kalinya bekerja sama dengan yayasan anak penderita kanker, sepertinya pengalaman yang menarik.
Aku bersiap-siap untuk berangkat ke PIJAR. Setelah memakan sarapanku–anggap saja begitu karena aku tidak bangun pagi–dan berpamitan pada Papa, aku naik bus yang trayeknya melewati PIJAR.
Sebuah nomor telepon tidak dikenal meneleponku saat di bus. Aku tentu saja bukan orang dengan tipe mau menerima telepon dari sembarang orang, dan alasan yang lebih menguatkan, ini bus, man. Kalau ponselku dijambret siapa yang mau tanggung jawab?
Semakin takut aku jadi semakin penasaran. Tapi aku sudah menempelkan ponselku ke telinga.
"Ardina?"
Suara laki-laki. Petugas asuransi? Credit card? Atau polisi?
"I-iya"
"Saya sudah sampai di PIJAR"
ESTÁS LEYENDO
If You're [Not] The One
RomanceArdina "Saya tidak bisa untuk tidak memilih kamu. Karena kalau saya tidak memilih kamu, saya kehilangan separuh jiwa yang saya punya" Adrian "Kamu bertahan atau tidak, itu urusanmu. Yang menjadi urusanku hanyalah mencintaimu. Karena pertahanan hanya...
![If You're [Not] The One](https://img.wattpad.com/cover/74617637-64-k901181.jpg)