"Mudah saja. Aku datang, bertemu dengan Jin Oppa, lalu pergi. Keesokan harinya pasti aku sudah berada di Cheongju lagi. Ahh, seperti itu saja kau tidak tahu," jawab gadis itu dengan nada mengejek.
"Kalau begitu sampaikan salamku pada Seokjin Hyung. Aku sangat ingin berbicara dengannya." Taehyung memandang sekitar, mereka sampai di pintu gerbang. Lingkungan sekolah sudah teramat sepi. Hanya ia dan gadis di sampingnyalah manusia yang bisa dijangkau pandangan mata. "Ketika esok bel dibunyikan tiga kali (re; bel masuk pukul 5 sore), saat itu juga temui aku di gedung theater."
Air jatuh menetes di atas ubun-ubun, membasahi rambut. Dingin, menyejukkan. Kemarin, kemarin lusa, lalu kemarinnya lagi, dan kemarin-kemarin, Sujeong tak pernah sekali pun terlihat membawa payung meski hujan turun setiap waktu. "Lupa membawa payung lagi?" tanya Taehyung.
Lelaki itu pun mengulurkan benda pelindung hujan di atas kepala Sujeong, lalu meminta gadis itu untuk memegangnya sendiri. Sujeong tersenyum. Bukan hanya asal tersenyum lebar, tetapi pula terlihat semanis gula. Hampir tak pernah ia menunjukkan kemanisan itu di depan orang lain, selain Kim Taehyung.
Perlahan langkah Sujeong terkerahkan. Selagi jalannya belum jauh, Kim Taehyung terus menatap punggung yang tertutup uraian rambut itu. Raga gadis manis yang menjauh, terus menjadi pusat fokusnya hingga lenyap dari pandangan.
***
Waktu istirahat sore berlalu. Sekiranya lima menit yang lalu, saat jarum jam menunjuk pukul 5, bel sebanyak tiga kali dibunyikan. Artinya jam istirahat terakhir sudah berakhir.
Sesuai yang dijanjikan, Taehyung meninggalkan kelas hanya untuk mengenalkan gedung theater kepada Sujeong. Pintu besar ruangan itu pun terbuka, menampakkan kemegahan isi di dalamnya. Ruangan mewah dengan bangku penonton bertingkat berbentuk tapal kuda, juga sebuah panggung di depan lengkap dengan pianonya, sementara satu lampu menyorot ke sisi panggung. Di situlah Taehyung sontak kaget mendapati seseorang tertidur di piano. Bukan berarti ia berbaring di atas pianonya, melainkan hanya meletakkan kepala di atas penutup tuts. Helaian rambut sepunggung yang selalu terurai menutupi wajah damai itu.
Taehyung naik ke panggung dan mendekat. "Seberapa lama kau menunggu? Kan aku bilang untuk datang setelah bel tiga kali dibunyikan."
Lelaki itu ikut duduk di bangku yang sama di samping gadis yang tertidur nyenyak itu. Tangannya pelan-pelan terangkat, hampir saja menyentuh wajah damai itu, namun ditahannya. Aku... Aku bukan siapa-siapa, pikir Taehyung. Namun sesaat entah dorongan dari mana, perlahan ia memberanikan diri menyibak rambut yang menutupi wajah gadis itu, hingga terlihat jelas paras cantik yang tentram dalam hanyutan mimpi.
"Hai, Tottochan!" bisik Taehyung tersenyum. "Apa kau memimpikanku?"
Tangan Taehyung di wajah Sujeong ternyata membuat gadis itu merasakan hangat belaiannya. Tak ingin tertangkap basah, lelaki itu segera saja menjauhkan tangannya cepat. Jantungnya menghujam cepat seiring dengan kecepatan angin di luar.
Sujeong mengumpulkan kesadarannya selama dua detik, sebelum akhirnya ia bangkit secara kilat dari tempat duduk. Begitu terkejut dirinya mendapati seseorang yang ia tunggu-tunggu sampai ia ketiduran kini berada di sandingnya.
"Apa kau sudah lama? Sejak kapan aku tidur?" tanya Sujeong panik.
"Seharusnya aku yang tanya," jawab laki-laki itu dengan ulas senyum di bibir.
Masih panik, Sujeong berbisik lirih, "Ahh, seharusnya aku tidak boleh tidur sembarangan!" Taehyung yang mendengar itu langsung tertawa. Untung saja Sujeong tak menyadari apa yang dilakukannya beberapa saat lalu. "Apa aku mengigau lagi? Apa aku tidur berjalan?"
Taehyung mengerutkan kening, "Apa yang kau maksud dengan 'lagi'?"
"Bukan apa-apa. Bibi dan kakakku sering bilang aku sering mengigau ketika tidur. Aku malu bila kau melihatnya."
"Ya. Aku melihatmu seperti itu," canda Taehyung.
"Benarkah? Astaga." Lagi-lagi Taehyung tertawa menyaksikan tingkah Sujeong yang baru kali ini dimengertinya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kakakmu? Jangan bilang kemarin kau pergi ke Seoul lagi."
"Aku baru saja bertemu dengannya," jawab Sujeong melemah disertai perubahan ekspresi wajah.
"Kapan?"
"Baru saja. Apa kau tak tahu?"
Deg. Hati Taehyung merasa seakan ada yang aneh. Bahkan selalu ada yang aneh jika Sujeong ditanya mengenai kakaknya. Jika ditanya 'apa kau tak tahu', tentu saja Taehyung tak tahu.
"Oh... baru saja, ya? Di mana?"
"Di apartmen. Oppa baru kembali dari kampus."
Semakin melantur, jawabannya pun begitu janggal, batin Taehyung. "Kapan tepatnya kau bertemu dengan Seokjin Hyung? Tengah malam? Dini hari? Pagi? Siang?"
"Kubilang barusan, Kim Taehyung!"
"Oh, begitu ya?" Taehyung mengalihkan pandangan sebentar, sementara otaknya berusaha mencerna jawaban ganjil tersebut. Ada yang tidak beres, ia yakin itu. "Lalu... apa yang kau katakan padanya? Bagaimana keadaannya? Apa ia kembali memasak hidangan untukmu?"
Merasa aneh dengan serentetan pertanyaan dari Taehyung, Sujeong bertanya balik, "Kau curiga apa?"
Hening. Taehyung menatapnya nanar. "Kemarin kau bilang pergi ke Seoul dan kemudian langsung berada di Cheongju. Apa baru saja kau juga pergi ke Seoul dan dalam sekejap kembali ke sini?"
YOU ARE READING
Puzzle of the Memory [TaeJeong Vers.]
FanfictionCast : Ryu Sujeong - Lovelyz Kim Taehyung - BTS Kim Seokjin - BTS Support Cast : Namjoon&Yoongi (BTS), Sowon (GFriend), Jaehyun (NCT U), Yugyeom (GOT7), Wonwoo (Seventeen). Summary : Ryu Sujeong, seorang gadis berusia...
Part 5-Taehyung
Start from the beginning
![Puzzle of the Memory [TaeJeong Vers.]](https://img.wattpad.com/cover/72141618-64-k910308.jpg)