Melewati malam bersama siswa-siswa itu, mempertahankan kerja sama dalam setiap permainan musik, seolah itu semua membuat Sujeong bangkit dari rasa putus asa. Mungkin mulai saat ini akan terus terlihat lengkungan kurva di bibir ranumnya. Ia menyukai grup ini, ia suka pada grup yang telah membuat malamnya tak sunyi lagi, terlebih pada lelaki yang suka duduk di jendela itu... lelaki yang telah membuatnya merasakan hal seperti ini.

Tetes air di luar, dingin. Seandainya menetes di atas ubun-ubunmu akan menyejukkan. Tapi ada yang lebih dingin dari itu. Ialah Kim Taehyung. Hanya memandang wajahnya dari samping saja itu sudah membuat hatiku sejuk. Cerminan tetes air hujan yang tergambar di bola matanya, kuharap jadi sesuatu yang dapat kuingat selalu.

"Sujeongie, besok kau harus jadi yang pertama datang karena kau yang membawa kunci," pesan Namjoon saat hendak meninggalkan ruang musik dan disusul oleh dua anggota lain. "Sampai jumpa besok!" Sujeong mengacungkan ibu jari, tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat.

Mulai ketika jam menunjuk pukul 10.17 malam, mereka semua berkemas dan satu per satu berpamitan. Namun tidak dengan gadis yang bertugas mengunci pintu malam ini. Ditemani lelaki bersurai coklat yang duduk di jendela tadi, akhirnya ia menyelesaikan tugas dan pulang paling akhir.

Sama seperti malam sebelumnya, dua pasang kaki menyusuri koridor sekolah dan menapaki anak tangga. Selalu itu yang bisa dijelaskan saat mereka meninggalkan sekolah. Malam ini Taehyung tak mengantar Sujeong pulang, karena...

"Aku baru pertama kali masuk gedung theater," ucap Sujeong kala melompati ujung tangga terakhir.

"Oh ya?" respon Kim Taehyung.

"Ya. Ternyata megah sekali. Ada grand piano di tengah panggung. Aku membayangkan betapa mengasyikkan bila Insamony tampil di sana."

"Itu biasa. Kami bahkan pernah tampil di hallroom hotel bintang lima di hadapan wakil walikota," ungkap lelaki yang menenteng tas berisi saxophone. "Kau ingin ke gedung theater?"

Dalam sekejap Sujeong menoleh, "Tentu!"

Taehyung mengulurkan tangan, bermaksud agar Sujeong meraihnya dan mereka bersama-sama mengambil langkah ke gedung theater di lantai dasar. Tapi rupanya Sujeong meragu.

"Jangan sekarang, aku harus pulang," kata gadis itu.

"Ada apa?"

"Beberapa hari lalu aku sempat mendapati Oppa murung, ia seperti memikirkan sesuatu. Ketika kutanya ada apa, ia bilang tak ada apa-apa. Atau mungkin ia sakit?"

Ada rasa kecewa dengan alasan itu namun Taehyung segera mengalihkannya. "Mungkin saja. Sebaiknya kau cepat menemuinya sebelum semakin parah."

"Benar. Kemarin ia terus berkata bahwa ia menyayangiku dan tak ingin kehilangan aku. Sedikit aneh memang, sebab Oppa jarang mengatakan itu."

"Apa Seokjin Hyung berada di sini?"

"Tidak. Ia di apartmen."

"Oh, jadi kalian bertelepon, begitu?"

"Tidak. Aku yang menemuinya."

"Eoh? Lalu kapan kau pergi ke Seoul?"

"Kemarin malam."

Taehyung sudah pasti terkejut mendengar itu. Tentu saja dari jawaban-jawaban Sujeong terdengar tidak logis adanya. "Kau memiliki kemampuan teleportasi, Nona," ujar Taehyung meremehkan setelah sempat kaget.

"Bodoh!"

"Lalu bagaimana bisa dalam waktu semalam kau pergi ke Seoul lalu kembali lagi ke Cheongju?"

Puzzle of the Memory [TaeJeong Vers.]Where stories live. Discover now