"Gedung theater tidak sedang digunakan dan pintunya tidak dikunci," lapor gadis itu pada penghuni ruang musik.

"Maaf sudah merepotkanmu, Ryu Sujeong, tetapi kami pikir akan memakan waktu lama untuk memindahkan instrumen musik ke sana. Jadi lebih efektif bila kita berlatih di sini saja," ralat Wonwoo.

Sujeong hanya mengangguk. Sia-sia baginya berlarian menembus gerimis menuju gedung theater demi perintah dari ketua klub. Namun di luar sepengetahuannya, itu tadi hanya alasan yang diberikan Namjoon agar mereka bisa menegur Taehyung tanpa didengar oleh telinga Sujeong.

***

Letih dan penat terasa setelah hampir dua jam lamanya ketujuh orang itu menguras tenaganya pada alat musik. Bersorak puas dengan kemajuan dari hari ke hari, masing-masing dari mereka saling melempar senyum. Seolah melupakan rasa lelah yang menyertai.

"Tinggal dua minggu lagi, kita pasti bisa," ucap Namjoon memulai percakapan.

"Kita memang yang terbaik," timpal Yugyeom.

"Yaa, Kim Yugyeom! Tidak usah mengelak, kau tadi melakukan kesalahan, kan?" sahut Jaehyun setelah menenggak air mineral.

"Bagaimana bisa?" bantah anggota Kim termuda itu.

"Mengaku sajalah," kejar Jaehyun, memaksa pengakuan.

Merasa tak melakukan kesalahan apapun, tentu saja Yugyeom merasa tertuduh. "Tak ada miss dalam permainan gitarku, kalau tak percaya kau bisa tanya Sujeong," kata Yugyeom. "Benar, kan, Sujeong?" tambahnya seraya memohon jawaban dari yang ditanya.

Gadis itu tersenyum lebar, mengiyakan saja. Sebab jika tak seperti itu, candaannya akan terdengar garing.

"Hmm, tapi kau menggunakan kunci G#m ketika seharusnya Gmaj7." Masih tak mengalah, Jaehyun terus saja menggoda. Beberapa anggota lain terlihat menahan senyum.

"Tak ada! Tak ada kunci Gmaj7! Permainan bass-mu saja yang salah atau kau perlu memeriksa gendang telingamu, Jaehyun."

"Dasar kau ini!"

Jaehyun maju kemudian memukul kepala Yugyeom. Tidak keras memang, tetapi Yugyeom mengaduh seakan memang benar-benar kesakitan. Gelak tawa terdengar setelahnya.

"Yaa! Kalian jangan seperti anak kecil!" Suara Min Yoongi menimbrung di tengah paduan tawa itu.

"Nah, tadi kulihat jari Yoongi Hyung tergelincir di atas tuts," timpal Taehyung.

Min Yoongi, seorang yang sulit sekali untuk tersenyum, apalagi tetawa, berucap tajam, "Hati-hati jangan sampai saxophone-mu terayun ke wajahmu sendiri."

Tepat di sekon selanjutnya seisi ruangan dipenuhi suara tawa renyah, mengusir kesunyian di tengah hujan yang turun membasahi. Rasanya hangat, tenteram. Suka cita, kasih, senyuman, tertuang dalam kebersamaan. Meski satu-satunya seorang siswi di tengah enam orang siswa, Ryu Sujeong merasakan keharmonisan seperti layaknya permainan dalam insamble.

Baru pertama kalinya dalam hidup gadis itu merasakan harinya berwarna. Dikelilingi orang-orang yang ia kenal---baru ia kenal lebih tepatnya, tertawa bersama, melepas penat, berbagi, bernyanyi, bercanda ria. Kapankah terakhir kali aku merasakan hal yang seperti ini? Bukan, tapi pernahkah aku merasakan hal yang seperti ini?

Beberapa waktu lalu memang dirinya amat menyesal telah diam-diam melangkahkan kaki di balik tembok ruang musik, namun kini Sujeong yakin pilihannya itu adalah yang paling tepat. Bukan hanya karena untuk membuat kakaknya bangga, tapi juga membuat dirinya lebih hidup.

Puzzle of the Memory [TaeJeong Vers.]Место, где живут истории. Откройте их для себя