21. Tamu Tak Diundang

74.4K 4.7K 63
                                    

Mata Lita enggan untuk terbuka, cuaca dingin juga waktu tidur yang tak panjang juga memperpanjang daftar sebab ia tak ingin bangun segera.

Ya, tadi malam ia merasakan yang sering dibilang orang dengan surga dunia, hubungan halal yang bisa dilakukan oleh suami istri, beruntungnya ia karena sudah halal bagi Abi, Abi memperlakukannya sangat lembut, Lita merasa tersanjung karena Abi mengibaratkannya porselen antik yang harus diperlakukan dengan baik.

Lita semakin merapatkan selimut yang melingkupi tubuh polosnya, matanya tetap tertutup tapi pikirannya telah terbangun, dengan kening yang berkerut Lita meraba-raba sisi ranjang yang seharusnya ditempati oleh Abi.

Akhirnya matanya terpaksa terbuka, "Abi..." panggilnya, dan tak ada sahutan sedikitpun. Jam dinding kamar resort menunjukkan pukul sepuluh pagi, selama inikah ia terlelap hingga tak menyadari Abi yang telah beranjak dari sisinya.

Perasaan sensitif langsung menghampiri, sudut mata Lita mulai memanas, tidak mendapati Abi dekat dengannya tanpa pemberitahuan membuatnya gusar, suara dari balik kamar mandi pun tak ada. Lita mencoba bergerak ada sedikir rasa nyeri dari bagian bawah perutnya.

"Abi..." panggilnya lagi kali ini dengan suara bercampur rengekan persis seperti anak kecil.

Lama, Lita terduduk dengan punggung menyandar pada kepala ranjang. Ah ya kenapa ia tidak menggunakan ponselnya, Lita kembali bergerak pelan mengambil ponselnya diatas nakas.

Sambungan pertama... Nomor Abi sibuk.

Lita langsung membanting ponselnya diatas kasur. Apa memang begitu sifat lelaki, pergi setelah sudah mendapatkan enaknya saja Lita membatin kesal.

Tersadar pintu yang terbuka, Lita segera membuang pandangan.

Abi mengamati perubahan Lita dengan tersenyum simpul, rupanya ia telah terbiasa dengan sifat Lita yang satu ini, selalu saja merajuk untuk hal-hal sepele.

Abi mendekat menaruh sarapan Lita diatas meja nakas, Lita masih belum mau menatapnya.

"Udah bangun dari tadi?" tanya Abi basa-basi.

Lita tidak menjawab masih dengan tampang cemberutnya.

Abi beranjak kesisi sebelah Lita, tangannya mulai melingkar pada pinggang Lita yang masih terbalut selimut.

"Ih, jangan sentuh-sentuh deh." Protes Lita langsung.

"Justru aku punya hak buat sentuh kamu, lain kalau lelaki lain yang sentuh." Ucap Abi dengan nada menggoda sembari menjawil hidung Lita.

"Sekarang lagi nggak boleh, lagi sebel sama kamu."

"Oh. Gitu... padahal tadi aku keluar buat ambilin sarapan kamu, sekaligus bilangin sama yang lain kalau kita pulang nggak ikut rombongan."

Lita menoleh, "kenapa?"

"Aku nggak mau kamu malah ngambekan, trus susah diajak turun Bus lagi." Alasan Abi yang tepat sasaran.

"Trus kita pulang naik apaan dong?" tanya Lita langsung.

"Naik Bus umum, kan ada banyak."

"Ih... Abi..." kesal, Lita memukuli Abi dengan bantal.

Bukan marah Abi malah tertawa, "becanda Lita... Aku udah suruh Wahyu buat jemput kita," ucap Abi kemudian membuat Lita menghentikan aksinya.

"Mandi sana!" perintah Abi, baru saja Lita berada diawang-awang karena sikap manis Abi, sekarang kembali dihempaskan.

"Aku susah jalan nih gara-gara kamu." Cibir Lita.

Tanpa meminta persetujuan Abi mengendong tubuh Lita yang terlilit selimut hingga Lita terpekik kaget. Abi menggendongnya hingga ke kamar mandi, "mau sekalian aku mandiin nggak?" ucap Abi mengerling.

Strange Marriage [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang