6. Kecewa

53.3K 4.6K 63
                                    

Abi mengikuti Lita dari belakang. Abi juga mengganti uang Wahyu yang dipakai Lita untuk membeli satenya. Lita istrinya tanggung jawabnya sebisa mungkin Abi menjaga prinsip itu hingga waktu yang tak tahu kapan.

Lita terus menghentakkan kakinya. Rasa malunya tak mengalahkan rasa kesalnya pada Abi, kehadirannya tentu sangat mempermalukannya meskipun itu hanya di depan Wahyu. Dia begini dirasa karena andil Abi juga.

Begitu masuk Lita langsung mengambil piring di lemari dan menempatkan satenya tadi. Memakannya dengan lahap. Dia sudah sangat kelaparan.

Sandal yang dicampakkan asal begitu saja dibetulkan oleh Abi. Meski Lita mengetahui itu dari ujung matanya ia tetap tak ambil pusing dan lanjutkan makan. Abi juga tak ingin protes, sepertinya dia juga harus memahami Lita yang tidak menyukai makan ala sehat yang sudah Abi lakukan beberapa tahun belakangan.

Melihat Lita yang makan seperti orang kesetanan, membuat Abi meneguk salivanya, dirinya terpancing dengan aroma sate yang menusuk ke hidungnya, sudah lama Abi tidak makan makanan itu, biasanya dia tidak pernah tergoda seperti ini.

"Apa liat-liat." Ketus Lita.

"Habis makan bersihkan kembali. Itu mulut kamu juga ada noda." Abi menunjuk dengan telunjuknya. Lita mengusap asal membuat mulutnya semakin cemang-cemong merambat ke pipinya.

Abi melangkah mengambil selembar tisu lalu mengelap mulut Lita. Perlakuan mendadak Abi membuat Lita membeku. Dia seperti mengalami de javu seseorang pernah melakukan hal yang sama dengan yang Abi lakukan.

"Apaan sih, sana ah jangan ganggu." Lita menepis tangan Abi, menahan rasa gugup yang melandanya. Abi menyingkir membuang sampah tisu pada tempat sampah lalu berjalan tegap ke kamarnya.

Abi menutup pintu kamarnya, berdecak melihat aksi Lita yang tak tahu terima kasih, seharusnya Abi sudah tak heran lagi karena dia sering mengalami ini.

Lita berteriak dari arah kamarnya. Malam gelap gulita sepertinya aliran listrik terputus. Wahyu sedang ada kegiatan MAPALA. Wahyu memang suka menjelajah sangat jauh dari sifat Abi yang suka berdiam dirumah, olahraga kegemaran Abi hanya bola, terkadang dia juga sering bermain futsal dengan teman sekampus.

Abi mengambil senter yang ada dikamar. Tangannya mengetuk pintu kamar Lita. Dirumah memang hanya ada dia, Lita dan pembantu di lantai bawah. Orang tua Lita sedang keluar kota menghadiri acara keluarga.

Gelegar suara petir menggema. Abi kembali mengetuk pintu kamar Lita, tak ada reaksi Abi membuka pelan knop pintu. Senter diarahkannya ke sekeliling. Lita tengah duduk menekuk lutut sembari membenamkan wajahnya disudut kamar.

Abi mendekat. Tangannya menyentuh lengan Lita. "Lita... hey..." ucap Abi menggoyang tubuh Lita. Lita tak bergeming. Tubuhnya kaku dia benar-benar ketakutan. Abi berinisiatif untuk mengangkat Lita ke atas tempat tidur menenangkannya. Baru Abi akan menggapai Lita listrik kembali menyala, posisi Abi seakan ingin merengkuh Lita, dikesempatan yang sama Lita mendongak menatap Abi garang.

"Mau grepe-grepe kan lo! Awas aja aku aduin sama Mama entar," Abi jatuh terjengkang akibat tolakan kasar Lita.

"Dasar nggak tau terima kasih," Abi menggerutu kesal bangkit sambil memegangi pantatnya yang dirasa sakit.

Abi menggeleng mengenyahkan pengalaman tak mengenakkan itu. Tidak akan mudah mengubah sifat Lita.

***

Pagi-pagi Abi telah sibuk dengan urusan dapurnya. Seperti biasa Lita belum bangun juga. Abi sedang malas bertengkar dan memilih mendiamkannya meskipun Abi tahu kalau ini adalah tugas Lita menyiapkan sarapan pagi. Tapi setelah menyiksa Lita mati-matian semalam Abi ikut merasa bersalah karena tak mengerti keinginan Lita dan membuat makanan itu. Seharusnya Abi memesan makanan dari restoran langganannya saja.

Strange Marriage [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang