chapter 3

2.7K 275 10
                                    

Sinar mentari menyelinap masuk. Ia membuka matanya perlahan dan seketika itu juga terdengar suara ketukan dari jendela kamar. Ternyata burung hantu yang mengantarkan surat. Dengan satu ayunan tongkat, jendela itu terbuka. Ia lirik surat yang dijatuhkan ke ranjangnya.

"Mother?" gumam Draco. Segera ia membuka surat itu dan membacanya perlahan. Seketika dahinya mengerut, "mereka akan ke Hogwarts?" bacanya tak percaya.

"Untuk apa?"

arghh...sial! Dengan segera ia berlari ke kamar mandi dan sialnya lagi, Hermione telah menguasai kamar mandi lebih dulu.

"Granger, tak bisakah kau lebih cepat?" desak Draco seraya menggedor-gedor pintunya.

"Terserah aku mau berapa lama, Malfoy!" kata Hermione santai dari dalam kamar mandi.

"Sial!" umpat Draco. Ia berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya  dengan posisi yang menurutnya amat sangat nyaman. Berselonjor kaki ke atas meja.

Ia memejamkan mata dan kini bayang masa lalu melintas dibenaknya.

Ketika ia mulai mempertanyakan tentang pentingnya status darah bagi keluarganya

Waktu itu ia berusia dua belas tahun, ketika mulai sadar bahwa seorang mud-blood lebih unggul darinya

"Father, apakah darah murni adalah golongan yang paling unggul dari semua wizard?" tanya Draco polos.

"Tentu saja, hanya pure-blood yang diakui sebagai penyihir." tegas Lucius.

"Tapi, ada murid kelahiran muggle di Hogwarts dan dia diakui."

"Jangan berpikir yang macam-macam!" Lucius menatap dingin ke arahnys. "Tunjukan padanya bahwa dia hanya mud-blood kotor!"

"Baik father, akan kubuat dia tahu diri!"

Draco tertawa getir jika menginat hal itu.

"Granger," gumamnya seraya membuka kelopak mata. Apa yang harus ia lakukan untuk membuat Hermione sadar diri bahwa ia tak pantas di dunia sihir dan ukh... demi bulu kaki Merlin, apa kata Lucius nanti kalau tahu ia satu asrama dengan seorang 'mud-blood'?

Setidaknya Draco telah membuatnya bangga dengan pangkatnya sekarang, tapi...ralat! Lucius bangga?

Owh, ayolah!

Bahkan mengucapkan selamat saja tidak pernah. Sekarang Lucius akan tahu bahwa ia tidak dapat mengalahkan seorang kelahiran muggle, apa Draco akan di cruccio  nantinya?!

BLAM!

Pintu kamar mandi terbuka dengan kasar, membuat Draco tersentak. Ia melirik ke arah sumber suara dan terlihat Granger berlumuran cairan lengket bewarna hitam.

Terukir senyum kemenangan di wajah Draco. Jebakannya berhasil, padahal hampir saja ia lupa telah memasangnya.

Hermione tampak begitu marah, dia tahu pasti kalau pelakunya adalah Draco.

"MALFOY!" gelegar Hermione.

"Wah, kau terlihat menarik, Granger!"

"DIAM KAU, FERRET!" bentaknya dan berjalan ke arah Draco dengan tatapan bengis, "kau menyebalkan!"

"Lalu?" tanya Draco polos.

"Akan kubuat perhitungan denganmu!"

"Mengancamku?"

"Sebaiknya aktifkan alarm bahayamu, ferret! Karena aku akan membalasmu!" ancamnya.

Dia telah berdiri di depan Draco dengan pandangan membunuh. Tangannya sudah mengepal. Tapi bukannya takut, Draco malah kesulitan menahan tawa.

Takdir yang Menyebalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang