Re-Write : After The Wedding

Beginne am Anfang
                                    

     Jika boleh, aku ingin sekali mengutuk mereka berdua disini, aku tidak ingin ditinggalkan berdua dengan pria, yang tatapan matanya saja, mampu membuatku merasa hawa dingin setengah mati.

     Dia hanyalah seorang pria yang menginginkan anak darikku, setelah itu dia akan berbahagia bersama orang yang dicintainya.

     Aku mendengar pintu kamar tertutup, dan kuyakini perempuan yang kukenal sebagai bibiku itu telah keluar dari kamar megah ini. Aku masih membeku duduk dengan memandang ke hamparan gedung perkantoran yang menjulang tinggi.

     Kamar ini memiliki sebuah dinding kaca yang besar, dan mengarah langsung ke pemandangan kota ini.

"Bisakah kita bicara?"

"Silahkan" Jawabku datar, tanpa memandang kearahnya sedikitpun.

"Bisakah kau berhenti menatap lurus kedepan, lawan bicaramu ada disini"

     Dengan seketika aku menoleh padanya yang sedikit menunduk menatapku, dengan kedua tangan yang berada dalam saku celananya.

     Dia sudah tidak serapi tadi, bahkan tuxedo putih yang melekat pada tubuhnya, telah lepas sepenuhnya dari tubuhnya yang tegap. Sekarang dia hanya memakai kemeja hitam dan rambut yang sedikit, acak-acakan.

     Dan kuyakini dia habis bertengkar dengan Chaewon, calon isterinya yang sesungguhnya. Karena saat aku naik ke lantai atas rumahnya, aku melihat Jongki malah masuk keruang kerjanya bersama wanita berambut pendek sebahu itu.

"Katakan, ada apa?" Tanyaku yang masih tetap datar.

     Sesaat aku melihat hembusan nafas kasarnya sembari memejamkan matanya, dia masih diam untuk beberapa sesaat sebelum akhirnya pria itu mulai angkat bicara lagi.

"Lakukan sekarang, semakin cepat semakin bagus"

     Aku membeku seketika, bisakah aku berpura-pura bodoh atau mati saja sekarang. Disaat aku sudah tahu, apa tujuan sebenarnya dibalik pernikahan ini, hanyalah untuk membuatku hamil.

     Ini gila, aku bahkan belum mempersiapkan dirikku dengan matang, pria itu sudah menawarkan hal 'itu' secepat ini. Tolong aku, bisakah seseorang memukul kepala pria dihadapanku ini, untukku.

     Apa dia tidak bisa berfikir bahwa wanita butuh waktu untuk menyesuaikan diri, aku bahkan baru mengenalnya. Lalu dia menginginkan kami melakukan aktivitas ranjang, sebagai suami-isteri? Oh Tuhan.

"Tiffany-Ssi, aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu jawabanmu" Ucapnya dengan nada frustasi.

Aku juga tidak memiliki banyak waktu untuk menundanya bukan? "Baiklah" Kuyakin dengam begini semuanya akan cepat berakhir, pernikahan ini. Aku sama sekali membencinya. "Ayo kita lakukan dan mengakhiri pernikahan konyol ini dengan segera"

     Meski kurasakan tubuhku sedikit bergetar karena mungkin kegugupan yang tengah melandaku, tapi aku sudah muak dengan situasi ini. Sedari awal ini salah, rencana pernikahan ini memang salah.

     Setidaknya jika aku sudah melakukanya, mungkin saja ini akan cepat berlalu dan aku bisa mendapatkan hidupku kembali. Aku ingin bebas dan tidak terikat pada apapun nantinya.

     Baik mari kita lakukan.

     Pria itu meraih tanganku, dan membuatku berdiri dihadapannya. Lalu wajahnya semakin mendekat kearah ceruk leherku.

      Aku merasakan hembusan nafasnya yang kini berada disekitar tengkuk leherku, entahlah apa yang dia lakukan tapi dia masih diam tak melakukan apapun seperti nampak berfikir untuk melakukanya sekarang atau tidak.

     Sekuat tenaga kutahan agar tidak mengeluarkan suara-suara yang sudah sangat ingin keluar dari bibirku, seketika dia memegangi kedua pundakku, dan aku merasakan gelenyar panas saat bibirnya mengecup pelan leherku.

     Jika biasanya yang kutahu. aktivitas seperti ini akan dimulai dari ciuman di bibir, maka pria ini berberda, dia memulainya dari area sensitivku yaitu leher jenjang yang kumiliki, yang sedari tadi sudah terkespos karena rambutku yang terikat.

     Mungki karena letaknya didekat alat pendengaranku, maka cecapan hangat itu terdengar sangat jelas, aku mengepalkan kuat kedua tanganku, mencoba sebisa mungkin untuk menahan suara apapun keluar dari mulutku, dan bertahan dengan mengigit bibir bawahku.

      Ini gila, kenapa rasanya seperti ini, aku bahkan ingin sekali....

"Ahh. . ." Sudah tak bisa kutahan lagi desahan suaraku, Jongki kemudian dengan liarnya sekarang mencecap apapun bagian tubuhku yang telah terekspos dengan jelas, akan ku kutuk siapapun yang telah memberikan gaun pengantin ini.

     Dia menarikku untuk menuju sisi tempat tidur, dan kemudian bibir pria itu telah melumat habis bibirku, aku hanya bisa membalas pergerakan itu dengan pelan sementara tanganya kini telah menarik resleting gaunku dengan cepat.

     Dan blush,  angin musim dingin menerpa kulit pundakku, dia mencoba melepaskan seluruh pakaianku. Hingga terpampanglah apa yang ku pakai didalamnya, sebuah bra berwarna hitam senada dengan underware yang kuapakai.

     Dengan sigap dia merebahkan tubuhku keatas kasurnya dan melampiaskan semua hawa nafsunya padaku.

     Aku sudah tidak bisa menjelaskan lagi apa yang dia lakukan padaku. Yang kurasakan hanya sakit, kenikmatan, dan juga hal-hal aneh yang terus menggelenyar didalam tubuhku.

     Dari petang hingga tengah malam, aku masih melakukanya bersamanya. Aku sendiri tidak mengerti denganya yang terasa begitu menggebu-gebu dengan nafsunya.

'hah. . .hahhh. . .' Aku merasakan bibirnya berada di sekitar pundakku, dia mengecup, menghisap secara perlahan seakan
ingin berbagi apa yang dia rasakan atas semua pergulatan kami.

••••••

Author POV

     Tiffany terlihat meringkuk seperti seorang bayi dalam kandungan. Tubuh polosnya terlihat menyisakan banyak tanda merah di bagian pundak dan juga tengkuk lehernya.

     Sementara Jongki, sudah terbangun lebih dulu dan hanya manatap kosong pada wajah wanita yang telah sah menjadi isterinya kini.

     Hati pria itu kemudian merasa bersalah, karena seharusnya wanita yang kini tidur disampingnya bukan Tiffany, melainkan wanita yang dicintainya, Moon Chae Won. Maafkan aku Chaewon-ah. Batin Jongki kemudian.

     Tiffany terlihat mulai mengerjapkan matanya, menyesuaikan pengelihatannya saat sinar matahari masuk kedalam kamar. Dia sedikit terkejut ketika mata Jongki menatapnya sedekat ini, tapi dengan cepat ia menetralisir semua keadaan agar tetap tenang dan tidak ada kegugupan.

     Meski masih jelas teringat kejadian tadi malam yang membuat seluruh badanya terasa penat dan lemas.

     Jongki melihat tifffany yang mulai beranjak tanpa memeperdulikannya, wanita itu mencoba melilitkan dengan erat selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Saat tiffany berdiri, Jongki dapat melihat sebuah percikan darah berada di atas kasur mereka.

'Aku telah melakukanya' Batin Jongki, yang melihat kenyataan bahwa dia telah meniduri wanita itu.

     Dengan sigap Jongki juga beranjak dan mengahampiri Tiffany yang dengan gigihnya menahan rasa sakit yang luar biasa pada pangkal pahanya. Tangan Jongki meraih pundak dan sela lutut Tiffany, lalu membopongnya dengan segera ke kamar mandi.

"A-apa yang kau lakukan, Jongki-Ssi?" Cicit Tiffany, tapi pria itu hanya diam dan terus membawanya kedalam kamar mandi.

•••••

Continue the next chapter |2|

PS : Hai my all babies, aku mau ngasih tahu. Bahwa cerita aku, dengan judul "Tiffany Hwang" akan di-unpublish untuk tahap Re- write. So, bagi kalian yang mau mengulang membaca cerita tentang Song Jongki & Tiffany Hwang, you can add this story into ur library.

Tiffany Hwang • Destiny [Re-write]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt