Prolog

9 0 0
                                    

"Morning, Lea" Darren mengecilkan kompor, memutar badan dan sedikit terkejut, "Kau terlihat berantakan, mau segelas air?"

"Tentu, terimakasih Darren. Oh, apa aku sudah mengingatkanmu bahwa pendengaranku masih sangat normal?"

"Ya, itu minggu lalu" menyerahkan air, dia kembali pada penggorengan. Membalik telurnya yang nyaris gosong. "Jadi kenapa kau masih membawa jalang itu kemari dan mendesah keras-keras?"

"Kurasa karena ini rumahku"

"Sialan, aku akan segera menemukan tempat kos dan pindah dari sini"

"Oh jangan berkata seakan kau sanggup membayarnya, sayang. Kau bisa tinggal di sini lebih lama, mungkin aku akan sedikit mengecilkan suaraku" Darren terkekeh, menikmati merusak mood pagi teman serumahnya, "Ibumu menelponku semalam"

Darren meletakkan sepiring nasi goreng dengan telur nyaris gosong tepat di depan Kalea sementara menyimpan yang ia masak dengan pas untuk dirinya sendiri. Terkekeh lagi, ia begitu menikmati wajah Kalea yang mendengus, "Aku tidak terkejut, apa dia menghubungimu ketika kau sedang bercinta?"

"Ya"

"Kurasa dia benar-benar tahu waktu yang tepat"

"Berterimakasihlah untuk ibumu karena telah membuat pagimu lebih menyenangkan"

"Ya, jika aku bertemu dia dan tidak lupa"

"Lihatlah, betapa beruntungnya dia memiliki anak sepertimu" Darren berkata dengan mulut pedasnya berharap dapat kembali mengusik Kalea tapi gadis itu bersikap tak acuh, masih menyuap sarapannya seakan ia tak memiliki banyak waktu yang tersisa. "Kau tidak ingin tahu apa yang dia katakan?"

"Kau bisa mengatakannya jika kau rasa aku perlu tahu"

"Dia mengingatkanmu jika pendaftaran perguruan tinggi akan dibuka"

"Perlu kukatakan padamu, jika lain kali dia mengatakan hal yang sama. Maka yang perlu kau lakukan hanyalah mendengarkan dengan telinga kanan lalu membuangnya lewat yang kiri. Serius Darren, kau tidak perlu menyampaikannya padaku"

"Ya akan kuingat"

"Dan apa yang dia katakan untukmu?"

"Aku harus segera menikah" mereka saling pandang beberapa saat sebelum tertawa, begitu keras sampai Kalea tersedak dan Darren dengan sigap menyerahkan setengah gelas air putih, "Dia mengatakan ibuku yang memintanya, tapi aku ragu. Wanita itu bahkan lupa memiliki berapa anak, dan atas keajaiban dari mana dia masih memikirkan kelajanganku"

"Kurasa kakakmu benar-benar cerewet"

"Kau benar" Darren membereskan piring, meletakkannya begitu saja di bak cucian karena itu bukan tugasnya. Ia kembali duduk di hadapan Kalea sekedar meneruskan obrolan mereka, "Apa aku perlu mengganti nomor ponselku jadi dia tidak akan mengganggu kita lagi?"

"Strategi yang buruk. Kau justru akan membuatnya semakin sering ke sini. Jadi Darren, apa jawabanmu pada ibuku?"

"Aku akan menikah setelah aku tertarik melakukannya" Kalea tertawa, kali ini ia tidak membiarkan dirinya tersedak, "Dia pasti sangat marah. Kau bisa dia tendang seandainya tidak sedang menampungku"

"Oh terimakasih Kalea, untuk yang itu. Dan Kalea, kurasa kau harus segera lari"

"Aku tidak berniat jogging hari ini"

"Kurasa kau harus sampai di tempat kerjamu jam delapan, sekarang sudah lewat limabelas menit"

"Sialan, Darren. Kenapa kau tak bilang dari tadi?" 

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Jun 10, 2016 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

50% fifty percentWo Geschichten leben. Entdecke jetzt