Janjinya

10.3K 458 3
                                    

Satu minggu telah berlalu begitu cepat. Hari ini tepat hari yang di bilang oleh lintah darat itu. Dia datang tepat waktu. Dasar memang lintah darat tepat waktu ketika menyangkut masalah uang.

Saat itu aku belum sampai ke rumah karena tadi setelah pulang kuliah, temanku mengajak untuk mengerjakan tugas bersama. Ya memang hari ini toko sedang tutup karena sang pemilik ada urusan. Jadilah kami para pegawai di liburkan.

Ketika di kampus.....
.
Hanifa POV

Sejak tadi berangkat sampai sekarang aku masih memikirkan bagaimana jika Pak Roni si lintah darat itu datang ke rumah? Apa yang akan dia lakukan pada ayah dan ibu jika dia tahu kalau kami belum sanggup membayarnya? Apa aku pulang saja sekalian membantu ayah dan ibu untuk bicara padanya? Fikiranku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan seputar penagih itu.
“Fa.....kamu kenapa?” tanya Afa. Dia adalah sahabatku semenjak kami di Madrasah. Aku sangat dekat dengannya. Bahkan saking dekatnya aku dengan dia. Dia akan tau aku menyembunyikan sesuatu. Meskipun aku sudah bersusah payah menutupinya dia akan tetap tau. Menurutku dia adalah sahabat yang paling peka dengan keadaanku. “Ah tidak.....Afa.....aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit lelah.” Kataku berbohong. Ia menatapku dengan tatapan menyelidik. “Hanifa....Rasyida....sudah berapa lama kita bersahabat ? hem?” tanyanya sambil memegang pundakku. Aku hanya diam tidak menanggapinya.

“Ifa kita sudah lama bersahabat, jadi aku tau kamu sedang ada masalah dan menyembunyikannya dari aku. Aku ini sahabat mu Ifa ceritalah.....ada apa?” katanya sambil melihat ke arahku. “Tidak Afa, aku tidak ada masalah apa-apa, kamu tenang saja. Sudah jangan khawatir.” Kataku mencoba menenangkannya. “Baiklah jika kamu tidak mau cerita padaku, tapi aku menyarankan lebih baik kamu curhat sama Allah, jika kamu tidak yakin dengan manusia dan diri mu sendiri. Sholat lah Ifa.....mengadulah padaNya.” Katanya membuatku tenang. “Hm, terima kasih Afa.....kamu memang sahabat yang paling pengertian.” Katku sambil mengusap lengannya. “Ya sudah ayo....kita sudah di tunggu.” Katanya sambil menarikku.

Saat jam istirahat aku pergi ke masjid kampus. Kuadukan semua kegundahan hatiku pada Rabku. Kuserahkan semua yang nantinya akan terjadi pada keluargaku padaNya Allah Azzawajalla.

Di rumah........

Author POV

Pak Roni si lintah darat itu datang  dengan 2 Bodyguardnya. Ia datang sambil berteriak memanggil nama Firman dan menggedor-gedor pintu rumah. “Firman.....hei Firman keluar kamu. Ini waktunya kau membayar hutang mu. Firman keluar kamu. Dor......Dor......Dor.” teriaknya.
Firman datang sambil terburu-buru. “I....iya Pak Roni, silahkan masuk dulu.” Katanya dengan gugup. “Ah.....sudahlah tidak perlu basa-basi lagi.........mana hutangmu yang 75 juta itu. Cepat bayar hutang mu itu!” katanya dengan tidak sabaran.
“Ehm....maaf pak sebelumnya kami belum bisa membayarnya.....uang yang kami dapatkan belum cukup pak.......kami minta waktu lagi pak, untuk membayarnya.? Kata Firman memohon.

Lintah darat itu semakin murka setelah mendengar penjelasan Firman. “Tidak ada waktu tambahan lagi. kau telah berjanji akan membayar hutangmu hari ini. Jadi bayarlah hari ini.” bentak lintah darat itu.
“Tapi pak kami belum ada uang sebanyak itu,...” sambung Firman.
“Aku tidak peduli, kau tetap harus membayar hutangmu. Atau aku akan mengambil seluruh benda yang ada di rumahmu.” Katanya. “Tidak pak jangan.....tolong beri kami waktu lagi.....kami janji akan membayarnya.” Kata Firman. “Kalian berdua ambil seluruh barang-barangnya yang bergharga.......cepat.” perintahnya pada kedua anak buah itu. “Baik Bos...” jawab kedua pengawal itu sambil memasuki rumah Firman.

“Pak, tolong jangan......jangan ambil barang-barang kami.........saya mohon pak........kami akan membayarnya.” Kata Firman. Firman dan istrinya, Titin, hanya menangis dan terus memohon pada Pak Roni ketika kedua bodyguard nya mulai mengobrak-abrik seisi rumah Firman.

Permintaan itu tetap tidak di gubris oleh lintah darat itu bahakan sampai Firman dan sang istri bertekuk lutut di hadapannya.  Sungguh tidak punya hati orang bernama Roni itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
........
Assalamu'alaikum readers.

Terima kasih kalian mau mampir di cerita ini. Sekali lagi syukron atas waktunya untuk membaca cerita yang tidak ada apa2nya dari cerita bagus di luaran sana.
Ini hanya sekedar ide yang saya curahkan melalui tulisan. Ya semoga saja cerita ini tidak hanya berguna untuk saya melainkan bisa menjadi bahan belajar untuk kita semua mengenai islam. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan kali ini.
Di tunggu chap lanjutannya ya....

Wassalamu'alaikum
Salam Autor

Cintai Aku Karna Allah, (Pindah di Dream) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang