Latihan hari ini? Berantakan. Hanya karena ketidakadaan satu instrumen saja, semua jadi kacau balau. Terlebih hari ini pelatih orkestra Insamony marah besar dengan apa yang terjadi. Tak dapat dipungkiri, itu memang salah Taehyung.

Ohh, astaga... Sebenarnya Minggu malam itu ia bersama dua seniornya---Namjoon dan Yoongi, beserta satu juniornya---Yugyeom---sedang berada di studio untuk kepentingan latihan pribadi. Pada saat itu telepon genggam miliknya berada dalam mode getar sehingga kebisingan yang dihasilkan oleh drum, piano, gitar listrik, dan saxophone berpadu, lalu menenggelamkan getaran dari ponsel itu. Sementara Kim Sowon di waktu yang sama namun di tempat berbeda tengah risau menanti kekasihnya datang. Kencan mereka dijanjikan pukul tujuh, sedangkan gadis itu telah menunggu di Cafe hingga pukul setengah sepuluh. Keterlambatan yang keterlaluan itulah yang membuat gadis senior di tingkat tiga tersebut memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Taehyung yang tak ayal adalah junior satu tahun di bawahnya. Bukan hanya itu, hari ini--- Senin pagi, didapati oleh anggota klub, tergeletaklah surat pernyataan keluar yang dibubuhi tanda tangan Kim Sowon di atas keyboard ruang musik.

Taehyung menggaruk kulit kepalanya frustasi. Ransel yang ditentengnya di lengan kiri terasa begitu berat, padahal saxophone-nya ia tinggal di ruang musik. Entahlah, mungkin pengaruh beban berat yang dipikulnya bersama anggota klub saat ini. Raganya kelelahan setelah setiap sepulang sekolah melakukan latihan rutin selama tiga puluh satu hari terakhir. Belum lagi materi pelajaran yang harus dikejar akibat banyak meninggalkan kelas demi latihan pada jam belajar. Dan satu lagi, hatinya masih belum rela atas kepergian Sowon sebagai mantan kekasih.

"Sssh," desahnya saat hendak menuruni tangga.

Seketika seretan tungkai Taehyung terhenti. Di tengah keheningan hari yang semakin petang, samar terdengar lantunan nada indah dari dawai-dawai yang dimainkan. Laki-laki itu menolehkan kepala ke sekitar. Tak ada siapapun. Ia pulang satu jam lebih terlambat dari siswa lain, jadi rasa-rasanya tak mungkin ada yang masih berkeliaran di sekolah. Mustahil pula bagi mereka untuk menggunakan ruang musik. Sebab Taehyung adalah orang terakhir yang keluar dari sana dan mengunci pintunya.

Ia bergidik, namun rasa penasaran menyelinapi hatinya. Mana mungkin hantu bisa memainkan musik sebaik ini? Senar gitar yang menciptakan suatu keharmonisan dalam setiap petikannya mengalunkan sebuah rangkaian nada yang luar biasa indah.

Baru saja Taehyung hendak melangkahi anak tangga pertama, namun ia mengurungkan niatnya segera. Ia justru mengubah haluan arah jalannya mengikuti sumber suara. Kelamaan teralun pula vokal merdu yang menyertai alunan musik.

Siapa ia, tanya laki-laki itu dalam hati. Tepat. Langkah kakinya berhenti tepat di ruangan kelas bertuliskan 1.3 di lantai dua. Dengan hanya satu penerangan dari bohlam di tengah langit-langit ruangan, seorang gadis berambut panjang yang mungkin penghuni kelas itu terlihat duduk menawan di jendela dengan gitar akustiknya. Sungguh bak dewi yang turun dari kahyangan. Terpaan angin dari luar mengibarkan rambut panjangnya yang terurai, dengan suara falseto lembut dan permainan jari di atas dawai gitarnya, ia seketika menghipnotis kedatangan Taehyung di kelas itu.

Eojecheoreom gutnait amu ildo eopdeon geotcheoreom
Ibyeoldaesin gutnait naeil ni mam bakkwilji molla...

Kim Taehyung memperlahan gerak langkahnya sehingga tak menimbulkan hentakan. Ia berjalan mengendap-endap, berdiri diam-diam di belakang gadis di jendela yang duduk memunggungi itu. Dipasangnya telinga dengan baik, menikmati alunan lagu yang tertangkap indera. Ia juga pemusik, ia tahu mana musik yang bagus dan yang tidak.

Jakku motnan eolgullo nunmuri heulleoseo

Neoreul bol su eobtjanha...

Puzzle of the Memory [TaeJeong Vers.]Where stories live. Discover now