AWAL DARI SEGALANYA

4.2K 640 307
                                    

Mei 2013

Ponselku bergetar.

Ini sudah pukul 11.00 malam. Entah keperluan mendadak apa yang membuat orang ini harus menggangguku. Ya, mataku memang belum bisa tertutup, tapi novel yang sedang bertengger di tanganku ini sudah berhasil membuat ku geram dengan orang yang membuat ponselku bergetar.

Ku raih benda persegi panjang itu dari atas meja sambil terus menebak Si penelepon. Awalnya aku pikir itu adalah Chris, kakakku. Tapi ternyata ini adalah telepon dari sahabatku, Airin.

"Ya, Kak Rin?" sapaku, setelah menekan tombol hijau

Aku memang diwajibkan untuk menyisihkan kata 'Kak' di depan namanya, karena dari kami berempat yang tergabung dalam geng 'tanpa nama', akulah personil yang termuda.

"Kamu baik-baik aja?" Dia balik bertanya.

"Ya," jawabku, singkat. "Kak Rin di mana?"

"Kak Rin lagi di Warteg depan Hotel Peninsula, Si."

"Sama siapa? Kok ribut banget?"

"Sama sepupu dan teman-teman Kak Rin, dong."

"Ow... terus, kenapa Kak Rin nelpon?"

"Itu dia, Sasi. Kak Rin mau ngenalin kamu sama teman Kak Rin, namanya Harry."

Apa?

Aku mendengus. "Oh."

"Dari pada kamu mikirin Amar terus, lebih baik kamu telpon-telponan sama Harry. Orangnya baik kok, manis lagi."

"Terus, orangnya mana?"

Tawa Airin terdengar. "OK. Tunggu, ya?"

Terlalu cepat Airin mencarikanku orang sebagai pelampiasan. Mungkin karena hanya dialah yang paling mengerti betapa menderitanya aku saat dicampakkan Amar. Walaupun sudah empat bulan berlalu, tapi kejadian itu terasa seperti baru saja terjadi.

"Halo!"

Suara seorang pria muncul dari dalam ponsel, menggantikan suara Airin. Suaranya terdengar indah dan menenangkan. Semoga fisiknya pun demikian. Bagiku tampilan fisik itu tetap nomor satu.

"Oh, hai! Harry, ya?" Aku terbata-bata. Efek dari kaget.

"Iya, Sasi."

"Kamu tinggal di mana, Har?"

"Sini-sini aja."

"Oh, anak kampung asli, yo?"

"Ini kota, kali, bukan kampung." Harry memberi penekanan pada kata terakhir. "Kamu sendiri?"

"Aku perantauan disini."

"Aslinya?"

"Aslinya dari Kota K."

"Kota K itu kalo enggak salah kota kecil, kan?" Nada suaranya seperti mengejek.

Sok banget! Batinku.

"Enggak juga. Kalo kamu jalan kaki dari perbatasan kota sampe rumahku, kamu pasti enggak bakalan bilang gitu."

Kekehannya terdengar. "Terus, di sini kamu kuliah atau kerja, Sasi?"

Apa Airin belum cerita latar belakangku sama dia?

"Kuliah."

"Di mana?"

Fix, Airin memang benar-benar belum cerita apa-apa sama dia.

"UN***T, Keperawatan, aku sekelas sama Kak Rin, eh, maksudnya Airin."

My Weird BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang