two

13.7K 997 26
                                    

JUNGKOOK POV

Aku tidak yakin apa pidatoku lancar atau tidak. Aku sendiri tak menyimak apa yang tadi aku bacakan. Tapi dari tepuk tangan yang cukup meriah sepertinya menandakan pidatoku cukup lancar. Terimakasih kepada guru cantik itu sebelumnya.

Seseorang duduk di sebelahku dengan tiba tiba. Aku mendapatkan seorang laki laki dengan paras tampan yang sebelumnya pernah berbincang denganku.

"iya, ini aku." seperti bisa membaca pikiranku dia menjawab dengan tiba tiba. "apa yang sunbae lakukan disini?" lalu dia tiba tiba memotong. "tadi itu cukup bagus untuk ukuran berpidato dengan membaca teks." katanya tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.

"iya, makasih. Jadi apa yang sunbae lakukan disini?" aku kembali menanyakan hal yang sama. "hey, bodoh, apa kau sebut itu sebagai pertanyaan? Tentu saja aku sedang mengobrol denganmu!"

Oh, keren, bagaimana bisa murid terpintar seperti ku ini disebut bodoh oleh kakak kelas yang bahkan belum aku ketahui identitasnya.

"maaf, tapi aku tidak bodoh, sunbae." aku memberinya tatapan sinis. "bagus. Berarti kau tau cara berlari, kan?" Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku tau cara berlari. Murid atletis sepertiku pasti dapat melakukannya dengan baik. "berlari? Tentu aku bisa. Memangnya kenapa?" aku balik bertanya. "kalau begitu ikuti aku sekarang."

Dan dengan sangat seenaknya, dia menarik pergelangan tanganku sambil berlari dalam tempo cepat menuju ke luar ruangan aula. Untungnya saat hal ini terjadi, semua murid sedang berdiri jadi aku tidak terlalu terlihat. Bahkan guru guru yang di belakang ku pun tampaknya tidak memepermasalahkan apapun.

"hey! Apa apaan sih? Memangnya boleh bolos di tengah tengah acara penting seperti ini?" aku dan sunbae sialan itu berhenti di tangga yang lumayan jauh dari aula. Genggamannya tadi cukup kuat untuk membuat kulit pergelangan tangan kiriku memerah.

"kenapa tidak boleh? Apa yang tidak boleh untuk anak pemilik sekolah?" Ok, sekarang dia mulai sombong. Bukannya aku sirik karena dia anak seorang pemilik sekolah, tapi kenapa harus sombong? "oh? Anak pemilik sekolah, ya? Aku tidak heran kenapa rambutmu di cat dengan warna terang dan sikap yang seenaknya." aku menengadahkan kepalaku untuk menatapnya yang lebih tinggi dariku -- karena dia berdiri dengan jarak 2 anak tangga dariku.

"iya, lah! Siapa yang berani melawanku?" dia meletakkan kedua tangannya pada pinggangnya. "aku, pastinya. Sunbae harus tau, aku orang yang paling pertama akan menentangmu. Oh iya, omong omong ada urusan apa sampai sunbae memaksaku datsng kesini?" aku memberi tatapan menantang padanya sambil berjalan dan berhenti di hadapannya.

.
.

"aku menginginkan dirimu, Jeon Jungkook" katanya dengan suara se rendah pohon toge. Dan di saat yang bersamaan, sia mengurungku di antara kedua tangannya, dan tembok dingin di belakangku. Dan perlu kau ketahui, dia berbicara di depan telingaku, nafasnya menderu menabrak telingaku yang sudah mulai terasa memanas.

Ah, mungkin dia jatuh ke dalam jebakan seekor kelinci manis. Setidaknya sekarang aku bisa bernafas lega setelah aku mendorong dadanya untuk menjauh dariku.

"apa maksudmu, sunbae." aku menunjukkan wajah jijik ku kepadanya. "tidak, tidak. Jangan dulu berpikir bahwa aku menyukai mu. Karena aku tidak menyukaimu." katanya. Duh, siapa juga yang mengira kau menyukaiku.-.

"lalu kalau sunbae tidak menyukai ku kenapa tadi tiba tiba seperti itu?" "HAHAHAHAHAH" dia tertawa puas dan renyah. Sangat renyah. "aku berhasil, ternyata. Katanya pintar? Lalu kenapa bisa tertipu? Hahahah." tawanya itu, menjengkelkan sekali. Tapi entah kenapa aku kurang dapat mencerna kalimatnya barusan. Aku jadi tampak bodoh sekarang. Apa lagi mukaku yang mungkin tampak bingung saat ini.

"hahahah, kemana perginya kepintaranmu? Apa perlakuanku tadi memberi efek padamu? Amnesia, mungkin? Fungsikan otakmu, kelinci kecil, hahah." kalau saja kau ada disini sekarang, aku yakin kau bisa melihat wajahku memerah. mungkin Tuhan memang sudah mentakdirkan hari ini menjadi hari sial untukku.

"hey! Siapa yang kau sebut amnesia?" aku menukikkan alisku. "aww, sepertinya kelinci manis ini semakin lucu setiap dia memanyunkan bibirnya. Apa kau menggodaku?" kedua pipiku sakit akibat cubitannya yang keras. Oh, astaga, kenapa murid se tampan ini bisa begitu menyebalkan? "ahhss, sakit, sakit!" aku meringis sambil berusaha menyingkirkan tangannya.

"aww, belum waktunya untuk mendesah, manis, simpan nada nada erotis itu untukku nanti." eewwh, my God. Yuck. Aku baru tau kalau seme-gay itu gemar meremas pinggul lawannya.

Aku berusaha mendorong tangannya tapi tak berpengaruh apapun. Dia terlalu kuat. "ishh, apa yang sunbae lakukan?! Lepas, stop!! Sialan!" "hmm, sekarang si kelinci manis ini mulai belajar berontak huh? Dirty talkmu pun terdengar menyenangkan." oh, shit. Seharusnya aku tadi diam saja. Aku tidak tau apa menurutmu ini sial atau beruntung, karena dia mengangkat daguku dengan jemari kokohnya, bagai mencekikku, memaksaku untuk mendongakkan kepala dan memberi akses yang jauh lebih mudah baginya untuk menyentuh leherku. Dan sedikit lagi hingga dia dapat mencicipi leher suciku kalau aku tidak segera mencegat bibirnya yang berwujud seperti moncong bebek émpang.

"jelek sekali, sunbae-nim." kataku saat melihat wajahnya dengan mata yang terpejam dan bibir yang maju dan aura nafsu yang menyebabkan dia terlihat seperti orang culun yang baru pertama kali melakukan aksi seperti ini. Padahal wajah mesumnya tadi memberi kesan seorang pedofil tercabul se dunia.

"kau berubah, kelinci kecil." katanya sambil berjalan mundur memberi jarak. "tapi jangan anggap ini terakhir kali kita bertemu." kemudian akhirnya dia pergi. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali hingga sebuah kertas hasil foto dengan kamera polaroid terjatuh dari atas. Belum terlihat wujud apapun di foto tersebut. Di bawahnya tertulis caption dengan spidol bertinta biru;

"Aku menginginkan dirimu, Jeon Jungkook"

Aku mengernyit bingung. Pasti ada seseorang disini yang sempat mengambil foto ini. Aku memperhatikan foto itu ketika perlahan menunjukkan gambar yang sangat jelas; dimana si sunbae-nim tidak sopan itu hendak mencium leherku. Tapi pada foto itu, dari sudut pandang itu, aku terlihat seperti sedang menikmati perlakuannya dan sunbae-nim itu sedang melakukannya dengan lihai.

Aku harus merahasiakan foto ini. Kalau ter sebar, bisa bisa reputasiku hancur.

.
.
.

Rumah, tempat yang paling aku sukai. Terutama kamarku.

Omong omong, sunbae tadi siapa ya, namanya? Aku sempat memperhatikan fisiknya tadi. Aku tidak bisa menolak kenyataan kalau dia itu memang tampan. "hidung mancung.. dengan tai lalat kecil di ujungnya.. sepertinya itu agak familiar." aku bermonolog sambil tiduran santai di atas kasur.

Otakku berusaha keras untuk mengingat suatu memori kecil. Kejadian yang dapat mengingatkanku pada nama sunbae sialan itu.

.
.

Sekitar 10 detik aku berfikir, saat ingatan itu datang, aku terkejut. Bagaimana bisa aku bertemu lagi dengannya di saat saat seperti ini. Se-sempit ini kah dunia?
















.TBC.

Loveable BastardWhere stories live. Discover now