Chapter 2

8.1K 55 19
                                    

[Osomatsu POV]

"Hah." Kejadian gila itu telah membawaku ke taman. Ntah aku berkhayal atau apa, aku melihat Karamatsu. Tanpa basa-basi, akupun meneriakkan namanya, ia menoleh dan memberi pandangan bingung. Aku mendekatinya.

"Namaku memang Karamatsu, tapi maaf.. Anda siapa?" Tanya Karamatsu. Aku terbelalak seakan tak percaya dengan apa yang aku dengar.

"Kamu.. Kamu adikku kan? M-Matsuno Karamatsu kan? Lihat saja, wajah kita mirip lho?"

"Sekali lagi maaf. Mungkin hanya kebetulan saja." Karamatsu menghela napas. "Memangnya ada apa dengan adikmu? Kenapa sampai mengira aku adikmu?" Tanya Karamatsu.

"Ah itu.." Aku menundukkan kepalaku.

".... Mau duduk dulu? Biar kubelikan minuman agar kau tenang." Ujar Karamatsu sambil tersenyum lembut. Sepertinya dia memang bukan Karamatsu, sikapnya beda. Aku pun duduk di bangku taman. Beberapa saat kemudian, Karamatsu pun membawakan cokelat hangat. "Silakan~" ujarnya.

"Ah iya.." Aku pun mengangguk dan meneguk minuman ini lalu menghela napas.

"Jadi.. Kenapa dengan adik-adikmu?" Tanya Karamatsu. Aku terdiam sejenak.

"Aku.. Semalam ke kedai oden Chibita dan memberitahukan permohonan isengku. Lalu pagi ini aku menemukan di kamar tinggal aku sendiri. Yang lain menghilang.." Jelasku.

"Maaf tapi.. Kau punya berapa adik?" Tanya Karamatsu.

"Ada 5, kami itu sextuplets. Walau aku tau mereka sering asik sendiri, aku tetap peduli pada mereka. Sekalipun saat aku di cuekin semuanya, aku tetap sayang kepada mereka."

"Kenapa? Bukannya mereka lumayan jahat kalau begitu?"

"Itu.. Karena aku yang tertua."

Kali ini, aku melihat Karamatsu yang tertegun.

"Sepertinya... Aku sering mendengar kalimat itu.." Ujarnya. "Dan berada di dekatmu membuatku nyaman, padahal kita baru bertemu, hehe. Rasanya kayak udah kenal dari kecil."

"Mungkinkah kamu... Adikku?" Tanyaku. Ia menggeleng.

"Tidak mungkin." ujarnya. "Tapi yah.. Kuharap kau cepat menemukan mereka, aku harus pergi kerja." Ia pun menepuk pundakku dan pergi.

"Kerja? Keren sekali dia." Gumamku. Kulihat ke jam taman. Masih jam 10. Aku pun menyandarkan tubuhku ke bangku taman dan menghela napas.

Cobaan macam apa ini..

#TBC

[DISCONTINUED] Anak Satu-satunya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang