Part 2

16K 1.5K 18
                                    

     Dara melangkahkan kakinya memasuki pelataran rumah minimalis bercat abu abunya.

Rumah yang sudah ia dan Dava tempati 5 tahun terakhir ini.

"Dara.."
    Dara menoleh dan mendapati seorang pria berdarah campuran  Asia-Prancis  dengan penampilan berandalannya sedang tersenyum manis kearahnya.

"Kau sama sekali tidak pantas tersenyum."
   Cibir Dara membuat pria dihadapannya terkekeh pelan.

"Yayaya terserah apa katamu."

"Ada apa?"
    Pria itu tersenyum sangat mengenal seorang Regadara Anderson yang malas berbasa basi.

"Jangan menatapku seperti itu Dara, sebaiknya kita masuk lalu buatkan aku sesuatu sebelum adik kesayanganmu pulang."
Dara memutar bola matanya malas mengingat beberapa tahun lalu Dava melemparkan tatapan permusuhan kearah berandalan tampan ini.

"Kau hanya datang meminta makanan padaku? Kau pikir aku restauran berjalan?"
    Gerutu Dara membuka pintu bercat coklatnya membiarkan pria itu mengekorinya kedapur dengan kekehan tanpa dosanya

"Ada sedikit urusan Dara.."

"Kau tidak sedang beralih menjadi pembunuh bayarankan?"

"Ide bagus."

"Samuel!"
    Ucap Dara setengah menjerit membuat pria itu terbahak.

"Berhenti tertawa atau aku akan membunuhmu."
   Dara mengacungkan pisau ditangannya kearah Samuel membuat pria itu  menghentikan tawanya dengan kedua tangan terangkat tanda menyerah.

"Oke!"

*

      Dara meletakkan sepiring pasta diatas meja, ia lalu menoleh kearah Dava yang baru saja menutup pintu kamarnya sebelum mengambil tempat tepat dihadapannya.

"Kau baik baik saja?"

"Aku baik."

"Jangan menyembunyikan sesuatu dariku anak nakal."

"Aku hanya sibuk ujian kelulusan dan tes wawancara."

"Kau sama sekali tidak pandai berbohong Regadava Anderson."
   Dava menghela nafasnya menyerah sampai kapanpun ia tidak akan  pernah berhasil menyembunyikan apapun dari seorang Dara.

"Baiklah, kau menang. Aku mendapat surat panggilan dan kau harus ke Sekolahku."
    Gumam Dava yang membuat Dara menghentikan aktivitasnya

"Apa? Bagaimana bisa? Apa yang kau lakukan? Bagaimana kalau Beasiswamu dicabut?"
Omel Dara menyimpan garpunya dengan kasar sedangkan mata keemasannya menghunus Dava dengan tatapan membunuh.

"Aku hanya tidak sengaja membuat Ahraa Alexanders Cendrick terjatuh"
     Dara terpengarah.

Kebetulan macam apa ini?

Kenapa ia terus berurusan dengan keluarga Cendrick?

Sial.

"Sudahlah, belajar dengan baik dan aku akan kesekolahmu setelah kelasku selesai."
Ujar Dara meraih Eartphonenya diatas meja dan bergegas bangkit.

"Maaf."
    Ucap Dave dengan kepala tertunduk membuat Dara menghela nafasnya.

"Tidak apa apa, Dava"
    Pria itu mengangkat wajahnya dan senyum indah diwajah cantik itu menyambutnya dengan hangat.

"Dara.."

"Aku pergi, sebaiknya kau juga bergegas.."
    Dara mengecup pipi Dava sekilas seraya menepuk bahu kokoh adiknya agar tidak perlu merasa bersalah.

Dara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang