Part 1

44.8K 2K 29
                                    

            Limousin mengkilap itu meninggalkan sebuah Mansion mewah yang kini tampak menyeramkan karna diselimuti kegelapan, meninggalkan seorang gadis kecil yang bersandar pada sebuah dinding dingin.

     Tubuh mungilnya merosot terduduk diatas rumput basah karna embun dengan tangan bergetar membekap mulutnya, mencoba menahan agar isakannya tak terdengar. Dadanya terasa sesak seolah ada tangan tak kasat mata meremasnya dengan kuat tanpa perasaan.

     Gadis itu memeluk tubuhnya erat menguatkan dirinya agar bergegas bangkit dari sana. Kakinya yang penuh luka bergetar hebat saat melangkah melepaskan diri dari kegelapan.

Tubuh mungil itu seketika merosot ketanah, tidak mampu menopang tubuhnya sendiri.

Hanya ada Isakan memilukan diantara desiran angin dan dedaunan yang mambawa aroma darah yang begitu pekat..

"Mommy."

"Dara."

"Dara."

"Dara!"
Kedua mata dengan bulu mata lentik itu tampak terbuka menunjukkan sepasang mata coklat keemasan yang begitu indah berkilauan saat tertimpa cahaya.

"Dara.."
Gadis itu menghela nafasnya sebelum menatap wajah tampan yang menunjukkan raut wajah yang syarat akan kekhawatiran.
  
Wajah tampan yang menjadi satu satunya alasan ia hidup didunia yang penuh kegilaan ini.

Regadava Anderson.

"Again?"
Dara tak menyahut, ia hanya menerima uluran segelas air dan meminumnya hingga tandas. Iris keemasannya bergerak kearah jam diatas nakasnya.

"Kau harus bergegas, Dava."
Pintanya masih berusaha keras mengendalikan nafasnya yang memburu.

"Baiklah, kau juga harus bergegas. Aku sudah membuat sarapan."
Dara tersenyum tipis sesaat Dava menjatuhkan satu kecupan hangat dipipinya sebelum benar benar meninggalkannya dengan suara deruman mesin yang perlahan menjauh hingga benar benar tak terdengar.

Ia menghela nafasnya, beringsut turun sebelum melangkah menuju jendela dan menyibakkan tirai berenda mawar hitamnya. Membiarkan cahaya matahari yang menyengat perlahan memasuki kamarnya yang tamaran.

Mimpi buruk yang sama.

***

           Dara melangkah pelan menyusuri koridor, bibir merah merekahnya tampak bergerak seiring dengan kunyahan permen karet dimulutnya. Ia menambah Volume di Ipodnya, membiarkan musik keras itu mengalun memenuhi kepalanya.

"Dara!"

"Dara!"
Kaki yang dibalut Conversee Darkblue senada dengan kemejanya tampak masih melangkah, sama sekali tidak mempedulikan tatapan yang sejak tadi tertuju padanya.

     Tidak ada yang menarik darinya kecuali satu kebenaran tentang hubungannya dengan gadis yang cukup berpengaruh dikampus ini.

Tiga orang gadis yang kini memaksa Dara menghentikan langkahnya.

"Dara!"
    Kesal gadis Cantik berambut sepinggul yang selalu diagungkan oleh kaum pria dikampusnya ini. Kezia Danovan.

"Ada apa?"

"Dara! Kami sudah memanggilmu sejak tadi dan kau hanya mengatakan 'ada apa?'"
    Gerutu Nana yang ditimpali dengusan kesal oleh Sunny, gadis yang selalu menguncir rambutnya dengan bibir yang selalu mengeluarkan nada tajam pada siapapun.

"Cepatlah, aku ada kelas pagi ini."
Desak Dara melirik arlogi yang melingkar dengan sempurna ditangannya.

"Yasudah, pergi sana."
Ketus Sunny dengan Nana yang hanya mengerucutkan bibirnya kesal mengingat Dara selalu saja menghilang.

Dara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang