Prologue

4.4K 231 15
                                    

(Picture of Jace White :* )

~

Author's Note :

Halo watties! Ini dia cerita kedua dari No Flower Without Rain sesuai harapan kalian, aku harap kalian bersiap mental untuk cerita sequel kedua, karena sequel ini akan membuat kalian mewek :') Hehehehe. Aku saja yang mengetik dulu mewek kok. Anyway, enjoy!

HAPPY READING! Jangan lupa vote dan comment!

~

Jace's POV

It's the second year of my high school life. Hari Senin menyambutku pada tahun ajaran semester tiga sebagai seorang murid kelas 11 SMA. It sucks, really. Aku sering sekali mengeluh jika aku harus dihubungkan dengan hal-hal sekolah. To be honest, school makes me sick. Satu tahun telah kulalui, dengan berbagai macam peristiwa didalamnya, and yet, it makes me who I am right now.

Tentunya, bertmbuh dewasa sebagai remaja gay itu... Jika kuartikan, bukanlah sebuah pilihan. Namun sebuah takdir. I was born gay. I mean like.. Really gay. 1 tahun yang kulewati, it was... well.. kinda like disaster.

Aku dibesarkan oleh seorang wanita karir bernama Stephanie Aillen White, dan selama 16 tahun, keberadaan ayahku tidak diketahui. Namun semakin waktu berjalan, waktu mempertemukan kami berdua. Bahkan ayahku sendiri menjadi pacarku saat semester lalu. Bagaimana bisa? It's a really long story. Ayahku membuat beberapa kesalahan yang paling keji, sehingga sang Dewi Uvrea mengutuknya. Aku sangat ingin tahu, bagaimanakah sosok Dewi Uvrea.

Ayahku, Alpha Emmet Tequilla Maddison, yang dulu secara tidak sengaja juga pernah menjadi pacarku, ( but now, he's my dad!! ) berkata bahwa aku akan menemui ia saat aku berulang tahun ke 17. Dewi Uvrea adalah Dewi Cinta dan Perjodohan dalam kehidupan werewolf. Tak hanya cinta dan asmara, Dewi Uvrea adalah Dewi Hubungan Intim, Wanita, dan Kesuburan.

Aku selalu berprinsip, bahwa hidup ini seperti bunga yang mekar karena hujan. Tanpa hujan, tidak akan pernah ada satu bunga yang mekar dari kuncupnya. Ketika hidup terasa sedih dan susah, bunga itu akan melayu, kering dan bahkan mati. Ketika hidup itu senang, bunga itu akan mekar dengan indahnya, sesuai apa yang ia rasakan.

~

"OK anak-anak! Kita mengulang lagi sedikit dari saat kita kelas 1 dulu! Reaksi asam adalah...." Kata Mr.Hallow sedang menerangkan kelas kimia. Aku rasa sekolah sebenarnya bertujuan baik, membuat pelajaran kimia diawal jam untukku, karena aku tidak akan bisa dan kuat menghafalkan beribu-ribu rumus dan materi jika dipelajaran jam terakhir yang melelahkan. Tapi hal ini malah berdampak sebaliknya bagiku. Hal ini membuatku mengantuk diawal jal pelajaran.

Aku menoleh kearah Billy yang duduk dimeja nomor 2 dari depan dipojok kanan sendiri. Dia hanya diam, tidak menulis, namun memperhatikan. That boy... Never really care bout his grades, tapi aku juga tidak tahu bagaimana prosesnya sampai ia berhasil naik kelas 11 semester ini.

"Lalu, aspirin terbuat dari campuran......" Mr.Hallow, satu dari 5 guru werewolf sekolah sedang menerangkan.

"Mr.Hallow?" Tiba-tiba suara seorang staff sekolah dari pintu kelas yang tidak tertutup rapat. Masuklah Terri, staff administrasi sekolah, datang menghampiri mejanya.

"Yeah, what's up Terri?" Tanya Mr.Hallow santai. I like his style.

"We've got a guest that waiting for you.." Kata Terri. Mr. Hallow menepuk jidatnya. "Oh tuhan, aku lupa. Ok.. Anak-anak, baca-baca buku dan kalau bisa kerjakan beberapa soal! Jika kalian tidak bisa, just stay quiet!" Kata Mr.Hallow, seraya ia berjalan dan langsung diikuti oleh Terri dibelakangnya.

Ok.. Since, I'm a simple guy, who doesn't like to be a big spot on, aku lebih suka diam dikelas. Aku malas membaca apalagi menyentuh buku kimia, so I just close it. Kubuka ponsel nokia lumiaku, gosh I love this freaking phone so much. Disamping modelnya kotak simple, I just love the big screen of it.

No Flower Without Rain IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang