Dear My Future Husband

127 5 0
                                    

Dear my future husband, kita mungkin sekarang belum pernah bertemu sebelumnya atau mungkin sebenarnya kita telah saling mengenal bahkan dengan atau tanpa kita sadari. Namun yang pasti, kita telah ditakdirkan untuk bersama.

My future husband, aku akan selalu mengingat hari pertama kita bertemu.
Tawamu yang akan membuat mataku tak dapat berpaling.
Senyum jahilmu yang tak pernah hilang dari wajahmu.
Tutur katamu lugas namun sangat sopan.
Kau gila namun menenangkan.
Semuanya akan menjadi alasan mengapa mata ini tertuju padamu.
Aku akan berandai-andai, dapatkah senyummu menjadi milikku selamanya?

My future husband, aku akan menantikan, hari dimana kau mengajakku bercengkrama cukup lama untuk saling mengenal.
Kau yang tak terburu-buru.
Kau mencari waktu yang tepat dimana kenyamanan menyusup diantara kita.

Aku akan menantikan hari dimana, Kau menanyakan hal-hal sepele dan kita tertawa bersama.
Bukan romantisme yang tercipta di sekitar kita.
Hanya kau, aku, dan kehangatan.
Tawamu yang akan membuatku turut tertawa bagai disuntik candu.
Hanya kebahagiaan yang melingkupi kita.
Tak lebih tak kurang.

Dear my future husband,
Kedatanganmu dalam hidupku akan membuatku sangat gelisah.
Aku akan selalu bertanya-tanya.
Apakah rasa nyaman ini akan segera berakhir?
Kapan akhirnya kau mulai bosan dan menyerah dengan semua yang ada pada diriku? Kelemahanku? Lukaku? Keanehanku?
Akankah kau juga meninggalkan lubang dalam yang sama seperti yang lainnya?

Aku tidak percaya diri melihat diriku sendiri.
Apakah cintaku tersampaikan padamu?
Apakah cintaku akan cukup memenuhi relung hatimu?
Akankah kita saling menemukan jalan untuk bersama?
Pantaskah aku berada di sisimu?
Saat itu, mungkin aku akan mulai bersiap merengkuh kembali hatiku yang setiap saat dapat kau hancurkan.

Aku pun akan sering berfikir...
Tidakkah kau menginginkan yang lebih baik?
Jika ya, apakah aku akan sanggup melepasmu?
Namun jika demi kebahagiaanmu, maka jawabannya adalah Ya!
Aku pernah melaluinya sekali dan jika kau bahagia dengan orang lain selain aku maka aku tidak keberatan melakukan yang kedua kalinya.
Meski artinya kau menghancurkanku.

Dear my future husband, aku akan menantikan, hari dimana hatiku dengan yakin menerimamu masuk. Hari dimana akan kuserahkan seluruh diriku padamu.
Hari dimana aku berani mengambil keputusan untuk kembali mencintai.
Hari dimana aku mulai membuka gembok-gembok berkarat di pertahanan hatiku yang telah lama berada di sana dan tak terjamah.
Luka-lukanya pasti kembali terbuka. Namun aku yakin kau akan menjaganya dengan baik.
Karena pada hari itu, nafas kita bukanlah lagi dua melainkan satu.

Aku menantikan hari dimana aku tak gentar menyodorkanmu hatiku yang tidak lagi utuh. Aku harap kau menghargai setiap tetesan darah yang masih keluar dari luka-lukaku.
Setiap lukanya yang meradang tak akan kututupi lagi.
Karena pada hari itu kau telah meyakinkan diriku bahwa kau takkan menjadi penambah luka disana melainkan penyembuh yang amat berharga.

Aku menantikan hari dimana kau meyakinkanku bahwa kasihmu bukan hanya omong kosong belaka.
Aku akan menantikanmu membuktikan masih ada cinta untukku yang sudah hampir tidak percaya lagi akan cinta.

Dear my future husband, waktu yang kita lalui untuk saling mengenal mungkin tidak akan mudah. Maafkan aku jika aku sulit untuk berbagi tangis dan tawa. Aku terbiasa menyimpannya di dalam kotak flyin' dutchmanku.
Ya, waktu yang akan kita butuhkan tidaklah singkat namun kupastikan semuanya tidak akan sia-sia.

Dear my future husbnd, Aku akan menantikan saat-saat dimana kau belajar memahami setiap lukaku dan ikut menyelam dalam tangisku.
Kumohon, jagalah aku tetap sadar dan tariklah aku kembali ke permukaan ketika aku mulai tenggelam.

Tolong ingatkanku bahwa sekarang aku tidak sendiri.
Kau akan selalu ada di setiap malam-malam terburukku.
Kau akan mencium setiap jengkal lukaku sampai luka itu hilang dan hanya menjadi kenangan masa lalu.

Dear My Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang