1

26.3K 1.9K 45
                                    

"Ayolah datang, please. Aku sahabatmu kan?"

"Aku juga sahabatmu kan? Kamu harusnya memahamiku," balasku yang masih sibuk membuat sketsa.

"Tapi masa kamu nggak mau dateng di acara nikahanku."

"Yang penting doa tulusku bukan," kataku yang menghentikan pekerjaanku dan menatap sahabatku.

"Aku bahagia akhirnya kamu menikah. Tapi maaf aku tak punya keberanian untuk datang. Aku tak sanggup bertemu teman lama. Kamu tahu kan aku menghindari mereka dari dulu?"

"Siapa tahu kamu ketemu jodohmu. Lagipula apa nggak capek selalu sibuk di depan laptop."

"Enggak Sera, aku nggak bisa. Aku nggak tahu mau jawab apa kalau mereka tanya."

"Mereka nggak akan tanya, percayalah."

"Aku nggak siap sakit hati. Tolong mengerti aku."

Menghadiri sebuah pesta pernikahan itu bagai momok mengerikan untukku. Aku berada di sini meninggalkan Indonesia bukan hanya ingin terbebas dari pertanyaan kuno 'kapan kawin?' tapi lebih dari itu. Bukan aku tak ingin menikah tapi sampai saat ini aku lebih disibukkan dengan pekerjaan jadilah tak ada pria yang melirikku. Aku terlalu gigih mencari uang hingga tak terasa waktu berjalan cepat. Aku akan menginjak kepala tiga bebetapa bulan lagi. Dan perempuan dengan umur 29 tahun akan melewati masalah di mana sulit mencari pasangan. Pria berumur 29 dan sekitarnya pastilah sudah memiliki pasangan. Kesempatanku tak ada untuk pria usia 29-35 tahun. Brondong itu bukan tipeku, memang aku pemilih kalau menyangkut soal umur calon suami. Umur lebih dari 35 tahun pastilah beristri atau mungkin duren. Aku tak suka duren, apalagi yang berbonus. Semakin sulitlah kesempatanku menemukan pendamping hidup.

"Aku nggak mau tahu kamu harus datang, kalau nggak pertemanan kita putus! Karena aku punya kejutan untukmu," kata Sera lalu mengambil tasnya dan pergi begitu saja.

Kusenderkan punggungku ke sofa, menghela nafas berat mencoba melonggarkan dada. Bersahabat dengan Sera dari SMP membuatku harus berfikir ulang ribuan kali soal anti wedding party-ku. Kubuka kotak yang diberikan Sera untukku, sebuah gaun yang sangat manis berwarna putih gading. Gaun ini malah mirip gaun pengantin dibanding gaun untuk teman pengantin. Walaupun desainnya sederhana tapi gaun bertali spaghety ini sangatlah anggun dan cocok untuk jadi gaun pengantin.

Kucoba gaun itu di depan cermin, kugoyangkan ke kanan dan ke kiri. Harusnya aku sudah jadi pengantin yang sangat cantik, terkadang kesedihan menyapaku tanpa tahu waktu. Seperti saat ini.

Sera, aku akan datang

Itu pesan yang akhirnya kukirimkan padanya. Mengumpulkan keberanian untuk datang minggu depan walau sudah dipastikan aku akan bertemu seseorang.

***
Segelas coffee latte kuseruput sampai habis barulah aku beranjak untuk datang ke acara pernikahan Sera. Harusnya aku datang dari semalam untuk menemani Sera. Tapi aku memilih pulang ke Jakarta mepet hari H, jadilah aku baru datang pagi ini. Itu pun aku tak akan berlama-lama. Sebisa mungkin tak menyapa siapa pun kecuali Sera dan keluarganya. Aku tak ingin bertegur sapa dengan teman sekolah dulu.

Dengan langkah gamang aku memasuki ballroom di mana Sera sedang dipajang di depan bersama suaminya.  Mataku lurus ke depan tak melihat ke sekeliling karena aku tak berniat melihat siapapun kecuali Sera. Dengan cepat aku ikut mengantri untuk bersalaman tapi mataku sibuk melihat ke bawah hingga rambut sebahuku menutupi sebagian wajahku.

Rasanya lega luar biasa saat sudah melewati ritual menyalami Sera dan memberinya doa kebahagiaan. Awalnya aku tak mau berfoto tapi Sera memaksaku bahkan menarik lenganku bekerjasama dengan suaminya yang juga kenal dekat denganku. Pasangan menyebalkan! Walaupun aku foto bersama mereka dan menghadap ke depan tapi tatapanku tak fokus, aku memang tak berusaha memfokuskan pandangan. Aku tak berniat melihat siapapun lalu iri dan sedih. Buru-buru aku turun dari pelaminan untuk segera pulang tapi naas heels-ku menginjak gaunku sendiri. Untung saja ada lengan yang menangkapku. Kalau sampai aku jatuh aku sama saja mengumumkan pada semua ini lho ada aku di sini.

Anti Wedding PartyWhere stories live. Discover now