He is mine

10.6K 701 22
                                    


Ashila mematikan laptop. Dia baru saja selesai melakukan video call dengan Raka, sahabatnya yang sekarang tengah berada di Malaysia. Setelah lulus kuliah Raka diterima disalah satu perusahaan ternama di Malaysia. Sedangkan Ashila cukup berpuas diri dengan menjadi salah satu karyawan di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang properti di kota Jakarta.

Ashila dan Raka sudah menjalin hubungan persahabatan sejak dibangku perkuliahan. Kira-kira 7 tahun yang lalu. Ashila masih sangat mengingat bagaimana pertemuan pertama mereka. Pertemuan yang langsung menumbuhkan benih-benih cinta dihati wanita itu. Namun sayangnya, dia tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Raka.

Awalnya Ashila mengira perasaannya terhadap Raka hanyalah sebatas kekaguman semata. Namun setelah bertahun-tahun lamanya ternyata perasaan itu makin tumbuh tanpa bisa dicegah oleh wanita itu.

Ashila merasa tidak akan bisa menggapai Raka. Sosok Raka terlalu sempurna baginya. Pria yang memiliki tinggi badan 180cm dengan kulit putih bersih. Raka juga memiliki bola mata berwarna coklat yang mampu meluluhkan wanita mana saja yang menatap langsung ke bola mata pria itu.

Ashila sebenarnya bukan wanita yang biasa-biasa saja. Wanita itu memiliki wajah yang cantik alami tanpa polesan make up seperti kebanyakan wanita lainnya. Dia juga memiliki rambut yang indah serta senyuman yang mempesona.

Namun entah kenapa Raka seperti tidak tertarik dengan kecantikan yang dimiliki Ashila. Terbukti dengan reputasinya yang seringkali gonta-ganti pacar tanpa meminta wanita itu menjadi kekasihnya.

Ashila seolah tidak memperdulikan rasa sakit dihatinya. Bagi wanita itu apapun hubungan yang mereka jalani asalkan dia selalu bersama Raka itu sudah cukup untuknya. Entah sudah berapa besar cinta yang tumbuh dihati wanita itu untuk Raka. Ia tidak mampu lagi mendeskripsikannya.

"Melamun seperti biasanya". Celetuk Shanti, rekan kerja sekaligus teman satu kosan Ashila saat melihat wanita itu termenung, seolah tengah memikirkan sesuatu yang berat. Shanti bisa menebak, apapun yang difikirkan temannya itu pasti tidak akan jauh-jauh dari Raka.

"Dan lo selalu mengganggu seperti biasanya". Jawab Ashila, sedikit memberengut.

Shanti berdecak. "Gue heran sama lo Shil, mau sampai kapan lo nyimpen perasaan buat si Raka Raka itu." Omelnya.

Ini bukan pertama kalinya Shanti bertanya. Sejak Ashila menceritakan semuanya tentang Raka, termasuk tentang perasaannya kepada pria itu.

"Gue gak tau Shan. Biarin berjalan apa adanya aja. Gue belum siap untuk bilang sama Raka".

"Yayayayaaaa. Selalu dengan jawaban yang sama. Udah aah gue mau tidur aja". Shanti beranjak, meninggalkan Ashila sendirian dikamar wanita itu. Ia sudah berulang kali mengingatkan Ashila untuk mengungkapkan perasaan wanita itu. Ia juga memberikan pilihan kedua bagi Ashila, apalagi kalau bukan move on dari pria yang bernama Raka tersebut. Shanti bahkan mengenalkan beberapa teman prianya kepada Ashila. Namun hasilnya nihil, tidak ada yang mampu menggeser posisi Raka dihati wanita itu. Sekarang, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik buat Ashila.

"Andai lo ngerasain apa yang gue rasain Shan". Gumam Ashila. Dia bukannya tidak mau mengikuti nasehat-nasehat Shanti, hanya saja dia tidak punya cukup keberanian untuk melakukan semua saran wanita itu.

Ponsel Ashila bergetar, pertanda ada pesan singkat baru yang masuk. Sudut bibir wanita itu sontak terangkat membentuk senyuman. Raka, adalah nama yang tertulis dibagian pengirim pesan.

Good night Shila.

Isi pesan tersebut. Ashila langsung membalas pesan itu.

Good night Raka.

He is mineWhere stories live. Discover now