17. Please, Don't Go

136K 5.6K 150
                                    

Sorry telat. Harusnya udah dari tadi malam update tapi ternyata tidak ada dinotifikasi yang keluar maka aku posting ulang untuk part ini.

--

Mungkin ini bukan awal tapi sebuah langkah pertama untuk memperbaiki hubungan Athan dan Yura. Athan berhasil mendapatkan wanitanya. Wanita yang begitu sulit ia dekati layaknya belut yang susah untuk sekedar dipegang. Bibir laki-laki tampan itu melengkung membentuk senyuman menawan yang mampu membuat resepsionis AY Corp senyum-senyum sendiri.

"Nampaknya bos gue lagi seneng nih." Tiba-tiba Aron sudah mensejajarkan langkahnya dengan Athan. Yang disindir hanya menoleh sekilas dengan tampang santai. "Jangan senyum kayak gitu ke gue, karena gue bukan cewek-cewek itu yang langsung meleleh."

Athan terkekeh mendengar celotehan sabahatnya. Mungkin dia cocok kalau ketemu Yura, sama-sama tidak bisa diam sebentar saja. Ah tidak, ia akan cemburu jika istrinya itu bersama dengan pria lain. Diam-diam Athan adalah laki-laki yang mudah cemburu. Tidak banyak yang tahu memang karena tertutup oleh wibawanya sebagai pemilik AY Corp.

"Kerja sana, jangan meledek bos sendiri terus. Gue sumpahin lo jomblo seumur hidup."

"Amit-amit dah, tega banget ya lo sama sahabat sendiri. Nyesel gue pernah menobatkan lo sebagai sahabat terbaik gue." Aron berkacak pinggang di depan Athan. Mereka benar-benar melupakan posisi mereka di kantor. Jika dibilang tidak profesional mungkin bisa.

Anita sekretaris Athan menahan tawanya saat mendengar perdebatan teramat tidak penting dari Athan dan Aron.

"Siapkan materi meeting siang ini ya, Nit."

"Iya, Pak." jawab Anita cepat.

"Hai Anita, malam nanti kita dinner yuk." rayu Aron pada Anita yang kembali bergelut dengan komputernya.

Athan melempar gulungan kertas tepat terkena kepala Aron. "Kerja woi, jangan ngerayu karyawan gue."

Aron melenggang pergi dengan gerutuan mirip gerombolan lebah.

--

Langkahnya pelan memasuki area kampus. Mata indahnya menyisir segala penjuru kampus berharap ia tidak bertemu dengan cowok yang sengaja ia hindari. Tapi sekeras apapun ia menghindar tetap saja akan bertemu, karena mereka sekelas.

"Tumben pakai syal." suara itu tiba-tiba saja sudah berada tepat di samping Yura. Hampir saja ia terjengkang dengan kehadiran Lesya yang bagaikan makhluk astral di pagi hari.

Alis Yura bertaut, bibirnya maju menampakkan wajah cemberut. "Sialan banget lo, Sya. Bisa gak sih sekali saja gak toa gitu."

"Perasaan gue ngomongnya biasa aja, gak usah lebay deh lo."

Yura berdecak kesal kemudian pergi tanpa memperdulikan Lesya lagi.

"Ih pertanyaan gue belum dijawab maen nyelonong aja. Woi, nona cantik dari Korea, tungguin gue kenapa." Lesya sudah berteriak seperti aktivis kampus sedang berdemo. Ini membuat Yura lebih mempercepat langkahnya.

Persahabatan mereka terlalu unik. Lesya tergopoh-gopoh berusaha mengejar langkah Yura dan Yura yang semakin mempercepat langkahnya menghindar dari pertanyaan Lesya.

Ketika Yura hampir sampai di kelasnya, Shefa muncul dari arah yang berlawanan membawa sekotak susu dan roti. Dahinya berkerut melihat dua sahabatnya yang terlihat aneh pagi ini. Dengan muka cengo ia menghampiri kedua sahabatnya itu.

"Kalian ngapain coba pagi-pagi kek gitu?" tanya Shefa sesaat setelah Yura dan Lesya tiba dihadapannya.

"Hah... Yura tuh, Fa. Tuh anak kesambet setan jalan cepet banget."

Magic Marriage [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang