15. Do What You Want

123K 5.1K 71
                                    

Pintu kamar itu perlahan terbuka. Seseorang di atas kasur sana masih tenang bergelung dengan selimutnya. Sudah dua hari Yura menginap di rumah kedua orangtuanya. Entah acara ngambek atau apalah sehingga dia memilih tinggal bersama orangtuanya. Dengkuran halus terdengar di ruangan itu. Jovan melangkah mendekati tempat tidur adiknya. Satu tarikan saja di hidung Yura, membuat sang pemilik hidung reflek bangun dari tidurnya.

"Ah sialan Kak Jovan. Oppa neo jugullae ?" teriak Yura dengan mata masih merem dan rambut acak-acakan.

Jovan terkekeh melihat adik satu-satunya itu. Mana bisa wanita seperti ini menyandang status istri. "Muka kamu jelek banget." Jovan menyentil dahi Yura dengan keras.

"Ya ampun Kak Jovan, sakit bego." Yura cemberut dan melemparkan bantalnya ke Jovan.

"Salah sendiri. Hey, ini sudah jam berapa kamu masih molor mulu. Gak kuliah?"

Yura hanya membalas pertanyaan Jovan dengan deheman dan anggukan lemas. "Bangun, Ra. Inget statusmu sudah berubah dari bocah ingusan menjadi seorang istri."

"Bodo amat."

"Terserah deh. Yang jelas setelah pulang dari Bali nanti Athan akan langsung ke sini menjemputmu." Jovan geleng-geleng kepala dan pergi meninggalkan kamar Yura. Yura menggerutu dengan sendirinya kemudian berjalan gontai menuju kamar mandi.

"Bilang padanya, aku gak mau dijemput Kak."

Athan lagi, Athan lagi. Kenapa dia sedikit muak dengan nama itu. Jujur tapi Yura merindukan Athan akhir-akhir ini. Tiga hari pergi ke Bali untuk urusan bisnis membuat Yura kesepian saat pulang ke apartemen. Paling menyebalkan jika si Angela itu selalu datang tiap pukul 3 sore. Tidak ada kapoknya tuh anak ganjen. Padahal Yura sudah memberitahu Angela jika dia istrinya Athan.

"Gue istrinya Athan. Jadi lo gak perlu bolak-balik ke sini mulu deh, apalagi lo harus repot-repot bawa itu segala." kata Yura lebih judes dari kemarin. Cewek itu hanya tersenyum dan kemudian pergi. Sempat juga dorong mendorong rantang yang dibawa oleh Angela. Dia yang memaksa Yura untuk diberikan kepada Athan sedangkan Yura menolaknya mentah-mentah.

---

"Muka jangan ditekuk gitu kenapa."

Yura melirik Shefa malas. Shefa menggigit bibir bawahnya sambil menatap wajah Yura.

"Duh liatnya biasa aja kali, Fa." semprot Yura saat wajah Shefa semakin dekat. Yura takut dikira abnormal jika posisinya dengan Shefa terlalu dekat. Anehnya Shefa malah cengengesan tidak jelas. "Lo gak ketularan Lesya kan?"

Shefa mendelik ke Yura.

"Ra, ikut gue yuk." tiba-tiba Oriz menarik tangan Yura. Shefa sampai melongo ditinggal Oriz dan Yura.

"Eh eh.. kalian mau kemana woi." teriak Shefa saat dirinya benar-benar ditinggal kedua temannya.

Yura menoleh ke belakang melihat Shefa berlari tergopoh-gopoh mengejarnya dan Oriz. Yura menatap manik mata Oriz meminta penjelasan kenapa dia menariknya dengan tiba-tiba.

"Sorry Fa. Gue pinjem temen lo dulu ya." kata Oriz pada Shefa yang akhirnya sampai juga dihadapan Yura dan Oriz.

"Hah? Dikira Yura barang apa coba." Oriz terkekeh pelan.

"Apa yang lucu coba Riz, jangan-jangan lo mau nyulik gue lagi. Iya kan?"

Oriz tersenyum miring. "Bukan, Yura." Oriz menarik kedua pipi Yura.

"Sakit, pea." teriak Yura persis seperti Tarzan versi cewek.

"Kita kencan yuk. Jadi, maaf Fa lo gak boleh ikut." jawab Oriz dengan penuh percaya diri. Sedangkan Yura dan Shefa saling berpandangan. Alis Shefa sedikit terangkat keningnya juga berkerut.

Magic Marriage [Completed]Where stories live. Discover now