Banner Info : Asha and her mysterious ambition.
=
((Si Tertutup yang Beda.))
=
∞
Dari dalam sebuah Music Center sekaligus tempat kursus musik yang terletak di daerah Jakarta, terdengar dentingan piano dari seorang remaja perempuan yang berpenampilan casual. Biasanya tempat selalu ramai oleh pengunjung, namun ia tahu waktu yang tepat yaitu weekday, agar terhindar dari pusat perhatian pendamping murid-murid kursus privat atau pembeli instrumen musik.
Pemilik dan beberapa pengurus toko musik itu sudah mengenalnya, karena keluarganya pernah membeli sebuah Grand Piano berwarna putih yang kini terletak manis di ruangan khusus musik rumahnya.
"Asha mau latihan main ya?" sapa seorang staf perempuan yang sedang berjaga di toko itu. Asha menghentikan permainan pianonya, lalu tersenyum singkat pada staf itu. "Aku punya masukan, daripada bakat kamu sia-sia lebih baik kamu ikut kursus juga disini. Direktur selalu senang kamu masih mau kesini, kamu bisa ikut kesempatan punya karir musik bareng sama murid lain kalo ikut kursus juga," mendengar staf itu, lagi-lagi Asha hanya tersenyum singkat lagi. "Aku ga maksud nyinggung perasaan kamu, karena kita semua kagum sama bakat kamu, " staf itu sudah mengenalnya dengan baik. "Makasih ya," jawab Asha lugas, ia memang agak kaku menjawab basa-basi namun niatnya tulus.
Sebenarnya tujuan Asha seringkali berada disana untuk mengasah kemampuan otodidaknya terhadap musik. Adik Asha satu-satunya, Alka adalah alasan mengapa keluarganya membeli Grand Piano untuk di rumah. Entah mengapa Alka dan Asha memiliki ketertarikan terhadap musik, padahal latar belakang keluarga mereka bukan musisi.
Sekitar 2 tahun yang lalu ketika Alka masih duduk di kelas 3 SMP, Alka minta dibelikan beberapa alat musik termasuk piano kemudian dicarikan guru privat piano ke rumahnya. Sedangkan Asha yang saat ini baru saja tamat SMA, sudah otodidak bermain piano sejak SMP. Keinginannya lebih didasari karena ia ingin fokus pada keahliannya tanpa diketahui orang banyak, dengan sikap rasional menguasai suatu hal cukup disimpan oleh dirinya sendiri.
Dulu di SMP, ia suka membaca buku dan mencari dari A sampai Z tentang piano melalui internet saja. Walaupun sudah ada piano di rumah, Asha lebih memilih melanjutkan kegiatannya berlatih di Music Center ini. Awalnya ia meminta izin pada petugas jaga tiap pulang sekolah walaupun merasa tidak enak ia sampai pernah membawa resi pembelian piano, jikalau ada yang berkomentar tidak baik tentangnya. Sampai suatu hari, direktur dan pemilik sedang audit ke toko dan mendengar permainan piano Asha, mereka juga sering promosi agar ia ikut kursus, namun lama-lama mereka mewajarkan keberadaannya disana.
Pulang sekolah merupakan saat-saat yang dinanti Asha, karena ia kurang nyaman berlatih di sekitar Papa-Mama dan Alka. Orangtuanya sudah kerap kali bertanya padanya tentang ketertarikannya itu, tapi ia selalu berkilah dan menjalani caranya sendiri bahkan mereka tidak tahu sudah sejauh mana Asha bisa bermain piano. Hanya Alka-lah yang tahu sedikit banyaknya tentang Asha, karena mereka berdua cukup dekat.
Tadi ia datang pada timing seperti biasa dari siang hari hingga menjelang matahari terbenam di Music Center itu. Di saat yang sama Alka yang sudah pulang sekolah, menjemputnya di parkiran. Lelaki berbadan tinggi jangkung itu akhirnya datang juga setelah menyapa security toko yang sudah mengenalnya.
Asha sudah menunggu agak lama di depan teras pintu masuk. "Maaf ya Shaa, aku kelamaan... Tadi....," Jelas Alka sambil membuka helmnya, Alka sudah biasa memanggil Asha tanpa 'Kakak' karena kebiasaan. Asha memotong ucapan Alka, "Udah pasti PDKT sama cewek," wajah datar membuat Azka terkekeh.
"HAHAHA. Aku ada rapat OSIS tadi Shaa, hp-ku low battery. Aku kira bentar, harusnya tadi aku Whatsapp kamu dulu sebelum mulai. Maaf ya? Please...,"Alka melanjutkan penjelasannya.
YOU ARE READING
Silent Truth
Teen FictionDalam hidupku aku tidak terlalu memusingkan hal yang rata-rata orang lain fikirkan seperti perasaan, persahabatan, dan cinta. Kurasa aku tidak perlu memilikinya saat ini, karena aku sudah membuktikannya, bahwa aku baik-baik saja tanpa harus mengkhaw...
