Meet With...???

1.3K 143 18
                                    


«DEATH or DATE??»

Nb : anggap aja golongan darah si Biay di ff ini 'O'

.

.

.

"Kemurnian eh? Kesetiaan? Ketulusan huh?" Jinhwan menginjak-injak setangkai bunga daisy itu dengan sangat kesal. Dari tadi air matanya tak kunjung berhenti. Berapa kalipun ia menyekanya, tetap saja liquid bening itu mengalir melewati pipinya dengan derasnya. Mungkin sampai kelenjar air matanya berhenti memproduksi, baru ia akan berhenti menangis. Matanya sudah memerah dan bengkak. Sudut bibirnya berdarah dan sedikit terkoyak, karna ia terus menggigit sudut bibirnya untuk menghilangkan sedikit saja rasa sakit di hatinya. Namun, sedikitpun rasa sakit itu tidak berkurang.

Jinhwan berjalan cepat kearah dapur. Mengambil pisau yang sangat tajam, kemudian memotong pergelangan tangannya tak tentu arah.

'Sheeeet' ...

Darah mengalir deras dari pergelangan tangannya. Rasanya tidak terlalu sakit. Karna hatinya jaaauuh lebih sakit dari ini. Seharusnya dengan begini ia akan mati secara perlahan. Dan kemudian rasa sakitnya akan menghilang bersamaan dengannya ke neraka.

Yah, seharusnya begitu...

Gelap.....

Yah, dia akan ke neraka bersama rasa sakitnya.

.

»

.

Putih.

Sejauh matanya memandang hanya ada warna putih. Apa ia berada di surga? Bukankah orang sepertinya lebih pantas untuk berada di neraka? Dia adalah pendosa yang mencoba mendahului takdir dengan mencoba mati sebelum kematian itu sendiri yang datang menghampirinya.

Huft.... Jinhwan membuang nafas lelah dan beberapa detik kemudian ia mengernyit, tidak suka dengan bau obat-obatan dan antiseptik yang tiba-tiba menggelitik hidungnya. Dengan santai ia mengangkat tangan kirinya. Infus terpasang di sana. Tepat di pembuluh vena. Sekarang ia tau di mana dirinya berada.

Ck, ternyata dia belum mati. Dan, siapa orang idiot yang menyelamatkannya dari kematian?

"Hyung, sudah sadar?" Chanwoo masuk kedalam ruangan yang ditempati oleh Jinhwan setelah menutup pintu ruangan tersebut dengan pelan, kemudian ia menaruh dua plastik putih yang berisi makanan dan buah-buahan di nakas samping kanan ranjang yang ditiduri oleh Jinhwan.

"Mengapa Hyung melakukan hal idiot begitu?"

Jinhwan mencoba mengubah posisinya menjadi duduk. Tapi tangan kanannya yang nyeri menghentikan aksinya. Dan Chanwoo dengan cekatan membantunya. "Kalau hyung mau Mati, seharusnya hyung memotong urat nadi di lengan kirimu. Bukannya memotong sembarangan pergelangan tanganmu."

Chanwoo membuka salah satu pelastik putih tersebut dan mengeluarkan beberapa potong roti tawar dan topping coklat. "Hufft... Hyung ini merepotkan ku saja." Seletah memoles rata topping di roti tawar tersebut Chanwoo menyerahkannya kepada Jinhwan.

Jinhwan memakan dengan lahap setiap potong roti yang disodorkan Chanwoo. Satu potong, dua potong, lima potong dan seterusnya masuk kedalam perutnya dengan cepat.

"Hyung kelaparan eh? Hahaha tentu saja. Hyung tidak sadarkan diri selama tiga hari." Jinhwan sama sekali tidak memperdulikan ucapan Chanwoo. Ia terlalu fokus pada roti di tangannya.

Sampai...

"Berterima kasihlah kepada Hanbin. Dia yang mendonorkan darahnya untuk mu, hyung-"

"Uhuk uhuk... Uhuk... Hoeekk..." Jinhwan tersedak. Perutnya langsung mual mendengar nama lelaki brengsek itu. Roti yang hampir saja ditelannya sukses keluar dari mulutnya dan mengenai baju Chanwoo.

"Aishh... Kau jorok, hyung! Ini baju mahal tau! Ini spesial edition dari Louis Vuitton!" Chanwoo tak henti-hentinya merutuki Jinhwan yang memuntahi baju mahalnya.

"Katakan, kalau yang kau ucapkan tadi adalah lelucon!" Bukannya merasa bersalah karna telah mengotori bajunya, Jinhwan malah balik memakinya.

"Aku tidak bercanda! Ini baju mahal dari paris!"

"Bukan itu! Aisshh..." Jinhwan berdecak kesal.

"Lalu apa?"

" Hanbin yang menjadi pendonor untukku. Itu bohongkan?!"

"Tidak.... Itu sungguhan. Dia bahkan belum sadar sampai sekarang." Mood Jinhwan lenyap seketika mendengar pernyataan Chanwoo. Cih, untuk apa lelaki tak berperasaan itu menolongnya. Lelaki sialan itu hanya menambah penderitaan hidupnya.

Dia tidak akan berterima kasih kepada si brengsek itu. Tidak akan pernah.

.

¤

.

Jinhwan tidak mau lagi mencoba untuk menyakiti dirinya, dengan menusuk atau melukai apa saja pada bagian tubuhnya dengan pisau. Karna itu semua tidak berguna. Bukannya mati, Dia malah tambah terbebani dengan Hanbin yang mendonorkan darah untuknya.

Jadi di sinilah ia sekarang. Berdiri tegap di atas tembok pembatas atap hotel berlantai 27.

Dia yakin. Dengan begini, tidak akan ada yang bisa menyelamatkan ataupun mencegah niatnya untuk bunuh diri. Jinhwan merentangkan tangannya. Mencoba menyatukan dirinya dengan gerak angin yang berhembus menerpanya. Matanya terpejam. Tapi telinganya masih bisa mendengar teriakan orang-orang yang menonton aksi gilanya ini dengan harap-harap. Ada yang berharap dia segera melompat dan ada yang berharap agar ia membatalkan niatnya.

Jinhwan tersenyum miris. 'Dasar! Orang-orang menjijikkan yang suka ikut campur dengan urusan orang lain.' Batinnya, jengkel.

Jinhwan mulai mengolengkan tubuhnya. Dan teriakan dari bawah sana kian kuat.

"Hey!!" Jinhwan dapat mendengar seseorang memanggilnya. Tapi, ia tidak perduli. Ia melihat ke bawah sekali lagi. Semakin memajukan kakinya ke ujung. Sedikit lagi maka ia akan jatuh.

"Hey! Pendek!"

Pergerakan Jinhwan terhenti. Dahinya berkedut. Sialan sekali, mengapa di saat seperti ini dia malah dibuat kesal.

"Siapa yang kau panggil dengan 'Pendek' huh?" Tampa sadar Jinhwan sudah turun dari tembok pembatas. Berjalan pelan ke arah pria yang barusan memanggilnya.

"Tentu saja kau. Memang siapa lagi? Apa kau melihat ada orang lain di sini?" Jawab si pria datar. Sedatar tembok pembatas itu.

Hal itu membuat Jinhwan olahraga jantung. Ingin sekali rasanya dia menonjok lelaki di depannya ini. Atau sekedar melemparkannya kebawah, menggantikan Jinhwan.

"Hey sialan! Aku tidak pendek. Kau saja yang kelebihan tulang. Dasar brengsek!"

"Heh, Pendek! Kau cerewet sekali. Aku hanya ingin mengajukan tawaran menarik untukmu."

.

.

.

tbc

AN : chap sebelumnya benar" ancur. typo udah kayak debu sangkin banyaknya, Maafkan Ji, ya... well, buat yg nunggu PARER, kalian harus extra sabar karna file Chapter 3 nya udah kehapus :")


"Vote jika kalian suka dan tinggalkan komentar kalau tidak keberatan"

DEATH or DATE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang