Me VS Mainstream Romance

3.8K 195 43
                                    

"Mainstream is what's the new trend. when one "style" gets old, a new one is reborn, a mainstream person is someone who jumps from trend to trend so that they fit in with the rest of the crowd. Mainstream is being what society thinks you should be, and look like."

.

.

.

Yap, itu arti mainstream menurut urbandictionary.com, dimana orang-orang mainstream adalah seorang yang melompat dari satu trend ke trend lainnya sehingga mereka cocok dengan crowd atau keramaian yang ada. Mainstream adalah menjadi apa yang masyarakat pikirkan/inginkan/seharusnya, dan terihat sama.

Nah, itu yang aku alamin. Mencoba melompat dari satu genre cerita ke genre lainnya. And... wallaaa!! Aku cuman cocok di genre mainstream romance yang bikin sebagian orang terkena efek samping seperti tangan keriting, senyum-senyum sendiri atau... yang paling parah adalah (pardon me) gumoh. Wkwkwk.

Ya, tapi gitu... aku udah coba fit in di genre thriler, fantasy, comedy, atau... tulisan dengan bahasa puitis gerimis. Hasilnya? Baca buku Agatha Cristie yang crime novel atau novel thriler lainnya aja nggak sanggup aku. Aku nggak tega lihat berdarah-darah, hati Hayati nggak kuat, Bang! Genre fantasy yang aku baca cuman Harry Potter (well, aku suka nonton film genre fantasy daripada baca novelnya, kecuali Harry Potter ya). Terkahir nonton The Hatefull Eight aja, aku keluar masuk bioskop, nggak kuat lihatnya. Hahahaha. Nulis cerita genre comedy itu... berapa tahun yang lalu gitu. Aku lupa. But anyway, aku fans beratnya Hilman & Boim, suka sama cerita-cerita Lupus yang aku lahap habis pas jaman SMP kalo pulang sekolah di persewaan buku. Hehehe.

Lalu, mulai coba di genre romance, dan yaaa... aku cuman bisa fit in di genre satu ini. Maafkan daku. Hahaha. Mungkin aku tipikil golongan darah O, tipikal orang-orang romantis. (nggak nyambung juga sih, ya)

Mainstream romance itu tanpa kita sadari banyak yang menggunakan genre ini, dan percaya nggak percaya, beberapa buku best seller juga sering menggunakan genre ini. Kenapa? Kemungkinan si, ya, (ini aku menyimpulkan sendiri sih) genre ini bak kacang rebus dan paling dekat dengan kehidupan pembaca.

Kalau ada yang belum tahu, mainstream romance ini, dimana si tokoh utama sudah di setting akan berakhir bersama. Bahasa sederhananya, endingnya udah ketebak duluan. Tapi, yang bikin pengen tetep dibaca itu, bagaimana si penulis membangun alur yang terkadang un-predictable dan scene-scene yang memang dekat dengan kehidupan pembaca.

Aku kalau nulis cerita itu, aku biasanya mengamati apa yang sudah banyak ditulis. Hmm di wattpad contohnya, aku sudah banyak menemukan kisah-kisah Siti Nurbaya di jaman modern (which means, nikah paksa terus jadi cinta. I found a million stories), dan juga kisah-kisah fairytale lainnya. Kayak kisah Cinderella, Beauty and The Beast, atau... apa pun itu. Dalam versi kekinian lho yaaa...

Bikin cerita romance itu susah syekalee kawan! Membuat cerita lo tetap manis tapi nggak garing, nggak bikin gumoh, dan nggak berlebihan. Itu susah sekaleee...

Dan kawan, agar cerita terlihat romantis, kamu nggak perlu membuat setting yang fancy. Kayak makan di resto mahal atau candle light dinner. Bahkan makan bareng di kaki lima atau di warung burjo asal quality banget juga bikin pembaca teriak-teriak gemay. Wkwkwkwk.

Lah tapi, entah kenapa kalo nonton film aku lebih suka yang genre sci-fi, fantasy, comedy, atau... apa pun selain romance. Suka sih, nonton yang romance. Tapi diakhir film, aku yang bete sendiri. Soalnya aku cuman bisa gigit jari setelah itu. Wkwkwk. Nonton romance kalau lagi 'dahaga' akan cerita manis aja. hehehe.

Dan terakhir, yang bikin aku seneng nulis mainstream romance adalah, komentar pembaca seperti, 'aku pernah ngalamin kayak gini.' hehehe.

Me VS Orange WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang