Bab 16

53.3K 5K 620
                                    

Hari ini weekend dan Adrian memutuskan untuk menghabiskan harinya bersama Aya. Begitu selesai mandi sehabis berolah raga Adrian langsung berangkat menuju rumah perempuan itu. Bedanya kali ini, Adrian turut membawa Buddy dan Lala. Ia meninggalkan Harley di rumah karena anjing yang satu itu sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Adrian membiarkan Buddy terlepas begitu saja di dalam mobil, sementara menempatkan Lala di dalam keranjang khusus untuknya.

Adrian mengemudi sambil sesekali mengelus bulu Buddy yang duduk manis di sampingnya. Anjing itu tampak menikmati perjalanannya berbeda dengan Lala yang sedari tadi terus mengeong karena tidak nyaman ditempatkan di keranjang miliknya.

Begitu sampai dan memarkirkan mobilnya, Adrian menuntun hewan-hewan peliharaannya keluar dari mobil. Ia langsung membiarkan Buddy berkeliaran dengan talinya. Sementara Lala masih ia letakkan di dalam keranjang. Sebenarnya hari ini ia berencana mengajak Aya menanam bunga matahari di halaman belakang dekat dengan paviliun tempat Aya tinggal. Lelaki itu sudah menyiapkan bibit untuk ditanam, bahkan Adrian juga sudah membawa cangkul dan beberapa peralatan lainnya. Sebelum itu Adrian juga sudah meminta izin pada Raka untuk melakukannya, dan Raka memberikannya izin.

Adrian baru saja hendak membuka bagasi mobilnya ketika tiba-tiba ia dikejutkan dengan teriakan seorang perempuan.

"HYAAA ..." teriakan itu terdengar sangat lantang.

"Pergi ... pergi ..."

Adrian langsung menoleh ke sumber suara. Dia langsung tertawa cekikikan melihat bagaimana cara Buddy menyapa Sintha. Anjing itu memang sangat ramah dengan orang asing yang baru ditemuinya, kerap kali Buddy selalu menghampiri hanya sekedar untuk menjilat sesuatu di tubuh orang itu sebagai tanda bahwa ia ingin berkenalan. Namun sepertinya keinginan Buddy tidak mendapat respon baik dari Sintha. Perempuan itu terlihat takut dengan kehadirannya.

"Anjing tetangga berani-beraninya masuk ke sini. Awas kamu ya," Sintha bersiap mengambil sapu yang tadi sempat terlempar karena terkejut dengan kemunculan anjing tersebut, namun Adrian langsung mencegahnya.

"Hei itu anjing saya. Buddy come here ..." Adrian menepuk tangannya tiga kali memanggil Buddy. Dan seperti yang diinginkan anjing itu langsung menghampirinya.

"Mas, bagusin bawa anjingnya. Entar gigit orang lain gimana?" Sinta mengeluh kesah karena kehadiran anjing tersebut.

"Saya sengaja bawa Buddy soalnya di rumah nggak ada sarapan buat dia, saya inget kamu makanya saya bawa dia," ucap Adrian menahan tawanya. Sinta terang-terangan menatap Adrian dengan kesal, sementara Adrian menanggapinya dengan cuek.

"Wah rame sekali ..." ujar Marina menghampiri Adrian sambil menggendong Alan, cucunya.

"Lho kok ada Alan di sini, tante?'

"Ayah bundanya pergi ke acara pernikahan teman mereka jadi Alan dititipkan di sini."

Adrian mengangguk mengerti mendengar penjelasan singkat tersebut. Di balik kaca mata hitamnya lelaki itu menatap hangat wajah buah hati dari mantan kekasihnya itu. Wajahnya sangat mirib dengan Reya sementara senyumnya persis seperti Azka. Adrian tersenyum kecil begitu menyadarinya. Ada sesuatu dalam dirinya yang tiba-tiba menghangat begitu bertatap mata dengan anak lelaki tersebut.

Adrian tersenyum kecil begitu melihat tangan anak lelaki itu terulur ke arahnya mencoba mencapai kucing berbulu putih yang ada di gendongannya. "Suka kucing juga ya? Alan nggak takut sama kucing?" Dengan sangat hati-hati Adrian mencoba mendekatkan Lala kepada Alan. Ekspresi wajah anak kecil tersebut antusias, tangannya menepuk-nepuk kepala Lala kegirangan.

"Kamu mau nyangkul ke sawah?" Marina bertanya sambil melirik barang-barang bawaan yang ada di belakang Adrian. Rupanya Raka belum mengatakan apa yang Adrian sampaikan kemarin di telepon kepada Marina.

Everlasting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang