Part 1

120 15 17
                                    

Langit berwarna abu - abu. Semilir angin berhembus menghiasi suasana senja. Di suatu danau dengan rerumputan hijau, Rizna berlari dengan sumbatan earphone di telinganya tersebut.

Dia berlari sesuai tempo lagu apa yang ia dengarkan di telinganya tersebut. Hingga ia merasa membuang tenaganya terlalu banyak. Ia memutuskan untuk memulihkan tenaganya di pinggir danau.

Danau yang sunyi ini, membuat gadis berusia 13 tahun itu merasa tenang. Kulitnya bagaikan secerah cahaya, rambut cokelatnya yang terkuncir dan tidak terlalu panjang. Sungguh dia bagaikan malaikat yang menjelma menjadi manusia.

Namun, Tuhan memang adil. Rizna diberikan fisik yang indah tetapi tidak dengan kebahagiaannya. Mungkin orang-orang akan iri dengan kecantikannya namun tidak untuk kebahagiaannya.

Langit pun dengan perlahan tetapi pasti menjadi gelap. Mau tidak mau Rizna harus kembali kerumahnya sebelum ia mendapat lebih banyak masalah lagi.

Rizna pun berjalan menuju destinasi yang ia tuju.Jarak antara danau dengan rumahnya tersebut memang cukup jauh. Namun, hanya di tempat itu Rizna dapat merasakan ketenangan.

Selama perjalanan, ia hanya melihat kendaraan yang lalu lalang dengan cepatnya. Kilatan cahaya yang berasal dari kendaraan tersebut sungguh sangat mengganggunya. Mungkin saja bila ia diberi pilihan, ia akan memilih rumah dengan sawah yang mengelilingi rumah tersebut.

Rizna terus berjalan dengan kepalanya yang ditundukkan. Ia mulai mengeraskan volume musiknya tersebut. Suara mesin dan suara klakson tersebut membuatnya terganggu. Terima kasih untuk para pembuat motor dan mobil karena telah membuatnya terganggu.

Setelah berjalan sekian lama, akhirnya rumah dengan bergaya classic tersebut berada di pandangannya. Ia pun melewati satpam dan tersenyum tipis padanya. Melihat majikannya yang tersenyum secara otomatis pun satpam tersebut ikut membalas senyum yang diberikan Rizna waktu ia melewati satpam itu.

Rizna pun berjalan sepanjang halaman rumanhnya. Orang tua dari Rizna memanglah orang tersohor dan terkaya di negaranya saat ini. Wajar saja bila Rizna tinggal di rumah raksasa tersebut.

Rizna pun memasuki rumah dengan perlahan. Ia pun berjalan memasuki ruang tengah rumahnya tersebut dan berharap akan ada manusia disana.

Hasilnya pun nihil, Rizna tidak menemukan adanya makhluk hidup disana. Akhirnya, ia memutuskan untuk berjalan ke kamarnya.

Kamar Rizna ini sangat sederhana. Tidak seperti dengan anggota keluarga yang lain. Rizna tidak suka dengan hal yang ia anggap itu ribet dan hanya suka hal-hal yang sangat sederhana.

Sementara itu di depan rumahnya, mobil mewah berwarna hitam berhenti. Seorang pria berumur 30 an keluar dari mobil mewahnya.
Setelan jas nya menandakan bahwa pria tersebut sehabis bekerja.

Dia pun memasuki rumah classic itu. "gimana? Rizna masih keluaran hari ini?" tanya pria tersebut kepada para pelayannya tersebut. "ya tuan. nona kecil terlihat sehabis berlari seperti biasanya" jawab salah satu pelayan yang sedang membawakan tas tuannya tersebut.

Pria tersebut menghela nafas frustasi. Pria tersebut menaiki tangga dan menuju lantai teratas rumahnya tersebut.

Sesampainya di lantai atas, dia langsung memasuki satu-satunya kamar yang berada disana. "kenapa kamu melamun gitu?" tanya pria tersebut begitu melihat perempuan cantik yang sedang melihat apa yang diluar jendela.

Rizna pun tersentak ketika mendengar suara berat pria dari pintu. "ayah tumben pulang cepet" respon gadis itu. Rizna pun langsung berlari dan memeluk ayahnya tersebut.

Aldy pun membalas pelukan putrinya yang kecil tersebut. Dia memperhatikan keadaan putri kecilnya tersebut.

Seperti biasa putrinya itu memang sangatlah cantik. Namun dibawah kelopak matanya yang indah tersebut terdapat kantung mata yang gelap. Tanda bahwa putrinya tersebut di ambang masalah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 30, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Walking In The RainWhere stories live. Discover now