Dua

419K 26.4K 2.3K
                                    

"Anterin gue ke ruang kepala sekolah."

Seakan tak percaya dengan apa yang baru ia dengar, Davino mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum akhirnya berbalik menghadap ke perempuan itu.

Davino menghampirinya dan membaca name tag yang ada di baju perempuan itu.

Oh namanya, Audrey Refalina.

Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat dikepala Davino dan langsung membuatnya meringis.

"Kok lo pukul kepala gue?!" Ucap Davino masih dengan tangan yang memegangi kepalanya.

"Mata lo liatain apa tadi?!"

Wajah kesal Davino malah berubah menjadi wajah menahan tawa. Dan setelah itu akhirnya tawa Davino pecah begitu saja.

"Pikiran lo jangan kemana-mana. Gue cuma mau baca name tag lo Audrey."

Pipi Audrey langsung bersemu merah.

"Pipi lo merah. Alergi panas ya?"

Wah ini cowo bego juga ya ternyata.

"Iyanih. Yaudah makanya cepetan anterin gue ke ruang Kepala Sekolah."

"Yaudah gue anter."

Mereka pun berjalan menyusuri koridor untuk menuju ke ruang kepala sekolah.

"Jadi lo murid baru?" Ucap Davino memulai percakapan.

Peduli apa gue? Kok nanya gitu ke dia.

"Iya."

"Kenapa pindah?"

"Kepo banget sih."

Nyolot banget ini cewek.

"Tadi lo ngikutin gue ya?" Ucap Davino mengalihkan pembicaraan.

"Iya."

"Ngapain?"

"Abisan gue cari di depan ngga ada orang. Gue bingung harus nanya ruang KepSek ke siapa. Eh ada lo."

"Emang guru piket ngga ada?"

"Engga ada. Sepi banget."

Davino langsung tersenyum bahagia. Biasanya, kalau keadaan meja piket sepi tanpa guru akan ada rapat guru besar-besaran. Maka dari itu, meja piket sepi karna guru piket sibuk mempersiapkan rapat.

"Eh malah bengong, dimana ruang KepSek-nya woy!"

Davino tersadar dari lamunan ekspetasinya akan rapat guru.

"Eh iya, itu tuh pintu coklat besar itu ruang Kepala Sekolahnya. Udah kan? Gue tinggal ya." Davino hendak pergi tapi tangannya ditahan oleh Audrey.

"Makasih yaa...." Audrey menggantung ucapannya sambil mencari-cari name tag Davino.

Davino yang menyadari itupun langsung menyebutkan namanya.

"Davino. Panggil aja Davino."

"Ok. Makasih ya Davino."

"Iya. Sama-sama."

**

Davino sedang duduk di kantin bersama Angga, Randy, dan Ferdi. Teman seperjuangannya.

Mereka memang selalu ber-empat. Kemanapun Davino pergi, mereka selalu mengikutinya. Kecuali, saat Davino dihukum guru karna terlambat dan saat Davino clubbing. Lagipula, diantara mereka tidak ada yang tau bahwa Davino sering ke tempat itu.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang