1. Nightmare

92.5K 6.6K 189
                                    

"Antar aku sekolah!"

Aku melirik sekilas lalu mengalihkan pandanganku, "budeg ya! antar aku sekolah." Aku memutar bola mataku jengah mendengar umpatan bocah tengil ini.

"Tidak bisa." Jawabku cepat dan melangkah, "tunggu!" dengan cepat pula dia menarik tas ransel yang kupakai, hampir saja aku terjungkal. "Apaan sih," menarik kembali ranselku yang berada digenggamannya dan membetulkan posisinya dibalik punggungku.

"Ouh. Jadi beneran nggak mau! gimana ya kalau sampe Mama sama Papa tau," aku meliriknya tajam, senjatanya memang selalu ampuh. "Motorku lagi dalam proses perbaikan nggak bisa bawa boncengan." Haha bagus Abi alasan yang brilian.

"Nggak mungkin rusak lah, aku kan nggak berat lagian sekolah aku juga deket."

"Ck... nggak berat sih, tapi sepeda yang baru dibelikan Papamu langsung bocor bannya karena kamu yang naik." Mukanya mulai merah padam. Manusia buntal begini dibilang nggak berat, beras 100 kilo aja kalah.

"Aku nggak mau tau kamu harus antar aku kesekolah, atau aku nangis sekencengnya biar orang-orang pada datang." Teriaknya sembari berkacak pinggang.

"Nangis aja sana." Aku berbalik.

Sedetik kemudian. "Hua...Huahua..." gila nih anak. Aku berlari dan membekap mulutnya. "Iya aku anter, buruan makanya. Aww..." sial tanganku digigit.

"Dari tadi kek,"ucapnya santai, aku hanya bisa melongo melihatnya yang sudah berjalan mendahuluiku.

Selalu menjadi hal terburuk dalam hidupku kalau sudah berurusan dengan setan cilik ini. "Ih... lepas," aku melepas kasar tangannya yang melingkar pinggangku sesaat setelah sampai didepan sekolahnya, "udah sampe tuh."

"Makasih ya Om Abi." Ucapnya mesam-mesem.

"Aku bukan Om-Om. Udah sana." Ujarku ketus.

Aku melanjutkan perjalananku ke kampus. Ku parkirkan motorku ditempat parkir, melepas helm lalu berjalan menuju kelasku.

Ini ada yang aneh, aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Fix ada yang aneh. Semua terlihat memandangku sembari berbisik-bisik.

"Woy... uda gila lo ya Bi," aku mengerutkan keningku. "Apaan sih nggak ada angin nggak ada ujan bilangin orang gila."

Frans teman satu jurusanku mengambil sesuatu yang ada dibalik punggungku.

"Nih."

PRIA KESEPIAN! BUTUH TEMAN BUAT MALAM MINGGU :*

"Litaaaaaaaaa..." teriakku sambil meremat kertas laknat itu.

--

"Hahhh..." Abi terbangun dari mimpinya di siang bolong. Matanya memendar ke sekeliling ruangan. Peluh membasahi keningnya, dahinya mengerut dia tertidur di sofa di siang hari pula. Tak biasanya dia begini. Ini karena permintaan Wahyu tempo hari yang terus mengusiknya.

Abi bangkit dari sofa berjalan gontai ke arah pantry, ia mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas dan meneguknya hingga habis tak bersisa.

"Tak akan kubiarkan setan cilik itu merusak hariku lagi," krakkk tangannya meremat botol air mineral hingga tak berbentuk. Abi menyenderkan tubuhnya di meja pantry , menaikkan sebelah alisnya seraya berfikir.

Otaknya terus berfikir bagaimana caranya menolak permintaan Wahyu dan selalu saja berakhir dengan jalan buntu. Sifat Abi memang pada dasarnya tidak tegaan, dia juga sangat menghormati Papa dan Mama Wahyu. Tetapi memikirkan lagi bagaimana dia akan menjalani sisa hidupnya dengan Lita membuatnya bergidik ngeri.

Strange Marriage [TERBIT]Where stories live. Discover now