03. Jangan Menghalanginya Dalam Melakukan Sesuatu...

3.5K 303 15
                                    

...karena ia tidak akan segan-segan untuk menyingkirkanmu. [Yandere!Hiyama Kiyoteru]

=•=•=•=

“Kiyoteruuuu!~”

Nama tersebut terlontar keluar dari mulutmu selagi kau berlari ke arah seorang laki-laki dengan rambut cokelat gelap. Laki-laki tersebut, yang tidak lain adalah Kiyoteru tersenyum, melambaikan tangannya dari kejauhan selagi menunggumu untuk mendekat.

“Hah~ Kau sudah lama menunggu?” Kau bertanya, merasa tidak enak karena telah membuatnya menunggumu. “Tidak, aku juga baru keluar,” Ia menjawab dengan nada datar, sebelum mengarahkan pandangannya kepada sebuah kotak kecil yang berada di genggamanmu. “Apa itu?” Kiyoteru bertanya, menunjuk ke arah kotak yang kau genggam.

“Ah, ini... Hadiah dari Rinto-kun, katanya ini hadiah untuk valentine. Dia ternyata orang yang cukup baik, ahaha.” Aku mengeluarkan tawaan paksa, seraya menggaruk-garuk bagian belakang kepalamu yang sebenarnya tidak gatal. “Rinto... Kagamine Rinto, murid mesum dari kelas sebelah?” Kiyoteru bertanya, mengangkat sebelah alisnya.

Kau terkekeh pelan ketika mendengar Kiyoteru menyebut Rinto sebagai ‘murid mesum’. “Iya, benar. Tapi ia sangat baik kepadaku, lho.” Kau mengungkapkan, memasang sebuah senyuman tipis di wajahmu. “Oh, begitu,” Kiyoteru merespon dengan singkat, dengan nada yang terdengar kesal. “Kau kenapa?” Kau bertanya kepadanya dengan perasaan khawatir.

“Tidak, aku benar-benar tidak apa-apa.” Kembali, sang pemuda di hadapanmu menjawab dengan singkat. “...Ya sudahlah.”


----


Kau datang ke sekolah lebih awal hari ini; karena Rinto yang berkata bahwa ia perlu membicarakan sesuatu denganmu di taman belakang sekolah. Jadi kau datang, namun tidak sama sekali melihat tanda-tanda bahwa ia akan datang. Tapi kau tetap menunggu di sana.

Beberapa puluh menit pun berlalu, dan Rinto belum juga menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Kau bertanya-tanya apakah sebenarnya ia memintamu ke sini hanya untuk menjahilimu atau apa. Jadi kau pun bangkit dari bangku taman yang tadi kau duduki selama berada di taman, berjalan menjauh menuju kelas.

Namun langkahan kakimu terhenti tatkala mendengar sebuah suara—suara teriakan. Suara Rinto? Mungkin saja. Penasaran, kau berjalan mendekati asal suara; yakni gudang sekolah. Pintunya terbuka sedikit, jadi kau pun memutuskan untuk mengintip melalui sela-sela pintu tua tersebut.

“Kenapa kau terus saja mendekati [y/n]? Padahal aku sudah memperingatkanmu berkali-kali sebelumnya untuk jangan mendekatinya lagi, bukan?”

Kau mencoba mempertajam pendengaran, tatkala mendengar suara bariton menyebut namamu. Suara—suara yang entah mengapa terdengar sangat familier di telingamu. Mungkinkah itu suara Kiyoteru—?

Ya, tidak salah lagi. Kau melihat sosoknya yang memegang sebuah pisau di tangan kanannya; dan sebuah pistol di tangan kirinya; dengan sosok Rinto yang entah mengapa sedang di ikat, dan berdarah-darah. Mungkinkah ia...?

Kenapa ini semua terjadi? Kau tidak mengerti. Ada apa dengan Kiyoteru? Kenapa ia tampak begitu berbeda? Sangat sangat berbeda; kau bahkan nyaris tidak mengenalinya. Inikah Kiyoteru yang sekarang?

“A-Aku hanya memberinya hadiah; tidak lebih dari sekedar hadiah. Aku tidak berniat sama sekali untuk merusak hubungan kalian, atau apa pun!”

Rinto membentak, memberontak; mencoba melepaskan tali yang melingkar di kedua pergelangan tangannya; namun tidak bisa. Kau dapat melihat Kiyoteru meringis kemudian.

“Berani membentakku? Sepertinya kau memang benar-benar ingin mati, ya?”

Tanyanya, sebelum mulai tertawa; tertawa dengan sadisnya, sebelum berhenti dan kembali menatap Rinto dengan tajam.

“Baiklah, kuturuti permintaanmu. Sekarang jawab; kau ingin mati dengan ini--?” Kiyoteru mengangkat tangan kirinya yang memegang pistol, “--atau ini?” Ia pun mengangkat tangan kanannya yang memegang pisau.

Rinto tidak menjawab. Ia hanya terdiam, menatap ke bawah; mengalihkan pandangannya dari sang psikopat gila tersebut.

“Oh? Tidak bisa memilih, ya? Kalau begitu, biar aku yang memilihkan untukmu saja~”

Kiyoteru berujar, mengangkat pistol yang ia genggam menggunakan tangan kirinya.

“HENTIKAN!!”

Kau berteriak; sudah tidak tahan dengan semua ini. Namun tepat saat kata tersebut keluar dari mulutmu; Kiyoteru telah terlanjur menembaknya—menghasilkan suara yang keras, membuatmu mematung.

Bagaimana ini? Kau sudah terlanjur berteriak; tepat saat Rinto mati di detik yang sama. Kau akan tertangkap. Kau melangkahkan kakimu ke belakang satu langkah.

Dan ketika kau hendak melarikan diri, Kiyoteru telah terlebih dahulu menarik tanganmu, menarik ke dalam; lalu mengunci pintu. Mengulas sebuah senyuman polos; layaknya tidak pernah melakukan apa-apa.

“[y/n]-chan, kau melihat semuanya?” Ia bertanya tanpa basa-basi, menatap lurus ke arah manik [e/c]mu. “Y-Ya,” Kau menjawab dengan suara yang bergemetar. “Sekarang lepaskan aku, kau psikopat gila!” Kau berteriak, mencoba melepaskan genggaman tangan Kiyoteru yang tambah mengencang.

“Kenapa aku harus melakukannya? Agar kau bisa melaporkanku pada polisi dan para guru?” Kiyoteru bertanya; nadanya menyiratkan amarah yang telah ia pendam, “Kalau begitu; kupikir lebih baik kau mengikuti nasib Rinto saja. Tidakkah kau setuju?” Kiyoteru mengangkat sebelah alis, tertawa layaknya seorang maniak.

Kau terdiam membisu, dengan badan yang mulai bergemetar. Kau mencoba memberontak, melepaskan diri dari genggamannya untuk kesekian kalinya; namun gagal.

Kiyoteru tersenyum, mengangkat pisaunya ke dadamu-- “Bye-bye, [y/n]-chan~”

“AAAAAAAHH!!”

--dan semuanya pun menjadi gelap setelah itu.


END—
771 kata.

eeh... udah lama saya ga update book ini ya--

--jadi saya sebenernya udah pernah nulis chap ini di draft, tapi Wattpad dengan kejamnya menghapus draftnya.

Wattpad, yang kamu lakukan ke saya itu jahat. /korbanAADC /slap

See ya!

30 Hal Yang Tak Boleh Kau Lakukan Di Sekitar Seorang YandereWhere stories live. Discover now