5. Maafin Aku Liam

Mulai dari awal
                                    

"Apa nya yang gawat?!" Tanya William tak sabaran.

"Nathan! Nathan masih di gedung olahraga."

"Biarin aja dia disitu, liat dia mau mengakui kesalahannya atau enggak!" Kata Shella ketus.

"Dia gak-" Ucapan Tania terputus saat Feli memelototinya.

"Nathan! Nathan pingsan." Ucap Tania histeris.

William langsung berlari menuju gedung olahraga dengan tergesah-gesah.

"Biarin aja, kenapa kamu kasih tau William." Bentak Feli.

"Gimana mau dibiarkan, Nathan bisa mati disitu kalau kau melihat keadaannya. Semua itu gara-gara kau!" Jawab Tania tak kalah keras.

William masuk sambil menggendong Nathan, lalu menidurkan Nathan kekasur yang masih kosong. Setelah menidurkan Nathan, William melangkahkan kakinya keluar Uks untuk mencari dokter UKS.

Tak lama kemudian William kembali bersama sang dokter sambil berjalan tergesah-gesah.

Sang dokter memeriksa denyut nadi, lalu memegang kening Nathan.

"William, kamu kan teman dekatnya Nathan. Apakah akhir-akhir ini kamu melihat tingkah anehnya?" Tanya sang dokter saat sudah memeriksa Nathan.

William menyeritkan alisnya bingung. "Enggak, akhir-akhir ini kami agak menjauh."

Dokter menepuk pundak William. "Sebagai teman yang paling dekat dengannya, Bisakah kamu pantau kesehatannya. Sepertinya akhir-akhir ini dia makan dengan tidak teratur, dan banyak pikiran. Sehingga membuatnya fisik nya menjadi lemah."

"Ya, aku usahain pantau dia dok."

Setelah dokter keluar ruang UKS, Shella menghampiri William yang sedang menatap Nathan yang sedang tertidur dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Will, kamu masih mau deket-deket sama dia? Kamu udah lupa sama apa yang tadi dia perbuat? Dia tadi hampir melecehkan Feli, dan kamu masih mau deket sama dia!?" Kata Shella dengan nada marah.

"Mau bagaimanapun dia sahabatku, enggak ada yang bisa ngertiin dia selain aku." Jawab William.

"Karena sifat kamu itulah dia jadi melekat sama kamu. Dia itu egois, seharusnya dia bisa mengerti sama hubungan kamu sama Feli. Apa kamu mau ngecewain Feli?"

Hati William menimbang-nimbang ucapan Shella, separuh dari kata hatinya mengatakan bahwa ia tidak boleh meninggalkan Nathan sendiri, Tapi separuh kata hatinya lagi mengingatkan apa yang baru saja sudah Nathan hampir lakukan kepada Feli, Karena Feli membutuhkan perlindungan yang lebih.

Akhirnya dengan berat hati, ia pun mendengarkan kata hatinya yang ke2, yaitu akan selalu bersama dengan Feli dan akan menjauhi Nathan.

"Enggak, aku gak bakalan ngecewain Feli." Jawab Nathan dengan tegas.

William menghampiri Feli yang sedang duduk berdekatan dengan kasur Nathan, lalu ia menggenggam tangan Feli mengajaknya keluar Ruang Uks.

"Hahaha, kamu enggak bakalan bisa ngalahin aku Nathan." Batin Feli.

-Nathan POV-

Aku menggeliatkan badanku pelan, kukerjapkan mataku perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mataku. Kuedarkan pandangan ku keseliling, oh ternyata Uks!

"Hiks,hiks." Hatiku berdenyut sakit saat sekelebat bayangan tadi, saat dimana Liam memukulku, meneriakiku, dan memakiku.

Sakit, hatiku sakit bagaikan ditikam oleh beribu ribu pisau. Kalau bisa aku memilih untu tidak hidup saja. Pintu ruang UKS terbuka, aku tak mempedulikan siapakah yang masuk, Aku hanya ingin menangisi diriku sendiri.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang merengkuhku dengan erat, pelukkan ini seperti pelukkan seorang ibu.

"Ma-mama hiks." Aku memeluk mama dengan erat saat aku melihat siapakah yang memelukku dengan erat.

"Ma sa-sakit ma Nathan sakit hiks." Ucapku sambil memegang bajuku tepat dibagian dadaku dengan erat.

"Shhht, Sakitnya tidak akan lama kok. Mama tau perasaan kamu." Sanny mengelus punggung Nathan untuk menenangkan Nathan.

Cukup lama Nathan memeluk Sanny dengan erat, seolah-olah takut saat ia melepasnya ia tidak tahu kemana lagi ia akan bersandar.

"Ma." Panggil Nathan parau.

"Hmm? Kenapa Nat?" Tanya Sanny masih mengelus punggung Nathan.

"Mama kok bisa disini?"

"Mama tadi ditelepon sama Kepsek katanya kamu sakit."

Nathan tersenyum miris, bahkan William saja tidak mau lagi menghubungi mamanya, biasanya bila dia sakit William lah yang selalu memberitahu Sanny.

"Sudah yuk, kita pulang. Nanti kamu bisa langsung istirahat." Sanny mengusap peluh dan air mata disekitar pipi Nathan.

Nathan mengangguk dengan lemah.

Sanny menggenggam tangan Nathan, Nathan langsung menggenggam tangan mamanya dengan erat, takut untuk kehilangan lagi.

"Kan udah mama bilang tadi, kalau lagi sakit jangan sekolah." Kata Sanny saat merasakan hangat tangan Nathan digenggamannya.

"Hmm."

Sandaran satu-satu nya bagi nya saat ini adalah hanya mamanya seorang, Setiap hari ia akan menceritakan apa yang ia lakukan dengan William, tapi akhir-akhir ini Nathan slalu tidak menghabiskan makanannya dan tidak bercerita lagi. Sanny sudah mengetahui bahwa Nathan dan William pasti mempunyai masalah. Dan hal yang terbesar yang Nathan selalu sembunyikan dari William sanny pun mengetahuinya.

Perasaan bahwa Nathan mencintai William

-Tbc-

A/n : Hai balik lagi sama Kyuu di Last Wish Chap 5

Hehe cepet kan updetnya(?)

Please Vote untuk kelangsungan cerita ini.

Sankyuu

Next Updet : Don't Leave Me Alone

Rabu,18 Mei 2016


Last Wish [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang