"aku tidak akan menyakitinya" ini keputusan final ku dan demi tuhan jika ia terus mengatakan hal bodoh yang akan mempersulit posisi Katelyn, aku akan menghabisinya

"Luke..."

"kenapa tidak kau saja yang mengencani  gadis itu lalu katakan pada public bahwa kau yang memenangkan drama management ini!"

"seandainya aku bisa. Tapi kenyataanya mereka menginginkanmu, bukan aku"

"katakan pada Jhon aku tak akan bernegosiasi. Aku berhak mendapatkan privasi liburanku, oke? Berhenti menelponku hanya untuk membicarakan ini"

"wow, tunggu dulu! Jika kau menutup telponnya aku bersumpah akan menghajarmu, bung"

"kau pikir aku takut?"

"Luke..."

Aku mentup sambungannya, lalu dengan geram membuang ponselku ke lantai. Benda keras itu membentur meja dan terhempas hingga menimbulkan suara keras. Butuh waktu yang lama bagiku untuk mengendalikan urat urat kemarahan yang nyaris keluar dengan meledak ledak ini. Pikiranku terus berpacu pada semua kata kata yang Jhon katakan untuk membujukku beberapa waktu terakhir ini. Membuat ku benar benar ingin menghajarnya sekarang juga.

Sejak awal aku tak pernah menyukai cara kerja management di band itu. Kuasa penuh yang mereka pegang membuat kami benar benar seperti boneka.Setelah apa yang mereka lakukan dengan Ashton, aku tak akan bertindak bodoh dan ikut ikutan menjadi bintang drama mereka. Itu sangat konyol dan menjijikan.

Membenamkan wajah pada kedua tangan, Kubiarkan hembusan napas ku yang berat keluar dengan perlahan lahan. Aku tak akan membiarkan pikiranku terpengaruh dan membuang buang waktu untuk hal seperti ini. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjadi seseorang yang gila karena tekanan. Aku harus membuang jauh jauh emosi ku dan mengendalikannya dengan baik.

Menghitung sampai lima, aku mendongak dan memandang sekitarku dengan lebih tenang

Pertama aku menyadari bahwa matahari diluar sudah cukup terang hingga kilatan cahaya yang masuk lewat celah jendela menyilaukan mataku. Meski berembun, namun suhu disini tidak sedingin malam hari. Lalu aku menoleh kearah Jam di meja rias, melihat jarum panjangnya menunjukan pukul 9 pagi, dan aku baru menyadari bahwa sejak tadi aku berada dikamar sendirian tanpa tahu kemana Katelyn pergi.

Pagi pagi sekali mungkin ia telah pergi kedapur untuk membantu Anne memasak. Aku akan turun untuk menemuinya.

Memakai kaos tebalku, aku berjalan turun melewati tangga dan mendengar suara suara berisik dari arah dapur. Anne tengah mengocok adonan tepung diatas mesin kuenya, membiarkan beberapa bahan berserakan di meja konter. Saat melihatku datang, ia tersenyum lembut dan menghentikan aktifitasnya untuk mengambil sesuatu di di lemari pendingin

"kau sudah bangun?"

Aku mengangguk sekali "dimana katelyn?"

"oh, aku memintanya pergi dari dapur karena aku tidak ingin ia terus membantuku. Sejak pagi tadi ia terus sibuk menyelesaikan pekerjaan rumah, padahal aku tahu ia sangat kelelahan.."

"baiklah, aku akan melihatnya"

"mau kubuatkan teh untukmu?"

"tidak perlu, Anne. Aku akan membuatnya sendiri jika menginginkannya"

Ia tersenyum "baiklah"

Melangkah pergi, aku menemukan ruang tengah begitu sunyi. Tak ada siapapun disana, jadi aku berjalan keluar berharap menemukan Katelyn disana.

Udara diluar cukup hangat meskipun halaman yang tertutup oleh salju itu belum juga mencair. Mataku menyapu sekeliling dan menemukan seseorang disebrang jalan tengah melakukan sesautu dengan benda beku itu. Aku langsung menyadarinya dengan cepat siapa dia dan menghampirinya tanpa pikir panjang.

STAY.Where stories live. Discover now