11. she mad

5.4K 275 0
                                    

Mataku terbuka lebar begitu melihat Annin duduk di depanku, dia menatapku tajam seolah siap mencerca diriku. Aku menelan ludah, apa ini ada hubungannya soal Yui?

"Kau benar kekasihnya Yuihan?" aku terdiam, sejujurnya tidak. Tapi,

"Jadi itu hanya kebohongan saja ya" sambungnya lalu menyenderkan tubuhnya ke kursi, ia tersenyum sinis dan mulai menunjukku dengan jarinya.

"Aku ingatkan dirimu, Shimazaki Haruka-san. Jangan pernah kau dekati Yuihan ku," aku terdiam. "Karena sampai kapanpun, Yuihan akan terus jatuh cinta dan mencintaiku,"

"Kau hanya pelariannya,"

Degh

Aku menunduk. Sialan, Annin ini.. ku pikir dia anak baik-baik, tapi..? Aku menggeram, mataku menatap meja dibawah. Ku rasakan Yuria hanya bisa menatapku dengan tatapan datar dan Annin, ku rasakan dia hanya tersenyum penuh kemenangan.

"Kau ingat itu, Shimazaki" sambungnya, lagi. "Jauhi dia atau terima akibatnya,"

"Ayo, kita tinggali dia" perintahnya pada Yuria lalu meninggalkan aku dahulu. Yuria menoleh kearahku yang masih menunduk lalu menghela nafas, "maafkan aku.." iapun bangkit dan pergi.

Dan aku.. hanya terdiam seribu bahasa tanpa bisa bergerak sedikitpun. Bagaimanapun, Annin membuatku sadar tentang siapa aku sebenarnya. yui, ya, yui.. dia pernah berkata bahwa dia sangat mencintai Annin, ya kan? Dan Annin berkata benar,

semua perlakuannya,

Semua perkataannya,

Semua sensasi yang ia berikan,

Hanyalah karena ia kesepian, ia butuh pelarian, dan dia menemukannya. Aku. Aku pelariannya.

--

"Tadaima" ucapku dengan lesu. Rasanya kepalaku sakit memikirkan semua itu. Rena menoleh dari dapur, ia sedang memasak rupanya.

"Okaeri!" ia menatapku, "kenapa wajahmu tertekuk seperti itu, Paru?"

Aku mendesah lalu naik ke lantai atas, mendiamkan Rena. Rena mendongak, ia heran. Tidak biasanya aku mendiamkannya seperti ini, biasanya akan ku jawab walau sekedar "bukan urusanmu" atau yang lain.

ku lempar tasku ke kasur lalu membaringkan tubuhku, mataku memandang langit-langit kamar dengan nanar. Aku menghela nafas,

Ponselku berbunyi, itu dari Yui. Dengan pasrah ku lepaskan ponselku hingga jatuh tepat disebelahku. masih berdering dan ku rasa Yui mungkin tidak akan bosan terus memanggilku.

aku menintikkan air mataku, entah kenapa dadaku terasa sakit kalau mengingat perkataan Annin padaku, saat dia mengatakan aku hanyalah pelarian Yui. Aku sedih, aku gelisah. Bagaimana kalau itu benar?

Yui menembakku dan mendesakku untuk menerima dirinya menjadi kekasihnya. Ia menciumku, membuat aku kecanduan akan semua perbuatannya. Dan aku jatuh, jatuh ke pelukkannya.

--

"Kenapa dia tidak menjawabnya?" Tanya Yui resah. Ia menggertakkan giginya kesal dengan semua misscall yang ia buat sedari tadi. Matanya memandang layar ponselnya.

Dari belakang, Annin memeluk pundak Yui hingga Yui terkejut dan menepis tubuh Annin darinya. "Iriyama?"

"Yuihan" panggil Annin dengan sedikit desahaan manja.

"Kenapa kau ada di kantorku?" Yui mengeritkan dahinya. Dadanya berdetak kencang, keringat dingin membasahi wajahnya. Ia tidak bisa menguasai dirinya di depan Annin.

annin duduk di meja kerjanya, ia makin cantik dan seksi dibanding dulu saat terakhir mereka bertemu. Mata Annin seperti membekukan Yui di tempatnya,

"Memangnya aku tidak boleh... datang ke tempat kerjamu?" ia mengitari gelas Yui dengan jarinya, "kau memangnya tidak merindukan diriku?"

Yui menelan ludahnya berusaha untuk mengendalikan dirinya walau hasratnya mulai meledak dari hatinya. Annin mendekatinya, memeluk pinggang wanita itu dan menempelkan kepalanya di dada Yui.

"Aku sangat merindukanmu, Yui"

Yui bergemetar,

"Aku menyesal telah membuatmu pergi dariku, aku sangat menyesal"

Yui menutup matanya, terbesit sejenak aku di pikirannya. "Maafkan aku, Annin" ia melepaskan peluk Annin darinya, "aku mempunyai kekasih"

"Siapa? Haruka itu kah?" Yui memandang Annin yang terkekeh sinis, " aku tahu kau hanya menipuku dengan mengatakan bahwa dia pacarmu,"

Yui membuka matanya lebar dan Annin sepertinya menang dalam hal ini, ia menarik rompi kerja Yui hingga Yui mendekat padanya. Yui menghirup bau mulut Stowberry milik Annin dan itu membuatnya hampir lepas kontrol.

"Annin, lepaskan" Yui mendesah pelan lalu menatap tajam Annin, "ini kantorku,"

"Lalu?"

"Bukannya kita masih bisa ...." Annin menghentikan perkataannya, ia mendekatkan wajahnya lebih lagi. "do it to me, babe"

--

aku tertidur, tertidur cukup lelap. Air mataku mengering di mataku. Aku mengerjap, menatap ponselku yang sudah lowbatt. Aku memutar badanku, mendongak ke meja dimana ada jam disana.

Pukul 8 malam, selama itukah aku tertidur? Aku bangkit lalu turun ke bawah bertemu Rena. Ia duduk di kursi menonton televisi, aku menghampirinya, melesat kencang di sampingnya.

"Sialan, kau mengejutkanku!" aku menutup mataku masih mendiaminya. "Ada apa sih? Tumben diam begini!"

Aku mendesah, "bukan urusanmu"

"Hih" dia bergidik, "Yui lagi ya?"

Aku mendecak kesal, "kau..!". Aku mengerjap lagi, "sudahlah. Lupakan."

Rena menggeleng dan melanjutkan acaranya. Ia sadar bahwa aku mungkin dalam kondisi yang tidak dapat di ganggu saat ini. ia menuju dapur lalu kembali dengan cemilan, "nih,"

aku mendesah. "Aku tahu kamu sedang tidak mood maka daripada itu, aku membawakan camilan kesukaanmu"

ku tatap bagaimana Rena tersenyum padaku, aku tersenyum lagi. "Terima kasih"

--

My private class: 11
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang