Fisika! (I)

83 7 0
                                    

Dengan kepalanya yang nyaris pecah dan otaknya yang mulai korslet, dia tetap memaksakan diri. Membuat coretan-coretan gak jelas di lembaran kertas bergarisnya. Bukan coretan ala da Vinci ataupun Picasso, coretannya ini gak berkelas sama sekali. Gak berseni. Ratusan simbol, angka, dan coret-coretan gak jelasnya berserakan di setia sudut buku bergarisnya. Dia benar-benar depresi (dan menuju setengah gila) karena mengerjakan PR Fisika, mata pelajaran yang dibencinya seantero jagad.

Dari 5 soal yang diberikan gurunya, gak ada satupun yang berhasil di selesaikannya. Ya ampun, padahal 2 jam telah berlalu. Pertanyaannya pasti gampang bagi seorang Enstein, bahkan dengan menutup mata sekalipun. Pertanyaannya (hanya) seperti ini:

Suatu pengantar yang panjangnya 3,5 m, ujung-ujungnya memiliki beda potensial 6 volt, ternyata arusnya 8 A. Jika luas penampang kawat itu 6mm x 10² mm², maka besar hambatan dan hambat jenis kawat itu adalah...

note: buat pembaca yang pinter Fisika, pasti tau deh, jawabannya! XD

Tangannya mulai mencakar-cakar meja belajarnya dengan nada yang jelas kesal. Gigi-giginya saling bertumbukan, bulir keringat main rajin membasahi dahinya. Tubuhnya bergetar menggeram. Kepalanya sebentar lagi akan meledak. Namun orang ini tetap memaksakan diri tak mau menyerah.

Di seolah, dia terkenal dingin pendiam, dan tanpa ekspresi. Kenangan pahit sebagai "pembunuh" membuatnya dijauhi dan di-bully di kelas. Namanya Nami, Nami Lavishka.

Dengan berton-ton rasa benci dan dendam, dia tetap 'asyik' mengerjakan soal tersebut. Berusaha keras memangkas raca bencinya. Mari kita lihat, apakah cara yang dia lakukan ini akan berhasil?. Apa orang ini bakalan bisa menepis hal yang dikatakannya bahwa Fisika itu menyiksa?. Ternyata gak sama sekali!.

"Arrrgghh" otaknya tambah tegang kali ini. Bukan jawaban yang dia dapat, namun rasa bencinya yang makin menjadi-jadi.

"Percuma dipaksain juga, gak ada hasilnya. NOl BESAR!. Gue memang ditakdirkan payah di pelajaran Fisikaaaa!"

Dia menutup bukunya dengan tenaga kuda. Kemudian membnting badannya sendiri ke kasur dengan keras.

Kenapa sih, di dunia ini ada Fisika?. Kenapa selalu Fisika sih?. Mau sampe kapan Fisika nyiksa gue?.
Tungkai tangannya meninju beton yang ada di sampingnya dengan keras.

Tunggu, apa dia bilang tadi?. Fisika telah menyiksanya?. Kenapa dia bilang begitu?. Apa Fisika segitu menyiksa kehidupannya?.

Wahaha!. Alhamdulillah, setelah dirombak part 2 jadi juga. Hehehe. Sengaja di buat ngambang, supaya pembaca penasaran sama ceritanya! XD
Tunggu kelanjutan ceritanya ya, jangan lupa follow, vote, and vomment-nya! ^^~

Next Part: Fisika! (II)

Wreackonfix [VERY SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now