Shut Up You All!!! Shin is Mine

37 0 0
                                    

Shin melangkah memasuki gerbang sekolahnya, sambil menenteng tasnya. Hari ini dia bermaksud kembali tinggal di asrama setelah pulang ke rumahnya selama seminggu, sehingga tasnya sedikit lebih berat dan besar dari biasanya karena berisi pakaian dan buku-buku pelajarannya.

Shin menunduk menatap jalanan yang berupa paving berwarna merah bata. Dia menghindari mata dari murid-murid lain yang berbaris di tepi jalan masuk yang terus menatapnya sejak dia memasuki gerbang sekolah. Sebagai vokalis dari band yang sudah cukup terkenal dan memiliki wajah yang tampan serta tubuh yang atletis, tidak heran jika Shin mempunyai beberapa penggemar. Tapi Shin merasa kurang nyaman dengan itu semua. Akan lebih baik jika mereka langsung saja menegur Shin tanpa harus memandanginya seperti penguntit.

Ohayou, Shin!”

Shin menoleh, seorang laki-laki bertubuh tinggi melambaikan tangannya sambil tersenyum menampakkan gigi kelinci yang nyaris sama dengan milik Shin dengan lembut.

Ohayou gozaimasu, Shou-senpai,” jawab Shin sambil tersenyum.

“Tidak perlu formal begitu terhadapku. Beda tingkat kita tidak terlalu jauh, jadi panggil aku Shou saja, ya!” laki-laki yang dipanggil Shin dengan sebutan Shou mengacak-acak rambut Shin sambil nyengir lebar. Membuat Shin merasa malu karena mereka sedang diperhatikan oleh orang banyak.

Namanya Shou. Dia dua tingkat lebih tinggi dari Shin. Karena itu Shin selalu memanggil Shou dengan embel-embel senpai meski Shou menolaknya. Dan Shou akan selalu meminta Shin menghilangkan kata “senpai” dari namanya seperti yang dilakukannya barusan setiap kali Shin memanggilnya Shou-senpai. Shou bilang agar terkesan lebih akrab.

Shou sudah mendekati Shin sejak beberapa bulan lalu ketika Shin melakukan debut bersama band barunya, ViViD. Sementara Shou, sudah debut jauh lebih lama dari Shin. Shin sendiri juga sudah lama memuja Alice Nine, band Shou, dan juga Shou sendiri. Karena itu dia senang ketika mengetahui Shou tertarik padanya. Tapi di lain sisi, berada di dekat Shou membuat Shin merasa kurang nyaman.

“Shou-senpai!” tiga orang anak perempuan berlari-lari ke arah Shin dan Shou, salah satunya membawa bungkusan kado besar.

“Ini untuk senpai,” kata anak yang di tengah sambil mengulurkan amplop surat yang dipenuhi motif hati kecil-kecil berwarna merah jambu.

Shin mengambil satu langkah menyerong, membiarkan tiga anak tadi mengerumuni Shou, lalu berjalan lurus ke depan meninggalkan Shou di belakang.

“Shin, mau kemana?” Shou mengangkat satu tangannya, melambai kepada Shin.

“Aku harus menaruh ini di kamarku,” Shin mengangkat tasnya, menunjukkannnya pada Shou. “Mata ne.”

Itulah alasan kenapa Shin tidak begitu suka berada di samping Shou, terutama ketika di tempat umum. Shou punya banyak penggemar yang akan dengan histeris mendatanginya sambil membawa kado, surat, papan tanda tangan atau spidol permanen agar Shou bisa membubuhkan tanda tangannya di tempat yang mereka inginkan. Maklumlah, Shou orang yang terkenal.

Maka Shin kembali melanjutkan langkahnya. Dia membenarkan posisi tas di pundaknya ketika menaiki undakan memasuki gedung sekolah kemudian menuju deretan loker yang menjadi satu dengan kotak sepatu. Shin mengambil kunci loker dari sakunya lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci kemudian memutarnya. Beberapa surat berjatuhan ke kaki Shin ketika dia membuka pintu lokernya. Shin berjongkok untuk memungut surat-surat yang berjatuhan.

“Dapat surat dari penggemar lagi, eh?”

Shin mendongak lalu berdiri. “Eh... iya,” katanya pada anak laki-laki dengan rambut dicat pirang. Dia berdiri menyandarkan punggungnya di sebelah loker Shin sambil menyilangkan lengannya. Anak itu beberapa senti lebih pendek dari Shin, dengan suara dan senyum yang selalu dipuja Shin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 27, 2013 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ONESHOT] Shut Up You All!!! Shin is MineWhere stories live. Discover now