Bagian XXXI: Selamat Tinggal

15.7K 2.2K 2.2K
                                    

Satu uber lain membawa kami pulang. Tanpa kata.

Aku berusaha untuk menyembunyikan tangis ku namun tentu saja aku tak bisa.

Kenapa?

Kenapa ia melakukan ini pada ku?

Hanya, kenapa?

Aku langsung berlari keluar ketika mobil yang mengantarkan kami ini tiba di depan rumah.

Berlari dan mengunci diri di dalam kamar ku.

Dalam situasi seperti ini, rasanya aku ingin sekali mengetuk pintu kamar Michael dan memeluknya. Aku membutuhkannya saat ini. Sangat membutuhkannya. Namun aku sadar aku tidak lagi bisa menumpah ruahkan segala cerita ku kepadanya kini.

Kenapa semua ini harus terjadi kepada ku?

Semua masalah ini.

Kenapa harus aku?

"Maaa, aku jadi pulang ya," kata ku di telefon sambil tak bisa berhenti menangis.

"Eh kamu kenapa??," mama bertanya kaget, "loh emang jadi kan?".

Aku meredakan tangis ku seketika karena mama tak boleh mengetahui hal ini tentunya. "Gapapa tadi teteh abis kejedot, sakit banget ma".

Hati aku kejedot mah.

Sakit.

"Yaudah lah kumaha kamu aja, ohiya kamu udah bilang sama mamanya Luke kalo kamu mau pulang?".

Ohiya.

Mampus.

Ah gatau ah bodo amat.

"Udah ko, kan aku emang bilang dulu sama mamanya sebelum aku kasih tau mama," kata ku berbohong.

Mama pun menutup telepon setelah sebelumnya bercerita tentang bi Ida yang seneng banget Beliebers menang Best Fan Army di I Heart Radio Award kemarin.

Sumpah udah gabetah banget.

Mau pulang aja.

Aku pun pada akhirnya memutuskan untuk kembali berkemas dan pulang saat itu juga.

Memesan satu Uber secara diam-diam, menggulingkan koper super besar ku lewat jendela kamar dan kabur dari Ashton, Luke, Calum dan Michael.

Sepertinya hubungan kami berlima memang ditakdirkan untuk jadi berantakan. Jadi, apa boleh buat, mungkin memang semuanya harus seperti ini.

Sudah pukul dua pagi. Sepertinya keputusan ku untuk pergi ke bandara masih terlihat wajar mengingat penerbangan ku ternyata ada di pukul tujuh pagi.

Entah apa yang akan ku lakukan di sana, yang terpenting adalah kini aku bisa keluar dari ladang masalah ku.

Aku menyeret koper ku secara kasar dengan penuh kesal. Aku masih ingin menangis, namun air mata ku mungkin sudah habis untuk saat ini.

Aku datang ke suatu pelayanan maskapai untuk menukarkan tiket ku. Dan setelah itu entah apa yang akan ku lakukan, mungkin hanya duduk menunggu sambil merenungi nasib.

Setelah mendapatkan tiket ku, aku lalu kembali menyeret koper ku kemana pun, aku sendiri tidak tahu.

"Are you still curious about why teddy bears never finished their dessert?," seseorang bertanya di belakang ku, dan hal itu membuat ku otomatis membalikkan badan karena aku tahu siapa orang itu. Michael.

Ia berdiri dengan bandana Minnie Mouse ku menyangkut di kepalanya, aksesoris yang ku beli sewaktu kami bermain di Disneyland. Aku lupa barang itu masih tertinggal pada Michael.

AUSTRALIANS 2 [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang