Extra Part: Mengikat Janji Suci

Начните с самого начала
                                    

Setelah beberapa menit mereka menunggu Claire keluar dari ruang ganti, pada akhirnya sang calon pengantin itu keluar dengan wajah yang berseri. Dia memakai gaun putih dengan gaya yang simpel dengan brokat diatasnya. Memang sedikit lebih terbuka di bagian lengan tapi setidaknya dari ketujuh contoh gaun yang ia coba, sepertinya yang ini lah yang cukup terkesan sopan.

"Iya! Kali ini aku pasti tidak salah nilai. Ini cocok untukmu!" seru Silvia dengan antusias. Sekarang gadis vampire itu menoleh ke arah Audrey dan memperlihatkan raut wajah percaya dirinya, "Kali ini aku benar kan, hm? Kamu tidak akan bisa menolak yang ini!"

Audrey sedari tadi tidak memberikan respon yang menonjol seperti Silvia. Tapi di saat Silvia mengatakan hal itu, Audrey langsung menyangkalnya, "Siapa yang bilang bahwa aku akan menolaknya?"

Mata Silvia mengikuti pergerakan Audrey yang mulai bangkit dari kursi dan menghampiri Claire. Saat Audrey berada tepat di depan sang calon pengantin, dia mengacungkan kedua jempolnya seraya tersenyum.

"Yang ini memang sempurna untukmu!"

Nona Beline akhirnya bisa mengusir perasaan gelisahnya. Bibirnya mengukir senyum karena merasa berhasil membuat contoh gaun yang dapat dipakai oleh calon pengantin dari pangeran klannya.

"Tinggal tambahkan kain untuk lengan gaunnya dan semuanya sempurna. Iya kan, Felisse?" lanjut Audrey yang sama antusiasnya dengan Silvia.

Dokter Felisse mengangguk, "Aku sangat setuju. Claire pun pasti begitu kan?"

"Tentu aku setuju. Aku juga setuju dengan ide tambahan dari Audrey. Nona Beline, gaun yang ini memang cocok untukku," ungkap Claire dengan senang.

"Kalau begitu, saya akan merancang gaunnya sesuai dengan keinginan anda. Terima kasih atas kepercayaan Nona dalam perancangan gaun - gaun pernikahan anda. Saya akan berusaha untuk merancang gaun - gaun anda dengan baik dan tidak mengecewakan anda," Nona Beline membungkukkan tubuhnya dengan hormat.

Claire tersenyum, "Ah, tidak. Seharusnya aku yang berterima kasih."


--------------------

"Yah kuakui, seleramu lebih baik dariku, Audrey," ucap Silvia mengakui.

Audrey mengedikkan pundaknya, "Tapi sepertinya Felisse lebih baik."

‎Seperdetik kemudian mereka bertiga larut dalam keheningan. Ketiganya saling melirik satu sama lain. Lalu akhirnya tawa ketiganya pecah. Silvia dan Audrey yang sedari tadi terlihat terus melempar argumen, sekarang saling merangkul dan melempar tawa. Tawa ketiganya berhenti ketika mereka pendengaran vampire mereka menangkap suara pintu di belakang mereka terbuka.

"Mama! Mama!" panggilan dari mulut kecil si balita Darvin membuat sang Ibu langsung bangkit dari kursi dan menyambutnya dengan senang.

"Jangan kencang - kencang larinya, nanti Darvin jatuh," ucap Silvia yang sudah menggendong puteranya. Anaknya, Darvin malah cemberut ketika Silvia sudah menggendongnya.

"Ada apa, Darvy?"

Tetap dengan raut wajah cemberutnya, Darvin Joseph pun berceloteh dengan nadanya yang lucu, "Mama lama. Darvin bosan sama Papa dan Amora."

"Ah, putera Mama rindu dengan Mama rupanya," kata Silvia seraya mencium pipi Darvin yang gembul itu. Setelah itu, Silvia melihat anak keduanya yang berada di gendongan sang Papa. Bayi berumur empat bulan itu sedang tertidur dengan pulas.

"Kamu berhasil membuat Amora tertidur, hm?"

"Tentu saja. Amora lebih dekat denganku daripada denganmu," ujar suaminya, Callesto dengan percaya diri.

Pure VampireМесто, где живут истории. Откройте их для себя