Part 10 - Kenapa Bisa?!

Start from the beginning
                                    

"Elo kenapa sih? Segitu nggak sukanya sama rencana gue," jawab Rei kesal. Dirinya bahkan sampai memutar tubuhnya agar dapat berhadapan dengan sang sahabat.

"Gue cuma kasian sama Fani. Just it."

"Karena dia sahabat dari pacar lo? C'mon, Ga. Gue nggak bakal apa-apain dia kok. Tu cewek cuma perlu ngikutin alur yang gue bikin."

"Oke. Oke. Terserah lo. Anggep aja kita nggak pernah ngomongin tentang ini," ucap Rega mengalah. Dia tahu kalau disinggung masalah itu, Rei pasti langsung seperti kaum ibunya. Sensitif. "Jadi gimana lo sama Dian?"

Rei langsung saja tersenyum lebar mendengar pertanyaan Rega. Dirinya bahkan lupa kalau tadi sempat kesal pada sahabatnya itu. "Oh, itu... tu cewek anaknya lumayan asik. Lo lihat sendiri kalo dia cantik. Polos banget lagi," jawabnya sambil terkekeh. "Lumayan lah buat dijadiin gandengan," lanjutnya.

"Gimana nggak cantik? Orang blasteran gitu," balas Rega sedikit sewot.

Heran sama sahabatnya ini, Dian itu cewek blasteran Indonesia-Pakistan-Jerman, jadi mana mungkin tidak cantik. Dia bukannya anti pada cewek blasteran, hanya saja dirinya lebih suka pada cewek yang memiliki wajah oriental.

"Lagian elo kapan sih mau tobat?"

Rei hanya terkekeh geli mendengar rentetan kalimat dari sahabatnya itu. Tobat? Dirinya sama sekali tidak berpikir untuk hal itu. Dia bahkan masih nyaman dengan kehidupannya yang sekarang.

Sahabatnya itu sih enak. Sudah bertemu dengan cewek yang berhasil membuatnya merasakan cinta setengah mati. Sedangkan dirinya? Cewek yang jalan bersamanya selama ini, hanya sekedar penghilang rasa bosan untuknya.

"Lo udah tahu kalo si Ezi lagi ngedeketin anak kedokteran? Katanya sih anak semester dua."

"Ezi anak kelas kita? Dia emang udah putus sama si Reta?" tanya Rei balik sambil tetap memainkan ponselnya.

"Udah lama kali. Lo mau tahu nggak siapa tu cewek?"

Pertanyaan itu hanya dibalas oleh gerakan kepala oleh Rei. Cowok itu seperti tidak begitu tertarik dengan percakapan yang diberikan oleh sahabatnya itu. Bingung juga karena tidak biasanya Rega mengurusi hubungan orang lain. Karena itu dia malah semakin sibuk dengan permainan di ponselnya.

"Fani. Tiffany Adelia," lanjut Rega tanpa peduli dengan reaksi sahabatnya.

Rei jelas sangat terkejut dengan nama yang diberikan oleh Rega. Tanpa sadar ponselnya sudah dia biarkan jatuh di atas meja. Tapi sesaat kemudian dirinya tersadar, "Yahh... mati deh. Hero guee," ucap Rei sedikit histeris saat melihat kembali permainan di ponselnya.

Sedangkan Rega melirik kesal melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Bentar. Siapa tadi lo bilang? Fani?" tanya Rei sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. "Fani yang itu?!" tanya cowok itu seperti memaksa.

"Iya. Lebih jelasnya Fani tunangan elo," jawab Rega dengan santai. Cowok itu tersenyum dalam hati. Sekarang pasti Rei yang akan banyak bicara karena rasa penasarannya. "Gue pikir elo udah tahu, soalnya kan hampir tiap hari mereka berangkat bareng."

"Berangkat bareng? Tiap hari?" tanya Rei dengan mimik wajah yang begitu kaget.

Berbanding terbalik dengan Rega yang sekarang sedang memainkan kembali ponselnya. Pertanyaan tadi pun hanya dibalasnya dengan anggukan kepala.

"Pantesan tu cewek nggak pernah mau gue ajak berangkat bareng," cicit Rei.

Dirinya bahkan teringat dengan syarat ketiga yang diberikan oleh cewek itu. Jadi, Ezi yang harus diijinkannya untuk dekat dengan cewek itu. Apa bedanya Ezi dengan dirinya? Mereka sama-sama brengsek dengan cara mereka masing-masing.

Lo, Tunangan Gue !!! [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now