Bab I || Don't Touch Me!

94.2K 1K 5
                                    

 ₪₪₪⓿₪₪₪

Shenna memperhatikan hujan deras di luar sana melalui cendela kamarnya. Gadis itu mengetukkam jari telunjuknya pada jendela sesekali menggambarkan sesuatu pada cendelanya yang berembun. 'Aku datang tidak ya?' batin gadis itu lalu menghela nafas kasar.

Ponselnya yang berada di meja belajar terus menerus berbunyi sejak tadi. Panggilan dari Siska, sahabat SMP-nya itu terus meneror dirinya untuk datang pada acara ulang tahun pacar baru Siska. Pamer sekaligus melepas rindu, itu tujuannya.

"Iya, halo?" ucap Shenna begitu akhirnya mengangkat telpon dai Siska.

"Shenna!" pekik gadis dari sebrang sana dengan kesel sekaligus lega yang membuat Shenna harus menjauhkan telinganya dari ponselnya.

"Siska, kamu jangan teriak-teriak dong!" protes Shenna sambil mengerucutkan bibirnya. Ia tahu, Siska tidak mungkin dapat melihatnya.

"Itukan salah lo! Kenapa gak ngangkat telpon gue dari tadi?" balas Siska cepat. Shenna dapat mendengar suara musik berdentum dari kejauhan. Acaranya sudah dimulai ya?

"Gue gak mau tau. Pokoknya gue harus liat batang hidung lo disini, malem ini!"

"Tapi, Sis, aku--"

"Gak ada tapi-tapian, honey! See you!"

Sambungan itu teputus secara sepihak membuat Shenna menatap sebal ponselnya. Ia tahu, Siska, temannya itu adalah teman yang baik walau sifat pemaksanya itu tidak dapat ditawar. Namun, sejak beranjak di Sekolah Menengah Akhir, gadis itu tampaknya terpengaruh dengan temen-teman barunya. Ia dapat melihat dari display picture sebuah aplikasi message milik Siska, gadis itu terlihat berubah menjadi liar. Itu yang membuatnya takut untuk datang memenuhi undangan pacar Siska.

"Tapi kalau aku gak datang, Siska marah. Lagiankan aku sudah pernah janji dulu kalau aku ke Jakarta ingin bertemu dengannya," gumam gadis itu.

Shenna dan Siska merupakan sahabat semasa mereka SMP di salah satu sekolah negeri di Jogjakarta. Namun, mereka berpisah karena orang tua Siska bercerai, dan gadis itu harus ikut dengan Papanya di Jakarta. Mungkin, alasan yang kedua gadis itu berubah juga karena perceraian kedua orang tuanya.

"Aku minta temenin Bram saja, deh," celetuk Shenna. Gadis itu segera menghubungi Bram yang sudah setahun ini menjadi teman baiknya di Jakarta.

"Bram, kamu ingat tidak dengan temenku Siska yang waktuku ceritakan kemarin?"

"..."

"Iya, aku ingin menghadiri undangannya," ucap gadis itu lalu terdiam sejenak. "tapi aku tidak berani sendirian," lanjutnya pelan.  Gadis itu menggigit bibirnya karena takut salah mengambil keputusan. 

Jika kalian semua bertanya mengapa Shenna tidak mengajak teman perempuannya saja, itu karena Shenna tidak memiliki teman. Hanya Bram yang selama setahun ini menjadi teman baiknya. Semua menjauhi Shenna karena sejak kepindahan gadis itu disalah satu sekolah di Jakarta, gadis itu sudah menjadi incaran playboy kelas kakap di sekolahnya. Rama. Alasan teman perempuannya menjauhinya tentu karena tidak terima dengan kedatangan Shenna yang langsung mendapat perhatian Rama. Iri. Ya, mereka iri. Hal ini membuat Shenna menjadi bahan bully-an selama beberapa minggu oleh Laras dan teman-temannya yang merupakan kumpulan mantan Rama bak nenek sihir. Kejam.

Karena hal itu, Shenna memutuskan untuk menolak Rama mentah-mentah dimuka umum saat pria itu menembaknya. Membuat seluruh siswa geger dengan kejadian itu. Rama yang tak terima dengan penolakan gadis itu pun memperingatkan agar seluruh siswa menjauhi Shenna. Namun tidak dengan Bram, pria itu selalu melindungi Shenna dari ulah jahil teman-temannya. Ramapun tidak dapat mengancam Bram karena pria itu adalah anak pemilik sekolahnya.

"..."

"Oke, baiklah," ucap Shenna mengakhir percakapannya dengan Bram. Gadis itu segera menuju lemarinya dan mencari pakaian yang pantas untuk menghadiri acara itu.

Acara itu memang diselenggarakan dirumah milik pacar Siska, jadi dia akan memakai dress hitamnya yang semi-formal dengan wedges setinggi lima centi berwarna senada dengan dressnya. Rambutnya terurai indah tanpa adanya aksesoris, gadis itu terlihat sangat cantik dengan make upnya yang begitu natural.

  ₪₪₪⓿₪₪₪  

 Rumah itu tampak sangat besar namun sangat seram diantara jajaran rumah yang lain dikomplek itu. Sepi, itu yang terlihat dari luar. Namun jika sudah memasuki pekarangan luas milik rumah itu yang kini diisi oleh berbagai mobil mewah, sudah dipastikan rumah itu kini sedang menampung banyak orang didalamnya. Ditambah lagi pantulan lampu yang berkedap-kedip yang terlihat dari luar. 

"Kamu yakin mau masuk?" tanya Bram cemas setelah  keluar dari mobil. Shenna mengangguk pelan sambil tersenyum. Saat gadis itu mulai melangkah, tangannya dicekal oleh Bram. "Fajar itu sepupuku. Aku kenal betul dengannya. Dia bukan orang baik-baik, Shen!" ucap Bram kesekian kalinya.

"Aku sudah memperkirakannya, Bram," ucap Shenna tenang. Gadis itu tersenyum simpul. "maka dari itu aku mengajakmu disini, kamu tetap mau temenin akukan? Aku hanya ingin bertemu sahabatku sebentar saja," rajuk Shenna.

Bram menghela napas pasrah. Lelaki itu segera menggenggam erat tangan Shenna. "Jangan lepasin tanganku, oke?"

Shennya tersenyum tanda terima kasih lalu mengangguk. Keduanya berjalan memasuki rumah mewah itu. Didepan pintu masuk terdapat dua orang lelaki berbadan besar dan berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam mengulurkan tangan pertanda meminta kartu undangan. Ya, sudah aturannya begitu. Setelahnya keduanya masuk yang langsung disambut  dengan bau alkohol serta asap rokok yang menyangat. Dentuman musik yang sangat keras memenuhi rumah itu. Pasti kedap suara, pikir Shenna yang tanpa sadar mengeratkan pegangannya pada Bram.

Sementara Bram yang kini mulai panik karena Shenna yang terlihat mual walau samar-samar karena disana memang gelap.  "Kamu mau keluar?" tanya Bram khawatir yang tentu saja kalah dengan dentuman musik disana. Ia takut gadis disampingnya itu kenapa-kenapa. Shenna menggeleng pelan dengan memaksa tersenyum.

"Anterin aku cari Siska, disini gelap," ucap gadis itu setenggah berteriak agar Bram mendengarnya. Bram mengangguk dan mengubah tangannya merangkul bahu Shenna.

"Siska!" teriak Shenna melihat seorang gadis dengan tanktop merah yang ketat dan hotpants memperjelas lekuk tubuh gadis itu sedang menari tanpa beban bersama seorang lelaki depannya. Bram mengetahui jelas siapa lelaki didepan gadis itu. Fajar.

Shenna menghampiri Siska yang tak dapat mendengar panggilannya. Tanpa aba-aba gadis itu memeluk sahabatnya. "Wah,lo udah dateng, Shen?" tanya Siska setengah sadar. Sahabatnya itu mabuk.

"Kamu kok jadi gini sih sekarang?!" bentak Shenna tak terima melihat perubahan drastis sahabatnya itu. Yang dibentakpun tertawa keras, tak mengindahkan Shenna yang hampir menangis.

"Orang itu berubah disetiap detiknya, Shen," ucap Siska yang berusaha sadar. Gadis itu menatap Shenna dengan serius. "dan semua perubahan pasti dilandasi sebuah alasan. Termasuk gue!" ucap Siska tersenyum getir. Shenna tak dapat menahan air matanya, bahkan ingin rasanya mengatakan kepada Siska bahwa dirinya mengalami nasib lebih buruk darinya. Namun ia tahu bagaimana pribadi sahabat kecilnya itu.


  ₪₪₪⓿₪₪₪  

Don't Touch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang